Tips Presentasi: Sepuluh Intermezzo

Intermezzo atau icebreaker sangat penting dalam persentasi. Fungsinya untuk mecairkan suasana yang tegang, terutama di awal presentasi atau mengajak kembali pemirsa untuk berkonsentrasi pada presentasi kita. Ada sepuluh tips intermezzo yang biasa saya pakai.

andisenpi

  1. Soal nama
    Intermezzo ini paling sering saya gunakan. Pelafalan nama saya dalam Bahasa Inggris yang bisa berarti “Saya membuat Andi Arsana [I Made Andi Arsana]” sangat sering saya jadikan bahan kelakar. Hingga hari ini, belum pernah gagal. Selalu ada sebagian besar, jika tidak semua, pendengar yang tertawa dan akhirnya terbawa.

    Cara saya menyampaikan kelakar tentang nama ini bermacam-macam. Kadang saya mulai dengan mengutip kejadian kecil saat ada peserta yang bertanya soal nama saya lalu saya ceritakan bagaimana saya menjelaskan pada peserta itu. Kadang saya memulai presentasi dengan mengatakan “I want to make a clarification regarding lingering question about my name”, seakan-akan itu masalah serius. Cara kedua biasanya saya sampaikan saat menjadi pembicara kunci dan dengan asumsi bahwa ada cukup banyak orang yang sudah pernah melihat/mendengar nama saya.

    Mereka yang namanya hanya satu kata, misalnya “Suprapto” atau “Parjono” atau yang lain, bisa berkelakar dengan mengatakan “I am someone without last name” atau “with my one-word name, I cannot even have an email” atau “I need to repeat my one-word name so I can have a surname”. Bagi yang namanya berarti hal lain dalam bahasa Inggris seperti “Yuni” (kata yang sama dalam bahasa Inggris berarti university) “Dedi” (daddy = ayah), “Yugo” (you go, I go), “lukman” (look, Man!) dan lain-lain bisa menjadikan namanya sebagai bahan kelakar.

  2. Pepatah/ungkapan/nasihat
    Dalam kuliah tamu yang saya berikan di Kamboja beberapa waktu lalu, saya menghadapi para petinggi dari Asia-Pasific yang ahli di bidangnya ada praktisi kawakan. Saya merasa perlu untuk menegaskan bahwa saya tidak ingin menggurui mereka. Untuk itu saya mengutip pepatah “menggarami lautan”. Saya mulai dengan menampilkan sebuah slide bergambar laut dan garam lalu berkata “In Indonesia, we know a saying ‘salting the ocean’, which means blah blah. I am not salting the ocean today and I hope I won’t sound like preaching”. Kutipan itu sanggup membuat peserta yang sebagian besar dari Asia tersenyum positif dan merasa nyaman.
  3. Apresiasi pada panitia
    Betapapun sederhananya, selalu penting untuk mengapresiasi panitia yang telah mengundang kita. Saat berbicara di Kamboja, saya bilang “I have to thank ReCAAP and especially Executive Director Kuroki for this invitation. Because of you, Sir, I am stepping my feet for the first time on the land of Cambodia.” Dalam acara yang beda lingkupnya, pujian kepada panitia atas kerja keras mereka sangat perlu disampaikan. Misalnya, “panitianya gigih sekali dan sangat bijaksana saat memenuhi permintaan saya yang kadang menyulitkan”. Saat diundang di UAD Jogja, saya sengaja memotret sebuah tanda bertuliskan nama saya di tempat parkir yang disediakan khusus untuk mobil saya. Foto itu saya masukkan menjadi slide pertama saat presentasi sambil memberikan pujian akan keseriusan panitia. Tentu saja panitia senang mendapat apresiasi seperti itu. Ada banyak cara memberikan apresiasi kepada panitia.
  4. Apresiasi pada hadirin
    Presentasi adalah tentang presenter dan pendengar/hadirin. Sebagus-bagusnya komunikasi serta persiapan pembicara dengan panitia, kesuksesan sebuah presentasi tetap akan dinilai oleh hadirin. Maka dari itu, membuat hadiri tertarik, merasa nyaman, dan terutama merasa penting/dihargai sangatlah penting.

    Jika presentasi di hari libur (Sabtu atau Minggu), saya biasanya mulai dengan kalimat “jika di hari Minggu, biasanya anak-anak muda memilih untuk tidur lebih lama dan bangun lebih siang, para pemenang seperti kalian ini memilih untuk ada di sini” sambil menunjuk mereka dan selalu disambut dengan tepuk tangan. Jika sudah dimulai dengan pujian yang membuat hadirin nyaman dan merasa dihargai maka berikutnya pembicara seakan punya ‘hak’ untuk meledek dan megolok-olok mereka dalam batas wajar. Ledekan itupun akan disambut tawa dan nuansa yang positif.

    Apresiasi kepada hadirin juga bisa berupa pujian pada mereka yang datang dari jauh atau menempuh perjalanan sulit. Jika pesertanya senior, bisa sampaikan apresiasi atas kebijaksanaan mereka untuk rela mendengar pembicara yang lebih junior. Jika yang hadir rekan-rekan sejawat atau orang dengan profesi dan keahlian yang mirip, bisa mengatakan bahwa “saya ada di sini karena kebaikan hati Bapak Ibu untuk memberi saya kesempatan berbagi, meskipun belum tentu lebih ahli.”

  5. Kejadian lucu/menarik
    Saat datang ke tempat presentasi, kemungkinan akan ada kejadian lucu atau menarik yang kita alami. Hal ini bisa kita ceritakan di awal presentasi untuk mencairkan suasana. Saat presentasi di Siem Reap beberapa waktu lalu, saya dikira orang Kamboja oleh resepsionis hotel. Saya sudah memberinya paspor tetapi dia tidak memperhatikan dan langsung nyerocos pada saya dalam Bahasa Khmer. Saya tertegun dan pasang wajah ‘bloon’ sambil menyampaikan bahwa saya orang Indonesia dan tidak bisa Bahasa Khmer. Spontan mbak resepsionis itu minta maaf dan mengatakan saya mirip orang Kamboja. Saya menjawab sopan dan berkata “well, you look like Indonesian” yang membuatnya tersipu malu.

    Kejadian yang menimpa saya di meja resepsi itu saya ceritakan saat presentasi. Hadirin tentu saja tertawa karena rupanya mereka bisa melihat, saya memang nampak seperti orang Kamboja. “I might look like a Cambodian but I am not. Believe me!” kata saya menegaskan sok serius dan disambut tawa hadirin. Kejadian menarik lainnya tentu banyak, seperti tentang salah paham bahasa, tentang tanda di toilet yang tidak biasa, tentang alat transportasi yang tidak lazim atau bahkan ekstrim, tentang toilet Jepang yang hangat, dal lain-lain.

  6. Mengolok-olok diri sendiri
    Lelucon yang paling aman dan hampir selalu efektif adalah mengolok-olok diri sendiri. Saat presentasi di Jakarta sepuluh tahun silam, panitia mengira saya asisten pembicara. Mereka tidak menanggapi saya semestinya ketika saya hendak menyerahkan file presentasi. Kejadian itu saya ungkap saat presentasi dengan mengatakan “saya sadar, tampang saya memang kurang meyakinkan”. Pak Jokowi juga sering berkelakar yang mengolok-olok dirinya sendiri dengan menceritakan kejadian ‘memalukan’ ketika menjadi pembina upacara di awal-awal masa jabatannya sebagai Walikota Solo. Hal yang sama dilakukan Pak Dino Patti Djalal terkait cerita sopirnya yang lebih gagah darinya saat menjadi Duta Besar RI di Washington. Mengolok-olok diri sendiri itu aman, namun hanya bisa dilakukan oleh orang yang percaya diri.
  7. Interaksi dengan peserta atau panitia
    Inti dari sebuah presentasi yang baik adalah setiap orang merasa terlibat dan penting perannya. Hal ini bisa diwujudkan melalui interaksi dengan pendengar atau panitia. Di sebuah acara seminar beasiswa, panitianya pernah mengalami kepanikan karena LCD tidak bekerja dengan baik. Pembicaraan saya jadi tersendat. Saya pun seseungguhnya kecewa dan ada rasa tidak nyaman, menyesalkan mengapa panitia tidak melakukan persiapan dengan baik. Pilihannya ada dua, saya jadikan itu momen untuk menunjukkan kekesalan atau harus menyelamatkan situasi. Saya sampaikan “saya paham, tadi panitia pasti sangat panik ketika LCD tidak berfungsi. Saya kagum pada kesabaran mereka untuk tetap bekerja memperbaiki sampai akhirnya bisa berjalan lancar. Kita beri tepuk tangan yang meriah pada panitia kita yang keren hari ini.”

    Akan lebih mudah jika ada peserta yang kita kenal dan pernah mengalami interaksi personal sebelumnya. Misalnya, kita bisa mmengatakan “saya sudah mengenal Pak Budi, yang duduk di depan ini sejak 20 tahun lalu. Terus terang rasanya agak aneh karena saya harus ada di depan Bapak sekarang ini. Matur nuwun sudah datang ya Pak.”

    Kadang kita juga berbicara di depan orang-orang yang kita kenal sejak lama. Ini bisa jadi bahan intermezzo yang baik, misalnya dengan mengatakan “di sini juga ada Mas Indro, kawan baik saya sejak belasan tahun. Beliau pasti merasa aneh karena harus mendengarkan saya, padahal zaman dulu saya terus yang harus mendengarkan dia.” Dalam sebuah acara di Jakarta, saya juga pernah tampil di depan sahabat-sahabat saya ketika kuliah. Saya meyapa mereka dengan nada agak nakal “Mas Nashihun ini sahabat saya sejak lama, sekarang sudah jadi pengusaha sukses padahal saya tahu beliau nggak pinter-piter amat” dan disambut gelak tawa hadirin. Candaan yang demikian hanya bisa disampaikan jika sangat akrab dan sebaiknya ditutup dengan pernyataan positif. Saat itu saya bilang “meskipun saya tadi membully beliau, kenyataannya, beliaulah yang paling sering membantu saya saat ini jika perlu dana untuk penelitian.”

  8. Kejadian atau fenomena umum yang diketahui hadirin
    Intermezzo yang aman dan efektif adalah tentang topik yang diketahui semua orang. Makanya, kejadian atau topik umum menjadi pilihan yang baik untuk dijadikan intermezzo. Topik-topik yang bisa dipilih misalnya pilkada, kasus kejahatan yang sedang menjadi topik nasional, kejadian yang menyangkut selebriti, kejadian lucu yang sedang viral di media sosial, atau kebijakan nasional yang sedang menjadi buah bibir. Hal ini bisa diungkapkan dengan cara jenaka sehingga mengurangi sensitivitas yang ditimbulkan.

    Jika presentasi di suatu daerah di Indonesia, hal-hal yang menjadi pembicaraan di daerah itu bisa dijadikan intermezzo. Jika merasa nyaman, isu politik atau keresahan sosial juga bisa dikemukakan. Misalnya “orang Tabanan memang seniman semua ya, bukan cuma pagar tembok dan Pura, jalan juga diukir” untuk mengkritik jalan yang rusak. Bisa juga berkelakar tentang makanan khas daerah tersebut, misalnya mengatakan “I wake up a little bit late, I got drunk by kimchi, last night” jika presentasi di Korea.

  9. Keterkaitan dengan pembicara lainnya
    Memuji pembicara lain adalah intermezzo yang aman dan positif. Tidak pernah salah. Akan lebih baik lagi jika bisa mengaitkan topik yang kita bicarakan dengan topik yang dibicarakan pembicara lain. Jika belum kenal baik, sebaiknya selalu menyampaikan hal positif, bukan hal negatif. Kadang ada pembicara yang menunjukkan kesan rivalitas atau persaingan dengan pembicara lainnya.

    Naluri persaingan bisa muncul dalam bentuk pembelaan atau menjelek-jelekkan pembicara lainnya, atau sekedar untuk menunjukkan dia lebih baik dari pembicara sebelumnya. Misalnya, kalimat yang sebaiknya dihindari adalah “apa yang disampaikan Bapak X yang berbicara sebelumnya itu keliru dan saya harus koreksi.” Cara yang baik mengungkapkan koreksi misalnya, “apa yang disampaikan Bapak X sangat menarik dan memberi wawasan baru bagi kita semua. Saya tertarik, terutama tentang poin A karena kebetulan saya juga mendalami hal itu. Saya tertarik mendiskusikan ini nanti karena ada perspektif lain yang saya dapatkan dibandingkan yang saya ketahui selama ini.” Intinya, tidak ada yang lebih aman dari pujian. Setidaknya di kesempatan pertama.

  10. Soal honor
    Soal honor tentu sensitif tetapi bisa jadi bahan intermezzo yang baik jika dikemas dengan cantik. Misalnya dengan mengatakan “saya harus pastikan materinya tepat 15 menit karena kalau tidak honor saya akan dipotong.” Jika Anda menjadi moderator, soal honor juga bisa menjadi bahan kelakar yang baik. Misalnya dengan mengatakan “saya tetap harus mengenalkan Pak Joko sebagai pembicara meskipun beliau sudah terkenal. Jika tidak, honor saya tidak akan cair.” Jika Anda dibantu operator saat presentasi, kadang operatornya terlalu cepat menganti slide atau menjalankan animasi. Bagi saya yang sangat mengandalkan animasi yang tepat, hal ini bisa berdampak serius. Biasanya saya menggoda mereka dengan mengatakan “mencet yang bener, nanti honornya saya potong lho” atau “jangan cepat-cepat Mas, mau cari sampingan di tempat lain ya? Honornya kurang pasti nih”. Biasanya hadirin merespon dengan tawa.

Itulah sepuluh contoh intermezzo. Punya idea lain? Silakan komentar di bawah.

Advertisement

Kehilangan Tas

Tas saya hilang, lenyap dicuri orang dari mobil saya pada tanggal 29 April 2016 lalu. Yang menyedihkan, itu tas baru, hadiah dari Asti, isteri saya, dan dibeli karena rasa kasihan melihat saya menggunakan tas gendong mutu rendahan pemberian panitia training.

Continue reading “Kehilangan Tas”

Tips beasiswa: Melampaui Syarat

Banyak sekali yang ingin mendapatkan beasiswa sekolah ke luar negeri, termasuk mereka yang tidak memenuhi syarat atau hampir memenuhi syarat. Sering sekali saya mendapat pertanyaan dari para pejuang beasiswa semacam ini. Kepada mereka, saya menaruh hormat dan salut. Mereka ini pejuang yang gigih.

Suatu hari ada yang mengatakan bahwa IPnya bagus, prestasinya banyak, penelitiannya hebat tetapi TOEFL atau IELTSnya masih sedikit di bawah persyaratan. Dia ingin tahu apakah mungkin dia diterima atau mungkinkah penyeleksi mengabaikan persyaratan IELTS atau TOEFL pada kasus dia. Jawaban normatif saya, “mungkin saja”. Tidak ada sesuatu yang tidak mungkin di dunia ini kan, kata orang yang gemar membaca buku motivasi.

Continue reading “Tips beasiswa: Melampaui Syarat”

Sepuluh ‘Dosa’ Saat Menulis Email

Seharusnya saya beri judul tulisan ini “Tips Menulis Email yang baik dan benar” tapi mungkin kurang sangar makanya saya ganti menjadi seperti judul sekarang. Dulu saya berpikir bahwa menulis email itu begitu mudah, semua orang bisa dan tidak perlu diajari. Semakin lama saya semakin ragu dengan pemahaman itu. Dalam beberapa hari terakhir saya bahkan jadi yakin bahwa menulis email itu tidak mudah dan saya merasa tergerak untuk berbagi pemahaman saya. Tulisan ini berdasarkan ratusan email yang saya terima baik dari mahasiswa maupun dari mitra di luar universitas. Ada sepuluh hal penting yang perlu diperhatikan:

Continue reading “Sepuluh ‘Dosa’ Saat Menulis Email”

Tips Seminar Proposal Skripsi, alias SemPro

Banyak yang menganggap seminar proposal skripsi itu menyeramkan. Sesungguhnya tidak demikian kalau kalian paham dengan baik apa sesungguhnya seminar proposal ini. Tips ini pernah saya twit untuk Geodesi UGM. Silakan disimak dan semoga membantu.

  1. Seminar proposal skripsi itu bukan pengadilan, tidak usah takut 🙂 Itu adalah proses dialog untuk memastikan mahasiswa siap membuat skripsi.
  2. Tujuan utama Seminar proposal skripsi adalah untuk membantu mahasiswa dalam menyiapkan skripsinya jadi tdk perlu tegang tapi perlu siap-siap dengan baik.
  3. Intinya kalian mau bikin skripsi maka kalian perlu sampaikan gagasan skripsi itu kepada dosen agar dipastikan arahnya benar dan kalian tidak tersesat.
  4. Kalian perlu sampaikan apa yang sudah ada atau diteliti orang lain dan sampaikan apa yang belum ada atau diteliti. Nah itulah yang ingin kalian teliti. Namanya filling the gap. Makanya tugas utama kalian adalah membaca penelitian terdahulu.
  5. Pada dasarnya, dosen perlu tahu, kalian mau apa, siap nggak kalian melakukannya, sdh punya data belum. Intinya agar pembuatan skripsi nanti lancar 😉
  6. Dalam presentasi harus sampaikan apa topik skripsinya, mengapa itu perlu dilakukan, metode/caranya bagaiamna, datanya dari mana, lalu hasilnya nanti apa? Gunanya apa? Itu saja. Tidak usah ribet2 mikirnya 🙂
  7. Seminar proposal skripsi adalah proses dialog yg baik antara murid dan guru. Tidak bisa jawab pertanyaan dosen itu wajar, dosen akan kasih masukan. Tapi jangan meremehkan.
  8. Secara teknis, siapkan presentasi yg baik. Buat slide yg sederhana tapi efektif. Jangan kebanyakan huruf. Isi ilustrasi gambar yg bisa menjelaskan secara visual. Ini contoh yang perlu diperbaiki:
  9. Jangan hanya copas isi proposal ke slide Power Point. Itu bukan cara yg baik dlm presentasi. Lihat bedanya kedua slide berikut. Isinya sama tapi cara penyampaiannya beda.
    teksvsgambar
  10. Pastikan presentasi tdk lbh dari sepuluh menit, makanya jangan terlalu banyak teori. Latih di rumah sampai lancar dan tepat waktu. Jangan tampil tanpa latihan.
  11. Tidak semua orang berbakat presentasi. Tenang saja. Setidaknya kalian tampil wajar. Merasa tidak berbakat? Latihan!!! Ajak teman untuk belajar bersama dan saling koreksi.
  12. Kalau latihan 100 kali belum bisa lancar dan tepat waktu, latih 200 kali. Tapi kalau latihan sekali sudah okay, bagus lah 🙂
  13. Pertanyaan dosen biasanya seputar: hipotesis, metode/cara penelitian, kesiapan data, kesiapan software, hasil yg diharapkan dan manfaat penelitian.
  14. Intinya banget, dosen ingin kalian bisa selesai dengan lancar dan hasilnya baik. Seminar proposal skripsi adalah untuk membantu kalian, bukan mengadili. Sekian 🙂
  15. Eh, satu lagi: tampil rapi! Penampilan memang bukan yang utama tetapi selalu lebih menyenangkan melihat orang tampil rapi dan bersih secara wajar saat menyampaikan gagasannya.

Silakan baca juga tips presentasi skripsi

Kalau sudah selesai skripsi, mungkin Anda tertarik S2 dengan beasiswa ke luar negeri. Silakan baca buku ‘Rahasia Beasiswa‘ ini 🙂

Tips Menjadi Moderator: Improvisasi di Tengah Jalan

Ada kalanya kita tidak siap untuk melakukan suatu tugas. Alasannya bisa banyak. Mungkin karena tidak punya waktu mempersiapkan, karena tugas itu memang bukan bidang keahlian kita atau semata mata karena kita pemalas. Saya akan ceritakan pengalaman saat menjadi moderator sebuah forum dan sebenarnya saya tidak siap sehingga harus berimprovisasi.

Saya pernah menulis di blog ini tentang tips menjadi moderator. Bagi saya, sukses itu perlu persiapan. Ini tidak bisa ditawar. Maka dari itu, ada perasaan bersalaah saat harus tampil tanpa persiapan, apalagi tampil sebagai moderator di forum internasional. Keluarga Mahasiswa Hindu Dharma UGM meminta saya menjadi moderator bagi tiga ilmuwan keren dengan topik Weda dan Ilmu Pengetahuan. Ini bukan topik sehari hari yang saya geluti tetapi menantang dan keinginan untuk belajar begitu besar sehingga saya iyakan. Malang sekali, saya dihantam berbagai kesibukan lain sehingga tidak sempat melakukan persiapan semestinya. Jika Anda membaca tulisan saya sebelumnya, Anda akan paham persiapan apa yang saya maksudkan.

Continue reading “Tips Menjadi Moderator: Improvisasi di Tengah Jalan”

Contoh tayangan dan naskah presentasi

Banyak yang bertanya cara membuat presentasi yang baik. Saya sudah melihat ratusan presentasi dan banyak dari presentasi itu yang sangat bagus. Dari mereka saya belajar banyak sampai akhirnya saya menemukan cara dan pola membuat presentasi yang menurut saya baik. Kualitas presentasi tentu saja bisa subyektif. Yang baik menurut saya bisa jadi tidak baik menurut orang lain. Meski demikian, saya yakin ada kriteria presentasi yang bisa dianut karena mengandung kriteria yang secara umum bisa diterima oleh banyak pihak.

Contoh presentasi yang saya sampaikan di posting ini terdiri dari dua berkas. Berkas pertama adalah tayangan presentasinya dalam bentuk file Power Point dan berkas kedua adalah naskah presentasi dalam file Microsoft Word. File kedua merupakan naskah yang berisikan kata-kata yang diucapkan oleh seorang presenter ketika membawakan presentasi pada file pertama. File naskah disusun seperti naskah skenario drama yang memuat ucapan sekaligus tindakan (acting) yang harus dilakukan oleh seorang presenter ketika presentasi. Kedua jenis file ini biasa saya gunakan ketika menyiapkan presentasi, bukan ketika presentasi yang sebenarnya. Saya sarankan, hafalkan naskah ini ketika berlatih dan praktikkan ketika presentasi sebenarnya. Meski demikian, bukan tidak mungkin naskah ini memang disiapkan untuk dibawakan saat presentasi jika presenter tidak ingin menghafalkan.

Jika Anda adalah pemula di bidang presentasi, saya rasa kedua file ini akan berguna bagi Anda untuk memahami bagaimana sebuah presentasi dibuat, dipersiapkan, dilatih dan akhirnya dipentaskan. Sekali lagi, yang baik menurut saya belum tentu baik menurut Anda. Silakan gunakan kedua materi ini dengan penuh kebijaksanaan. Jika Anda ingin memiliki kedua file ini silakan kirimkan email ke madeandi@ugm.ac.id dengan subyek “Unduh Tayangan dan Naskah Presentasi” (tanpa tanda petik). Email dengan subyek ini akan secara otomatis dibalas jadi pastikan subyek emal Anda tidak salah.

Catatan:

  1. Contoh presentasi dalam Bahasa Inggris
  2. Silakan baca tulisan saya lainnya soal presentasi di sini, sini, sini, sini dan sini
  3. Jika berhasil mengunduh file ini, mohon kesediaannya menyampaikan tanggapan/saran/kritik ke saya

 

Berjejaring: Sebuah Keputusan Sadar

Mendiskusikn buku
Mendiskusikan buku dengan Pak Marty

Seorang anak SMA di Banyumas menghubungi saya lewat komentar di blog. Fajri, demikian namanya, bukan orang pertama yang berkomentar di blog tetapi dia termasuk yang istimewa. Fajri adalah satu dari sedikit yang mengemukakan keinginannya secara langsung untuk bertemu saya. Berawal dari membaca buku saya, menelusuri blog dan akhirnya berujung pada ketertarikan Fajri pada gagasan-gagasan saya. Singkat kata, dia merasa perlu bertemu. Tujuannya sederhana saja, ingin bertemu dan meminta tandan tangan. Saya respon positif keinginan itu dan kami akhirnya bertemu di kantin Fakultas Teknik UGM.

Gedung PBB di New York, penghujung tahun 2007

Saya melihat lelaki berwibawa itu berdiri di samping saya, hanya sekitar dua meter. Saya tahu orang itu. Dia tak lain dan tak bukan adalah Marty Natalegawa. Saya diam, tercekat tidak bisa bicara dan dirundung ragu yang teramat sangat. Satu sisi diri saya mengatakan “ayo, sapa dia. Kapan lagi bisa menyapa Duta Besar Indonesia untuk PBB kalau tidak sekarang. Ini kesempatanmu.” Sementara itu, sisi lain dari diri saya berbisik “eh, kamu itu siapa?! Sadar diri dong! Kamu anak desa, orang tua tidak rampung pendidikan dasar, dan tidak kaya. Kamu tidak selevel dengan Marty Natalegawa. Paling-paling kamu dicuekin kalau menyapa. Malu kan?! Sudahlah, tidak usah menyapa. Lebih baik diam, cari aman. Kamu terhindar dari ancaman rasa malu dan tengsin.” Dua imajinasi ekstrim itu menguasai saya, muncul silih bergandi dan adu kuat.

Continue reading “Berjejaring: Sebuah Keputusan Sadar”

Email juga ada etikanya, percayalah :)

dipinjam dari http://ignatius-eko-b.blog.ugm.ac.id
  1. berkirim email memang perihal yang tidak terkait hidup mati tapi tetap penting. Kirim email ada etikanya. Mari kita simak #EtikaEmail
  2. Email itu semestinya ada salam sapa, isi dan penutup. Email bukan chatting. Kecuali sudah bebalas2an dalam satu topik. #EtikaEmail
  3. Kirim email pertama kali sebaiknya tdk terlalu panjang, apalagi kepada orang yg sibuk/terkenal. Jadikan pembuka #EtikaEmail
  4. Pada email pertama, jangan sibuk bicara diri sendiri. Pastikan Anda juga menunjukkan simpati/ketertarikan pada penerima email #EtikaEmail
  5. Pada email pertama, pastikan Anda menjelaskan bagaimana Anda menemukan email penerima agar jelas perkara dan ke mana arahnya. #EtikaEmail
  6. Penting bagi Anda untuk membaca tentang si penerima email (karya, pemikirannya) apalagi maksud email itu adalah konsultasi #EtikaEmail
  7. Bayangkan, Anda tiba2 tanya perihal yang umum dan sudah sering dibahas oleh penerima emial di blog/web. Anda terlihat kurang perhatian #EtikaEmail
  8. Hindari tiba-tiba kirim email dan tanya hanya satu baris tanpa salam tanpa perkenalan di email pertama. #EtikaEmail
  9. Gaul boleh, tapi bahasa email pertama sebaiknya standar/baku. Ini strategi biar aman. Kalau ternyata dia mau gaul, silakan di email berikutnya #EtikaEmail
    Continue reading “Email juga ada etikanya, percayalah :)”
%d bloggers like this: