Banyak sekali yang ingin mendapatkan beasiswa sekolah ke luar negeri, termasuk mereka yang tidak memenuhi syarat atau hampir memenuhi syarat. Sering sekali saya mendapat pertanyaan dari para pejuang beasiswa semacam ini. Kepada mereka, saya menaruh hormat dan salut. Mereka ini pejuang yang gigih.
Suatu hari ada yang mengatakan bahwa IPnya bagus, prestasinya banyak, penelitiannya hebat tetapi TOEFL atau IELTSnya masih sedikit di bawah persyaratan. Dia ingin tahu apakah mungkin dia diterima atau mungkinkah penyeleksi mengabaikan persyaratan IELTS atau TOEFL pada kasus dia. Jawaban normatif saya, “mungkin saja”. Tidak ada sesuatu yang tidak mungkin di dunia ini kan, kata orang yang gemar membaca buku motivasi.
Mari kita menebak bagaimana kira-kira tim penyeleksi itu bekerja. Untuk beasiswa AAS yang termasyur, konon pendaftarnya sampai lima ribu lebih. Bisakah Anda bayangkan bagaimana proses seleksi tahap awal dilakukan? Jika Anda bukan dari kalangan istimewa, seperti “Indonesia Timur”, “Targeted”, “Instansi Khusus” maka berkas lamaran Anda tentu akan ditumpuk di kategori ‘kebanyakan’ bersama ribuan lamaran lainnya. Jika ini adalah seleksi tahap pertama, saya menduga penyeleksi menggunakan indikator obyektif untuk melakukan tahap penyisihan. Indikator obyektif itu misalnya IP, TOEFL, IELTS, Umur. Empat hal ini yang secara obyektif membedakan kandidat satu dengan lainnya dengan sangat mudah dan jelas. Jika kuota penerima beasiswa hanya 400 orang sementara ada 4999 orang yang TOEFL atau IELTSnya memenuhi syarat sedangkan Anda tidak memenuhi syarat, apa kira-kira alasan penyeleksi untuk memlih Anda dalam tahap awal itu? Penelitian yang hebat? Ingat, di tahap awal tim penyeleksi mungkin belum sempat memeriksa proposal Anda atau daftar publikasi Anda. Nasib? Karma baik? Ya, mungkin saja. Sekali lagi, tidak ada hal yang tidak mungkin di dunia ini.
Di hari lain ada yang bertanya soal persyaratan dokumen. Karena IP bagus, TOEFL bagus, penelitian banyak, wajah ganteng (kalau ini gak pengaruh sih) dia merasa punya kelebihan sehingga merasa bahwa persyaratan dokumen bisa sedikit ‘diabaikan’. Misalnya, ada persyaratan akte kelahiran yang harus diterjemahkan tetapi dia tidak sempat melakukan dan akan mengirimkan akte yang berbahasa Indonesia saja. Menurutnya, peneyeleksi akan melihat kualitas dia dan akte tidak terkait kualitas itu. Pandangan ini sangat masuk akal dan bisa jadi memang benar.
Mari kita bayangkan bagaimana penyeleksi bekerja saat menghadapi 5000 dokumen lamaran dari seluruh Indonesia. Saya bayangkan mereka akan menggunakan check list dulu sebelum menilai kualitas. Seorang penyeleksi akan mencermati satu berkas lamaran sambil memegang sebuah check list. Dia dengan cermat dan cepat akan mencentang dokumen yang ada dan melihat apakah keseluruhan dokumen sudah seperti yang dipersyaratkan. Jika tidak, bisa jadi berkas lamaran itu langsung masuk kotak yang berlabel “dokumen tidak lengkap” atau malah “tidak lolos seleksi awal”. Apakah analsis saya benar? Belum tentu. Tapi kalau ada 3974 kandidat yang syaratnya lengkap sementra kuota cuma 400 penerima beasiswa, mengapa penyeleksi haris meloloskan Anda yang syaratnya tidak lengkap? Karena Anda TOEFLnya tinggi? Karena IP tinggi? Bisa jadi, tapi dari 3975 itu, mungkin ada 678 yang TOEFLnya lebih tinggi dari Anda dan 497 orang yang IPnya sama atau lebih tinggi dari Anda. Karena cantik? Berdoalah agar demikain.
Tulisan ini bisa sangat panjang dan jadi buku tapi saya hentikan saja di sini. Ingat, meraih beasiswa adalah soal kompetisi dengan orang-orang hebat. Memenuhi syarat saja kadang tidak cukup. Anda harus melampaui syarat. Meski begitu, jangan batalkan melamar beasiswa hanya gara-gara tulisan saya. Anda tentu tahu, tidak semua hal yang Anda baca di Internet pasti benar. Ini tidak untuk melemahkan semangat Anda, tulisan ini untuk membuat Anda optimis secara realistis. Bagi yang saat ini masih belum lulus S1, tulisan ini untuk mengingatkan bahwa IP dan TOEFL Anda masih bisa ditingkatkan sebelum menyandang toga saat wisuda nanti.
First comment is from Lombok. This year, I postpone my application for AAS because I was got 447 on TOEFL ITP. I will study hard to reach 500 score in order to take application next year, insha Allah 🙂
Assalamu`alaykum wr wb!Selamat siang Mas Andi! Mhn info untuk mendapatkan informasi lengkap tentang prosedur untuk mendapatkan beasiswa AAS terlengkapdan terkini. Terima kasih atas bantuannya.
Harits, Kepulauan Riau
DI website resminya …
Bener bgt bli…itu berlaku jg untk recruitment pns. .kita bener2 pegang checklist…dan tanpa ampun coret yg ga lengkap.. Apalagi masalah dokumen yg hrs dilengkapi…krn hal itu terkait jg dg penilaian apakah aplicant mampu mengikuti instruksi dg benar spt tertera dlm persyaratan dokumen. Baca instruksi aja salah gimana pas kerja nanti 🙂
Siap 🙂
kembali, inspiratif banget 🙂
Assalamualaikum. Selamat pagi Pak Andi.
Tulisan Pak Andi memang selalu menarik untuk dibaca :). Demi bisa melampaui sayarat & “memantaskan diri” untuk mendapatkan beasiswa saya menghabiskan beberapa bulan untuk IELTS preparation, tetapi saya baru bisa mengikuti tes resmi bulan Mei ini. Saya ingin sekali bisa apply beasiswa AAS yang deadlinennya 30 April. Jika saya kirim hasil IELTS saya yang kira-kira akan keluar di bulan Juni akan diterima tidak ya Pak? Mohon pencerahannya 🙂
Maurinda Safitri
Diterima dalam arti apa Ni? Receive atau accepted? Receive, mungkin … Accepted tentu tergantung kualitas Anda 🙂
Maksud saya “receive” pak. 🙂
Tulisan Bapak ternyata bagus-bagus 🙂 Sayang sekali ini baru pertama kali saya berkunjung. Entah karena saya yang kurang teliti atau pertanyaan saya yang ‘nyeleneh’.
Saya membaca bahwa pada setiap syarat pendaftaran beasiswa luar negeri saya harus sudah memiliki paspor tujuan negara tersebut. Hal yang mengagetkan saya dan ingin mengkonfirmasi adalah apakah saya harus membuat passpor, mengeluarkan uang yang bagi saya bukan sedikit, dan mengurusi berkas lain yang juga butuh banyak dana? Seandainya saya sudah mempunyai paspor, saya lalu tidak diterima beasiswa, maka saya kehilangan uang saya sia-sia? Untuk mendaftar beasiswa lain saya harus punya passpor lain lagi? Berarti untuk mendafatar ke empat negara saja saya sudah harus merogoh satu juta hanya untuk mendaftar?
Termakasih. Mohon pencerahannya
Paspor itu identitas pribadi. Sama Saja untuk pergi Ke negara mana saja. Yg beda untuk negara berbeda adalah visa. Visa Tidak harus didapat sebelum melamar beasiswa tapi ketika sdh dapat beasiswa dan siap berangkat. Semoga jelas 🙂
selamat siang Bli Andi..
saya mau mengucapkan terima kasih, karena beberapa tahun lalu saya sempat membaca tulissan Bli Andi tentang beasiswa ADS (sekarang AAS), khususnya di bagian tips JST interview..walaupun pada saat interview, pertanyaannya sama sekali berbeda dengan yang ditulis, tapi tulisan itu sudah membantu memberikan gambaran tentang hal-hal yang harus saya antisipasi dalam interview.
Sekarang saya sudah lulus test, dan tahun ini akan berangkat ke Oz.
Selamat!
Saya punya pengalaman lain Pak Andi, tidak memenuhi syarat, tapi nekat melamar beasiswa. Waktu itu ada syarat pengalaman kerja minimal 2 tahun sebelum PhD, pengalaman kerja saya hanya 3 bulan, tapi Alhamdulillah saya dapat beasiswa tersebut.
Menurut saya, dalam melamar beasiswa poinnya adalah usaha maksimal. Mungkin pengalaman kerja memang belum memenuhi syarat, yang terpenting bagaimana kita mensiasatinya sehingga kualifikasi kita sejajar dengan yg lebih berpengalaman. Misalnya berusaha maksimal membuat proposal riset yang bagus, konsultasi dengan awardee beasiswa sebelumnya, memaksimalkan nilai waktu S2, etc.
So, utk teman2 yang lain, jangan langsung berkecil hati jika ada syarat yang belum bisa terpenuhi, nekat saja, tapi bukan asal nekat tentunya. Jadilah scholarship hunter yang nekat dan berstrategi 🙂
Salam hangat dari London,
Ratri
Terima kasih Bu Dokter 🙂