Terima Kasih Pejuang Skripsi

Terima kasih pejuang skripsi karena telah bersedia menunggu kami berlama-lama tanpa kepastian saat ingin berkonsultasi soal bab satu. Terima kasih telah bersabar untuk duduk di dekat ruangan kami sambil berharap kami muncul dan menyapa. Terima kasih telah bersabar dalam ketidakpastian ketika menyaksikan pesanmu pada kami yang tercentang biru ganda tetapi tak segera menyaksikan kata “sedang mengetik” atau “typing”. Terima kasih telah berhasil mengumpulkan kekuatan untuk menekan tombol “kirim” untuk kesekian kalinya dengan bunyi pesan yang sama.

Continue reading “Terima Kasih Pejuang Skripsi”

Advertisement

Lita’s Mission: Writing a Speech!

“Hello Ayah”

“Hey, Lita. It’s you?!”

“Yes, it’s me”

“How do you know that I wanted to talk to you?”

“Hmm… well actually, I don’t know”

“Oh haha. Where are you?”

“I am on the way home.”

“With Ibu?”

“Yes, she is driving”

“Oh that’s why you’re picking up the phone”

“Yeah right”

“Lita, I wanted to talk to you. I need a hand”

“Do you need what?”

“I need a hand! I need your help”

“Oh, a hand. Okay. What is it?”

“You know Bu Luh is an English teacher, right?”

“Yes, I know”

“She is also teaching kids in the village, right?”

“Yes, I know Ayah”

“Good!”

“So?”

“For the coming independence day, the tujuh belas agustus thing, she would like to organise a competition”

“Okay…..”

“Yes, it is an English Speaking Competition”

“Oh Ayah, please….”

“No… Don’t take me wrong. I am not asking you to participate in the competition”

“Oh okay.. that’s good!”

“The competition is for the kids. For Bu Luh’s students”

“Oh okay..”

“But I need you to do me a big favour”

“Hmm… what is it?”

“Please write me a speech. An English Speech, will you?”

“What for?”

“Okay, the kids in the village, Bu Luh’s students, will participate in the competition. They will have to deliver a speech for that.”

“And…”

“And Bu Luh needs our help to write them a speech. The kids will read it during the competition”

“Oh okay…”

“Can you, please?”

“Hmm.. okay… “

“This is a simple speech only. Maybe less than a page of HVS paper”

“Can I use complicated words?”

“Hmm… it is better not to use too many complicated words”

“Oh, it’s going to be hard”

“Hahahaa.. come on”

“It’s true Ayah”

“Okay, I understand. But please. Use simple language. As simple as possible, Ok. I know you can do it. Please….”

“Okay, I will do it”

“Great! Thank you so much”

“When do you need it?”

“Hehe this is the problem. I need it tonight”

“What?”

“Yes, tonight!”

“Okay, tonight is long. What time Ayah?”

“Hmm… I will be flying to Jakarta at 8pm and arrive there probably at 9 something pm. I will go directly to my hotel and may arrive at the hotel at around 10pm. If you can send me the file around 10.30pm or 11ish, it will be great!”

“Hmm… okay!”

“Oh really? Do we have a deal?”

“Ok, Ayah.. I will try!”

“Oh thank you so much. You save my life, Lita! I love you so much!”

“I love you too Ayah”

“Okay, I will be waiting for your file tonight, Okay?!”

“Okay..”

“Love you, Lita”

“Love you too, Ayah”

“Okay bye-bye”

“Bye…”

Later that night …

“Hello Ayah…”

“Hey Lita… you sound sleepy”

“Yes…”

“Are you done yet?”

“Does it have to be tonight?”

“Hehe… well, not really”

“Can I finish it tomorrow?”

“Okay… that’s fine! Have a good rest. It’s late already”

“Bye Ayah…”

“Bye Lita..”

The next day… in an email

“Dear ayah,

this is the speech you asked for.

Love,

Me”

Pas dibuka, welah dalah kok temanya tentang Pancasila? Bocah hehehe… 

Screen Shot 2017-06-01 at 11.05.56 PM

Buku Ini Budi

Sambil menunggu waktu rapat di Ruang Rapat Sekjen Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Ristek Dikti), saya sempat mampir ke sebuah direktorat di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Di sebuah lorong, saya berhenti di dekat sebuah rak yang memajang beberapa buku hasil karya Kemendikbud, terutama Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga. Bagian ini mengelola keterlibatan orang tua dalam pendidikan bagi anak didik di Indonesia, sebuah direktorat yang relatif baru.

Continue reading “Buku Ini Budi”

Sepuluh Tips Berinteraksi dengan Pembimbing/Profesor

Sekali waktu ada yang bertanya bagaimana mengelola hubungan baik dengan supervisor atau pembimbing terutama ketika sekolah di luar negeri. Saya punya sepuluh tips dari pengalaman saya berinteraksi dengan Prof. Clive Schofield, pembimbing S2 dan S3 saya. Mungkin ini juga bisa diterapkan dalam menjaga hubungan baik dengan pembimbing skripsi.

Continue reading “Sepuluh Tips Berinteraksi dengan Pembimbing/Profesor”

Menulislah di kala terpana

dusunKisanak, setiap orang adalah bagian dari sejarah, kecil atau besar. Setiap orang adalah pembuat sejarah, sederhana atau cetar membahana. Kepada pembuat sejarah itulah kita berterima kasih karena telah ditinggalkannya banyak hal untuk kita. Tapi Kisanak, kita sejatinya tidak belajar dari pelaku sejarah. Kita belajar dari penulis sejarah. Kita tidak belajar tentang nasionalisme dari Bung Karno tetapi dari buku yang ditulisnya atau ditulis orang lain atau dari video yang direkam seseorang ketika sejarah itu terjadi. Sejatinya kita belajar dari penulis sejarah, terutama karena kita tidak selalu hidup bersamaan dengan pelaku sejarah.

Kisanak, menulislah jika menebar ilmu dan berbagi kebaikan adalah prinsip hidupmu. Dan Kisanak, menulislah di kala terpana. Jangan tunda pengalaman menjadi kenangan lama karena kenangan tidak akan pernah selengkap kecapan panca indera yang bekerja saat ini dan di sini. Kisanak, menulislah tentang segerombolan orang kaukasian yang bekerja mendorong trolley di Bandara Sydney di suatu pagi kerena tidak pernah sebelumnya kisahak saksikan pemandangan serupa. Jangan tunggu dua minggu Karena di minggu ketiga pemandangan serupa akan menjadi biasa, mainstream dan kehilangan daya pikatnya. Kisanak menulislah tentang keindahan sungai, jembatan tua dan peradaban masa lalu di Heidelberg ketika menyaksikannya pertama kali. Jangan tunggu dua minggu karena air Sungai Neckar yang membelah kota tak akan lagi wibawa di minggu ketiga. Aliran yang maha dasyat itu akan segera tertimbun tugas padepokan yang Kisanak hadiri atau keseharian yang mendadak gaduh. Kisanak menulislah tentang wibawa batu padas di perbukitan Monaco saat pertama kali menyentuhnya. Jangan tunggu dua minggu karena di minggu ketiga batu padas yang cadas itu akan kehilangan kemasyuran apalagi misterinya.

Continue reading “Menulislah di kala terpana”

Menulis itu Candu

dusun Anak Dusun

Kisanak, jangan salah duga padaku. Aku menulis bukan karena perkara utama dalam hidupku telah tuntas. Bukan karena aku dihadiahi waktu berlebih. Waktu kita sama, dua puluh empat jam dalam sahari dan hanya tujuh hari dalam seminggu. Jika kisanak memiliki hanya 52 minggu dalam setahun, maka aku juga demikian. Sungguh alam ini adil padaku dan padamu.

Kisanak, jangan salah membayangkanku. Tak benar jika kamu bayangkan aku merenung setiap saat atau bijaksana senantiasa lalu menghasilkan tulisan yang membuai buai. Aku bahkan tak layak mengatakan aku ini orang biasa karena dengan demikian telah kukatakan kepadamu bahwa aku merasa istimewa. Tulisan itu adalah tipuan. Bentuk tipuan lain yang aku pelajari sambil lalu meski akhirnya menjadi kenikmatan. Tipuan ini layaknya peta yang aku gunakan untuk menghipnotis. Seperti kartohipnosis saat lawanku terpesona oleh titik garis dan luasan. Tulisan itu bentuk tipuan yang bersembunyi di balik alasan ilmiah atau berdalih lihai dengan angka, kode dan formula. Demikianlah tulisan itu. Semua menipu.

Continue reading “Menulis itu Candu”

Rahasia di Balik Gelar Doktor

image(13)
Perjalanan menuju doktor

Tentu saja ini bukan sebuah rahasia karena hal ini dialami oleh banyak orang bahkan mungkin dengan cara yang lebih heroik. Judul ini dipilih karena alasan iseng dan untuk membuatnya dramatis, tidak lebih tidak kurang. Cerita ini saya paparkan dalam bentuk potongan potongan informasi yang sebelumnya saya bagikan lewat Twitter. Selamat menikmati.

  1. Saya mulai tahun 2008 dengan Beasiswa Australian Leadership Awards (ALA) di @uow, di sebuah Kota kecil Wollongong, Australia.
  2. Saat mulai PhD, bulan ketiga saya sudah konferensi ke Norway. Kok cepet? Itu hasil penelitian saat S2 sebelumnya dan karena dekat dengan Supervisor. Supervisor S3 dan S2 saya sama.
  3. Untuk ke Norway, saya ngumpulin duit dari ALA, universitas dan supervisor. Ceritanya ada di buku #KelilingDunia. Itu adalah kunjungan pertama ke Eropa yang bersejarah.
  4. Cerita ‘sedihnya’, saya ditinggal supervisor selama 8 bln justru saat menulis proposal PhD 😦 Dia sekolah S2 ke Canada. Betul, dia sudah S3 dan sekolah S2 lagi. Iseng banget!
  5. Saya menentukan arah sendiri saat nulis proposal S3 dengan bimbingan minimal. Komunikasi dengan Supervisor hanya email. Karena beda zona waktu maka jadi lebih heboh saat ngatur waktu.
  6. Ini tantangan lain PhD. Harus rela begadang jam 2-4 pagi demi komunikasi interaktif dengan Supervisor yang ada di belahan dunia lain.
  7. Karena merasa tertantang dan dukungan yang bagus dari supervisor saya justru bisa selesaikan beberapa paper untuk konferensi dan jurnal saat pisah sama Supervisor itu. Nulis bareng! 🙂
  8. Karena pisah sama supervisor, saya baru presentasi proposal PhD setelah setahun, tepatnya 23 Juli 2009. Agak lambat 😦
  9. Tantangan lain, tetap melayani bos/kolega dr Ina yang datang ke Aussie. Saya msh jadi ‘tuor guide’ di Sydney semalam sebelum presentasi proposal.
  10. Saya termasuk orang yang tidak bisa fokus hanya pada satu hal. Tetap kerja part time cuci piring di restoran Thailand 🙂 Ini sisi lain PhD.
  11. Kerja saya macam2: Cleaner, guru komputer, asisten peneliti, dosen, kartografer, student advisor, dll. Intinya: gak bisa diem.
  12. Dasarnya ‘banci urus’, saya aktif di Perhimpunan Pelajar Indonesia Australia. Sempat jadi ketua PPIA di @uow, aktif di @PPIAustralia juga 🙂 Pernah menjadi pimpinan sidang umum PPIA dan menajadi campaign strategist untuk seorang calon Presiden PPIA.
  13. Selama PhD, saya kunjungi 5 benua untuk presentasi penelitian, sekitar 20 negara, 3 paspor, puluhan bandara disinggahi. Suka nulis, saya tetap ngeblog di madeandi.com, berbagi hal penting dan gak penting. Nulis itu mengusir galau yang mujarab.
  14. Prinsipnya: tidak harus nunggu hebat dulu untuk berbagi. Tidak harus kaya dulu untuk nolong orang. Berbagi tak pernah rugi.
  15. Saya tetap ngasih kuliah kalau pulang ke Indonesia, setiap liburan selalu ngasih kuliah umum, tidak saja di UGM, ngasih kuliah online juga dr Aussie ke Ina. Cerita saya memberi Kuliah online ke Papua bahkan sempat dibaca Pak SBY.
  16. Saya nulis lebih dari 30 artikel di @jakpost selama sekolah PhD, belasan tulisan di media lain, ratusan blog post, media online dll.
  17. Selama PhD terbit 5 buku: #BeyondBorders #WollongongMenyapa #CincinMerah #GuruKangguru #KelilingDunia. Ini alasan ‘keren’ kenapa sekolah lama 🙂
  18. Pernah juga dapat kesempatan berlayar 4 Minggu di Samudera Hindia, pemetaan landas kontinen. Ini yang kemudian jadi buku #CincinMerah.
  19. Pernah sakit cacar saat jadi ketua PPIA @uow padahal ada proyek besar peringatan batik dunia 😦 Saat itu, muka compang camping mengenaskan.
  20. Selain perayaan batik dunia, saat cacar itu harus ikut lomba ke Paris. Syukurlah juara umum 🙂 kerja keras berbuah manis. Ceritanya ada di buku #KelilingDunia.
  21. Masa masa berat, @KtutAsti dan Lita harus pulang duluan ke Ina. Sendirian menjalani perjuangan berat. Rasanya aneh setelah hampir tiga tahun bersama sangat akrab 😦
  22. Hidup sendirian ada positifnya. Lebih mandiri, lebih banyak waktu untuk sosialisasi dan networking. Lebih akrab sama sesama PhD students. Jadi sering lembur di kampus dan jalan bareng.
  23. Saya termasuk yang kurang disiplin, mudah tergoda berbagai kesempatan. Sering ikut lomba, nulis blog atau koran, jadi panitia ini itu, jalan2 dll.
  24. Progres PhD tidak selalu bagus. Pernah mengalami kemalasan amat sangat. Untunglah pelariannya ngeblog/ngetwit. Meski galau tetap berbagi.
  25. Akhirnya sampai waktu habis belum selesai tesisnya, diampuni, dikasih bebas SPP untuk selesaikan tesis. Ini jangan sampai ditiru oleh siapapun.
  26. Saya terbantu karena sangat kompak dengan Supervisor. Salah satunya karena gak tanggung2 bantu dia meski gak ada kaitannya dengan riset saya.
  27. Saya berhasil membina hubungan baik dengan supervisor, lebih dari sekedar hubungan akademik. Ada chemistry. Jangan salah, dia cowok kok 🙂
  28. Di saat kritis soal kemajuan riset, supervisor yang pasang badan 🙂 Ketika mau urus bebas SPP, dia yang berjuang mati matian. Ini ada buruknya, saya jadi selalu merasa dibela dan bisa tetap malas.
  29. Pelajaran moral: semua orang bisa jatuh. Yang membedakan, siapa yang menyerah siapa yang tidak. Saya selamat karena dikelilingi orang orang baik.
  30. Di akhir masa PhD, @KtutAsti dapat beasiswa s2 di @unsw, Sydney. Good news tapi saya juga jadi ribet karena harus pindah kota tinggalnya. Wollongong itu 1,5 jam dari Sydney dengan kereta.
  31. Positifnya, suka duka ditanggung bareng tapi tingkat stress Asti juga berpengaruh ke saya 🙂 Tapi hidup harus jalan terus meski terseok seok.
  32. Terjadi penyesuaian dalam aktivitas, saya tinggal di Sydney tapi kampus di Wollongong. Cukup repot padahal perlu fokus di saat saat akhir.
  33. Tapi kebersamaan itu tiada duanya. Meskipun repot, beban dipikul berdua pasti lebih ringan. Akhirnya semua baik2 saja, berjalan seperti seharusnya.
  34. Di akhir masa studi, saya memutuskan tidur di kampus berbekal sleeping bag. Tidur di lantai yang dingin, mandi di kampus.
  35. Kenapa tidur di kampus? Sydney-Wollongong cukup jauh, deadline mengancam. Tiket pesawat pulang sdh dikasih. Ngeri kalau sampai nggak tamat 😦
  36. Malam malam sendirian di kampus berdinding kaca yang dingin, ada perasaan was was tapi ketakutan akan gagal mengalahkan semuanya.
  37. Motivasi lain, saya terlanjur sering berbagai kisah kisah heroik selama ini kepada pejuang beasiswa, malu kan kalau sampai gak lulus 😦
  38. Ini adalah alasan lain sering berbagi. Tanpa sengaja saya membuat ‘perangkap’ sendiri untuk ‘terpaksa’ berjuang keras agar terhindar dari malu yang amat sangat.
  39. Jadi kalau teman teman lihat saya ‘rajin’ berbagi, itu juga dalam rangka mengingatkan diri sendiri dan sebagai ‘pelarian’ positif 🙂
  40. Rajin ngeblog itu, bagi saya, tidak selalu berarti kerjaan utama sdh beres. Ngeblog bg saya bs jadi = ngerokok bagi perokok.
  41. Seperti saya yang tidak bisa paham kenapa orang ketagihan rokok, banyak yang mungkin gak ngerti kalau saya bilang nulis itu candu.
  42. Karena saya aktif organisasi, tiap Presiden @SBYudhoyono datang, selalu diminta oleh Kedutaan atau Konjen menemani team preseiden dan menteri. Ini pengalaman istimewa.
  43. Tidak semua mahasiswa Ina di LN sempat ketemu presiden dan menteri. Bukan soal ketemu menterinya tapi soal membangun network dan mendekatkan ilmu pada kebijakan. Ini penting!
  44. Belakangan saya temukan, perjalanan PhD layak diceritakan karena ‘hal hal lain’ di luar akademik. Itu yang justru memperkaya.
  45. Saya pernah bisa selamat dari pembatalan keberangkatan ke Vietnam untuk konferensi karena kenal baik sama orang Konjen Sydney. ceritanya ada di buku #KelilingDunia
  46. Saya pernah bicara 4 mata dengan Presiden Somalia karena keberhasilan menjaga hubungan baik dengan teman2 di UN selama sekolah.
  47. Bagi saya perjalanan PhD adalah masa masa istimewa saat belajar tentang hidup sebanyak banyaknya. Tak salah jika namanya “Philosophy Doctor”.
  48. Maka menurut saya, rugilah mereka yang perjalanan PhDnya hanya untuk menambah 3 huruf di belakang namanya. PhD sungguh lebih dari itu, jangan sia siakan.
  49. Yang pasti, PhD itu membuat paham betapa banyaknya yang tidak saya pahami. Jadi agak tahu apa yang tidak diketahui sebelumnya.
  50. PhD adalah sebuah perjalanan kolektif. Dukungan istri, pengertian anak, doa orang tua dan permakluman teman jadi kunci keberhasilan.
  51. Saya beruntung punya istri yang begitu mendukung, anak yang rela ditinggal dan menjadikan Skype sebagai alat perekat cinta.
  52. Saya beruntung punya orang tua yang sehat fisik dan ekonomi sehingga perjalanan PhD saya tidak diganggu urusan kesehatan dan finansial. Saya tahu banyak yang perjalanan studinya berat karena urusan ekonomi itu.
  53. Saya beruntung punya mertua dan ipar yang rela mengambil alih tanggung jawab saya merawat anak selama menjalani PhD. Jasa mereka tidak akan pernah terbayar.
  54. Saya beruntung punya kolega di @UGMYogyakarta dan @geodesiugm yang membiarkan saya bertumbuh meski harus jauh dari kantor demi PhD.
  55. Fokus pada PhD bisa membuat peran dan kehadiran kita dilupakan khalayak. Maka dari itu saya tetap menulis agar nama saya tetap beredar sehingga saat selesai PhD nanti tidak mulai dr nol.
  56. PhD adalah perjuangan. Maka jika ada mahasiswa saya yang diminta revisi skripsi/tesis langsung keder, saya senyum saja. They have no idea 🙂
  57. Perjalanan selama PhD juga memberi kesempatan berkiprah di tingkat dunia sambil mengakar kuat pada basis nilai nilai lokal.
  58. PhD harus membuat kita, atau setidaknya wawasan kita, melanglang buana. Buatlah peta pertemanan atau lokasi kunjungan dan saksikanlah seberapa luas jaringan kita
  59. Yang paling penting, PhD semestinya membuat peraihnya mampu berpikir besar tetapi tetap bertindak lokal dan mulai sekarang. Think Big, Act Small, Start Now!
  60. Benar kata Malcolm Forbes, pendidikan itu memang untuk mengganti kepala yang kosong dengan kepala yang terbuka. Demikianlah bagi saya perjalanan meraih PhD itu. Terima kasih 🙂

Tips Skripsi

http://blogsafitricahkebumen.blogspot.com

Jika Anda bukan mahasiswa kebanyakan, mungkin tulisan ini tidak banyak manfaatnya. Meski demikian, bukan berarti Anda tidak boleh membacanya. Yang jelas, tips ini saya buat untuk dibaca dan dipahami oleh mahasiswa kebanyakan. Ini adalah tips untuk orang kebanyakan dari orang kebanyakan sehingga harapannya lebih mudah dimengerti 🙂 Tulisan ini adalah rangkuman twit saya dengan topik #TipsSkripsi sehingga mungkin ada penulisannya yang tidak sesuai EYD. Mohon dipahami dan silakan fokus pada isi dan pesannya.

Continue reading “Tips Skripsi”

Spiderman tidak berasal dari Tabanan

http://fc09.deviantart.net/

Kerap ada pertanyaan bagaimana saya menemukan ide untuk menulis dalam jumlah yang cukup banyak. Menjawab pertanyaan demikian, saya pernah bertanya balik apakah pernah menonton film Spiderman. Hampir semua mengatakan pernah dan begitu saya tanya berapa kali dan berapa judul film tentang Spideman yang pernah ditonton, hampir semua menyatakan lebih dari satu. Film Spiderman, seperti halnya film super hero lainnya, memang hadir dalam berbagai versi. Seakan-akan kisahnya baru, film Spiderman versi apapun selalu berhasil menarik minat orang untuk menonton.

Continue reading “Spiderman tidak berasal dari Tabanan”

Menulis untuk Kebaikan, bersama Ahmad Fuadi

fuadi
A. Fuadi, penulis Trilogi #Negeri5Menara

Malam tanggal 23 September 2013 ada satu kecelakaan yang membahagiakan. Saya bertemu dengan Bang Ahmad Fuadi, penulis trilogi novel laris Negeri 5 Menara (N5M), Ranah 3 Warna dan Rantau 1 Muara. Saya sebut kecelakaan karena pertemuan ini memang tidak direncanakan jauh-jauh hari. Sore tadi, tiba-tiba saja Asti, istri saya, bertanya “Ayah kenal Fuadi?” dan itu sanggup menghentikan aktivitas saya seketika. Tentu saja saya kenal beliau walaupaun Bang Fuadi kemungkinan besar tidak mengenal saya. Singkat cerita, Bang Fuadi sedang ada di Sydney untuk satu urusan dan teman-teman Keluarga Pelajar Islam Indonesia (KPII) Sydney menodong beliau untuk bersilaturahim, berbagi soal kepenulisan. Saya langsung memutuskan datang.

Saya tiba di lantai tiga squarehouse UNSW, Sydney sekitar pukul 20.05 AEST, sedikit terlambat dari yang dijadwalkan. Sebelumnya saya telah terlanjur mengundang seorang kawan untuk makan malam di rumah dan demi Bang Fuadi, kawan ini terpaksa saya tinggalkan :). Saat tiba, saya lihat Bang Fuadi sudah ada di ruangan bercakap-cakap dengan panitia. Beberapa kawan mahasiswa dan keluarga terlihat antusias menunggu acara ditemani berupa-rupa penganan kecil dan minuman. Ini daya tarik lain mengikuti acara bersama KPII. Peserta tidak begitu banyak karena dua alasan. Pertama, acaranya memang mendadak dan hari-hari ini adalah saatnya penyelesaian tugas kuliah dan ujian. Meski demikian, masih cukup banyak yang mengambil risiko datang meskipun besoknya akan ujian. Kedatangan mereka adalah testimoni tersendiri bagi keampuhan daya tarik Bang Fuadi.

Continue reading “Menulis untuk Kebaikan, bersama Ahmad Fuadi”

%d bloggers like this: