Kerap ada pertanyaan bagaimana saya menemukan ide untuk menulis dalam jumlah yang cukup banyak. Menjawab pertanyaan demikian, saya pernah bertanya balik apakah pernah menonton film Spiderman. Hampir semua mengatakan pernah dan begitu saya tanya berapa kali dan berapa judul film tentang Spideman yang pernah ditonton, hampir semua menyatakan lebih dari satu. Film Spiderman, seperti halnya film super hero lainnya, memang hadir dalam berbagai versi. Seakan-akan kisahnya baru, film Spiderman versi apapun selalu berhasil menarik minat orang untuk menonton.
Apakah Spiderman yang muncul belakangan benar-benar berisi ide baru yang berbeda dari film Spiderman sebelumnya? Ternyata tidak. “Tidak ada satupun film Spiderman yang mengisahkan Peter Parker alias Spiderman berasal dari Tabanan”, demikian saya berkelakar. Ini memang lelucon tetapi di balik itu saya hendak mengatakan bahwa film baru tidak selalu berisi ide-ide baru secara signifikan. Peter Parker juga selalu digigit laba-laba di berbagai versi, tidak pernah diceritakan dia digigit semut apalagi ular sehingga kemudian bisa menjadi Spiderman. Ceritanya cukup mudah ditebak dan semua orang sudah tahu tetapi selalu banyak yang menonton.
“Menulis juga tidak jauh beda dengan Film Spiderman”, demikian saya bertutur. Tulisan baru tidak selalu harus mengandung gagasan yang benar-benar baru, apalagi tulisan yang tidak dipublikasikan di media umum/ilmiah. Tulisan baru bisa saja merupakan ulasan dari tulisan sebelumnya atau hasil modifikasi dengan penyajian yang berbeda. Persis seperti Spiderman, film berikutnya bisa memuat kisah yang sama tetapi dengan pemeran dan pemaknaan yang berbeda. Senada dengan apa yang dinasihatkan Marcel Proust, “kisah penemuan sejati, tidaklah selalu terkait dengan menemukan sesuatu yang baru tetapi soal memiliki sudut pandang baru.” Dengan cara pandang berbeda, kita bisa membuat kisah berbeda tentang satu obyek yang sama. Apakah itu susah? Mengutip kalimat Alex Hitchins di Hitch (2005), “not if you pay attention”. Bahwa kunci dari kemampuan membuat kisah baru adalah ‘perhatian’. Jika kita penuh perhatian, kata Alex, kita tidak akan kesulitan. If you pay attention, life is not hard all around.
Bagi saya, menulis tidaklah selalu tentang mengemukakan gagasan-gagasan besar yang mengubah dunia. Menulis bisa jadi ‘sekedar’ tindakan refleksi tentang apa yang sudah ada dan sudah terjadi. Menulis tidak selalu tentang ‘rocket science’ yang menerbangkan manusia ke planet lait atau satelit alaminya. Menulis adalah tetang mengikat makna yang tercecer agar kelak bisa dijadikan cermin. Tidak selalu kita harus memaksa diri menemukan satu fakta baru karena sesungguhnya, kata kitab pegangan hidup, “there is nothing new under the sun” Pada akhirnya, Peter Parker tetap saja dari Queens, New York, dia tidak akan pernah berasal dari Tabanan.
a madeandi's life 
Ha ha ha.. benar juga mas Andi.. Ide sederhana, tapi dengan penyajian yang berbeda, bisa menjadi tulisan yang menarik… Spiderman memang tidak akan dari Tabanan, dan dia juga tidak mungkin menjadi spiderman oleh karena digigit ular… karena kalau digigit ular bisa-bisa akan menjadi Anaconda.. ha ha ha.. Terimakasih atas tulisannya.. Saya senang mengikuti tulisan mas Andi Arsana 🙂
Terima kasih MAS Herri 🙂
Saya sangat setuju. Saya pernah berpikir, jika kita menulis sesuatu yang sangat ideal dan penuh dengan kehebatan, rasanya sesuatu yang sangat amat sulit. Jadi mungkin menulis sesuatu yang sederhana dan apa adanya mungkin jauh lebih baik. Apalagi dalam menuis suatu hal yang sama tapi oleh orang yang berbeda maka hasilnya bisa berbeda karena sudut pandang orang tentu bisa berbeda.
Contohnya, menulis tentang hasil pertandingan sepakbola semalam. Skornya pasti sama di mata semua orang, jalannya pertandingannya pun tentu sama, tapi hasil tulisan satu orang dengan orang lainnya bisa saja berbeda.
Sebuah analogi yg baik 🙂