Sekali-sekali dosen juga perlu digampar!

Tahun 2013 saya pernah menulis kritik terhadap mahasiswa. Saya sebut kritik itu sebagai gamparan. Saya sengaja menggunakan bahasa sarkastik ketika itu agar lebih mudah dipahami. Dalam perjalanan saya mengajar yang belum seberapa lama, saya menyadari bahwa peran dosen sangat penting dalam membuat mahasiswa layak digampar atau tidak perlu digampar. Dengan kata lain, sebagai dosen saya sering merasa bahwa kesalahan ada pada saya juga. Untuk itu saya merasa perlu dikritik. Akhirnya saya memancing para mahasiswa untuk memberi masukan bagi kami, para dosen, agar bisa lebih baik. Bahasa mereka kadang kocak, kadang tidak sopan juga dan kadang kasar. Saya tidak melakukan sensor terlalu banyak. Sebagian besar, jika tidak semua, kritikan ini benar meskipun belum tentu berlaku pada semua dosen. Saya memahami bahwa kritik ini disampaikan berdasarkan pengalaman masing-masing. Mahasiswa yang memberi kritik ini berasal dari banyak universitas dan di berbagai daerah di Indonesia.

Saran mereka itu saya tuliskan di post ini dengan judul yang agak nyeleneh. Jika teman-teman saya sesama dosen merasa terusik, maafkan. Kali ini saya mengajak kawan-kawan semua mengabaikan ekspresi tetapi fokus pada isi. Jika kita baik, tentu tidak ada alasan untuk tersinggung atau tergampar. Yang pasti, saya sudah tergampar bolak-balik dengan butir-butir usulan mahasiswa ini. Berharap bisa berbenah. Hasil pendidikan tanggung jawab kita, bukan cuma dosen, bukan hanya mahasiswa. Tanpa kerjasama dan komunikasi yang baik, tidak akan ada hasil yang baik. Semoga kita tidak betah dalam suasana saling menuduh dan berburuk sangka. Meminjam istilah paman Malcolm Forbes, tujuan utama pendidikan adalah mengganti kepala yang kosong dengan kepala yang terbuka. Jadi, tujuan pendidikan bukan memintarkan tetapi membuat orang terbuka dengan berbagai gagasan. Mari menjadi terbuka, dengan gamparan kiri kanan 😀

Continue reading “Sekali-sekali dosen juga perlu digampar!”

Advertisement

Ingin Bekerja di Luar Negeri

singapuraBeberapa saat lalu saya mendapat undangan untuk hadir di acara pameran karir di Singapura yang diselenggarakan oleh Osaka University. Undangan itu ditujukan kepada Rektor UGM dan beliau menugaskan saya untuk menghadirinya karena juga terkait penjajagan kerjasama dengan mitra luar negeri. Osaka University adalah mitra potensial UGM dan berkenan menanggung semua biaya yang timbul karena partisipasi UGM. Atas instruksi itu, saya berada di Singapura pada tanggal 13 hingga 14 Februari 2015.

Dari sekian banyak pembicaraan, ada satu yang begitu menarik perhatian saya yaitu terkait kesempatan kerja di luar negeri. Seorang praktisi Pengembangan Sumberdaya Manusia dari Mitsubishi menceritakan kisah pengalamannya dalam melakukan rekruitmen di Asia Tenggara. Ada bayak fakta yang membut dahi berkerut.

Continue reading “Ingin Bekerja di Luar Negeri”

Tips Seminar Proposal Skripsi, alias SemPro

Banyak yang menganggap seminar proposal skripsi itu menyeramkan. Sesungguhnya tidak demikian kalau kalian paham dengan baik apa sesungguhnya seminar proposal ini. Tips ini pernah saya twit untuk Geodesi UGM. Silakan disimak dan semoga membantu.

  1. Seminar proposal skripsi itu bukan pengadilan, tidak usah takut 🙂 Itu adalah proses dialog untuk memastikan mahasiswa siap membuat skripsi.
  2. Tujuan utama Seminar proposal skripsi adalah untuk membantu mahasiswa dalam menyiapkan skripsinya jadi tdk perlu tegang tapi perlu siap-siap dengan baik.
  3. Intinya kalian mau bikin skripsi maka kalian perlu sampaikan gagasan skripsi itu kepada dosen agar dipastikan arahnya benar dan kalian tidak tersesat.
  4. Kalian perlu sampaikan apa yang sudah ada atau diteliti orang lain dan sampaikan apa yang belum ada atau diteliti. Nah itulah yang ingin kalian teliti. Namanya filling the gap. Makanya tugas utama kalian adalah membaca penelitian terdahulu.
  5. Pada dasarnya, dosen perlu tahu, kalian mau apa, siap nggak kalian melakukannya, sdh punya data belum. Intinya agar pembuatan skripsi nanti lancar 😉
  6. Dalam presentasi harus sampaikan apa topik skripsinya, mengapa itu perlu dilakukan, metode/caranya bagaiamna, datanya dari mana, lalu hasilnya nanti apa? Gunanya apa? Itu saja. Tidak usah ribet2 mikirnya 🙂
  7. Seminar proposal skripsi adalah proses dialog yg baik antara murid dan guru. Tidak bisa jawab pertanyaan dosen itu wajar, dosen akan kasih masukan. Tapi jangan meremehkan.
  8. Secara teknis, siapkan presentasi yg baik. Buat slide yg sederhana tapi efektif. Jangan kebanyakan huruf. Isi ilustrasi gambar yg bisa menjelaskan secara visual. Ini contoh yang perlu diperbaiki:
  9. Jangan hanya copas isi proposal ke slide Power Point. Itu bukan cara yg baik dlm presentasi. Lihat bedanya kedua slide berikut. Isinya sama tapi cara penyampaiannya beda.
    teksvsgambar
  10. Pastikan presentasi tdk lbh dari sepuluh menit, makanya jangan terlalu banyak teori. Latih di rumah sampai lancar dan tepat waktu. Jangan tampil tanpa latihan.
  11. Tidak semua orang berbakat presentasi. Tenang saja. Setidaknya kalian tampil wajar. Merasa tidak berbakat? Latihan!!! Ajak teman untuk belajar bersama dan saling koreksi.
  12. Kalau latihan 100 kali belum bisa lancar dan tepat waktu, latih 200 kali. Tapi kalau latihan sekali sudah okay, bagus lah 🙂
  13. Pertanyaan dosen biasanya seputar: hipotesis, metode/cara penelitian, kesiapan data, kesiapan software, hasil yg diharapkan dan manfaat penelitian.
  14. Intinya banget, dosen ingin kalian bisa selesai dengan lancar dan hasilnya baik. Seminar proposal skripsi adalah untuk membantu kalian, bukan mengadili. Sekian 🙂
  15. Eh, satu lagi: tampil rapi! Penampilan memang bukan yang utama tetapi selalu lebih menyenangkan melihat orang tampil rapi dan bersih secara wajar saat menyampaikan gagasannya.

Silakan baca juga tips presentasi skripsi

Kalau sudah selesai skripsi, mungkin Anda tertarik S2 dengan beasiswa ke luar negeri. Silakan baca buku ‘Rahasia Beasiswa‘ ini 🙂

Tips Wawancara: Membangun Empati

dari: brantar.blogspot.com

Ada seorang perempuan muda masuk ruangan dan saya sudah menunggu dengan siap. Saya bertugas mewawancarai gadis itu untuk seleksi beasiswa di sebuah kabupaten di Kalimantan Timur. Saya mengamati dia berjalan agak cepat ke arah saya dan langsung duduk di sebuah kursi, tepat di depan meja. Kami berhadap-hadapan dan siap melakukan peran masing-masing.

Berbeda dengan peserta wawancara lainnya, perempuan muda ini memberi kesan yang tidak biasa. Jika yang lainnya cenderung hormat, sopan dan sangat menjaga sikap, perempuan ini terkesan agoran. Ada hal yang melampaui percaya diri sehingga yang muncul adalah kesombongan. Setidaknya itu kesan yang saya tangkap. Cara dia memandang, cara dia tersenyum dan caranya duduk menggambarkan bahwa dengan sengaja dia memancarkan energi yang besar dan kuat bahwa dia ada di sana dengan niat untuk mengalahkan. Continue reading “Tips Wawancara: Membangun Empati”

Rahasia di Balik Gelar Doktor

image(13)
Perjalanan menuju doktor

Tentu saja ini bukan sebuah rahasia karena hal ini dialami oleh banyak orang bahkan mungkin dengan cara yang lebih heroik. Judul ini dipilih karena alasan iseng dan untuk membuatnya dramatis, tidak lebih tidak kurang. Cerita ini saya paparkan dalam bentuk potongan potongan informasi yang sebelumnya saya bagikan lewat Twitter. Selamat menikmati.

  1. Saya mulai tahun 2008 dengan Beasiswa Australian Leadership Awards (ALA) di @uow, di sebuah Kota kecil Wollongong, Australia.
  2. Saat mulai PhD, bulan ketiga saya sudah konferensi ke Norway. Kok cepet? Itu hasil penelitian saat S2 sebelumnya dan karena dekat dengan Supervisor. Supervisor S3 dan S2 saya sama.
  3. Untuk ke Norway, saya ngumpulin duit dari ALA, universitas dan supervisor. Ceritanya ada di buku #KelilingDunia. Itu adalah kunjungan pertama ke Eropa yang bersejarah.
  4. Cerita ‘sedihnya’, saya ditinggal supervisor selama 8 bln justru saat menulis proposal PhD 😦 Dia sekolah S2 ke Canada. Betul, dia sudah S3 dan sekolah S2 lagi. Iseng banget!
  5. Saya menentukan arah sendiri saat nulis proposal S3 dengan bimbingan minimal. Komunikasi dengan Supervisor hanya email. Karena beda zona waktu maka jadi lebih heboh saat ngatur waktu.
  6. Ini tantangan lain PhD. Harus rela begadang jam 2-4 pagi demi komunikasi interaktif dengan Supervisor yang ada di belahan dunia lain.
  7. Karena merasa tertantang dan dukungan yang bagus dari supervisor saya justru bisa selesaikan beberapa paper untuk konferensi dan jurnal saat pisah sama Supervisor itu. Nulis bareng! 🙂
  8. Karena pisah sama supervisor, saya baru presentasi proposal PhD setelah setahun, tepatnya 23 Juli 2009. Agak lambat 😦
  9. Tantangan lain, tetap melayani bos/kolega dr Ina yang datang ke Aussie. Saya msh jadi ‘tuor guide’ di Sydney semalam sebelum presentasi proposal.
  10. Saya termasuk orang yang tidak bisa fokus hanya pada satu hal. Tetap kerja part time cuci piring di restoran Thailand 🙂 Ini sisi lain PhD.
  11. Kerja saya macam2: Cleaner, guru komputer, asisten peneliti, dosen, kartografer, student advisor, dll. Intinya: gak bisa diem.
  12. Dasarnya ‘banci urus’, saya aktif di Perhimpunan Pelajar Indonesia Australia. Sempat jadi ketua PPIA di @uow, aktif di @PPIAustralia juga 🙂 Pernah menjadi pimpinan sidang umum PPIA dan menajadi campaign strategist untuk seorang calon Presiden PPIA.
  13. Selama PhD, saya kunjungi 5 benua untuk presentasi penelitian, sekitar 20 negara, 3 paspor, puluhan bandara disinggahi. Suka nulis, saya tetap ngeblog di madeandi.com, berbagi hal penting dan gak penting. Nulis itu mengusir galau yang mujarab.
  14. Prinsipnya: tidak harus nunggu hebat dulu untuk berbagi. Tidak harus kaya dulu untuk nolong orang. Berbagi tak pernah rugi.
  15. Saya tetap ngasih kuliah kalau pulang ke Indonesia, setiap liburan selalu ngasih kuliah umum, tidak saja di UGM, ngasih kuliah online juga dr Aussie ke Ina. Cerita saya memberi Kuliah online ke Papua bahkan sempat dibaca Pak SBY.
  16. Saya nulis lebih dari 30 artikel di @jakpost selama sekolah PhD, belasan tulisan di media lain, ratusan blog post, media online dll.
  17. Selama PhD terbit 5 buku: #BeyondBorders #WollongongMenyapa #CincinMerah #GuruKangguru #KelilingDunia. Ini alasan ‘keren’ kenapa sekolah lama 🙂
  18. Pernah juga dapat kesempatan berlayar 4 Minggu di Samudera Hindia, pemetaan landas kontinen. Ini yang kemudian jadi buku #CincinMerah.
  19. Pernah sakit cacar saat jadi ketua PPIA @uow padahal ada proyek besar peringatan batik dunia 😦 Saat itu, muka compang camping mengenaskan.
  20. Selain perayaan batik dunia, saat cacar itu harus ikut lomba ke Paris. Syukurlah juara umum 🙂 kerja keras berbuah manis. Ceritanya ada di buku #KelilingDunia.
  21. Masa masa berat, @KtutAsti dan Lita harus pulang duluan ke Ina. Sendirian menjalani perjuangan berat. Rasanya aneh setelah hampir tiga tahun bersama sangat akrab 😦
  22. Hidup sendirian ada positifnya. Lebih mandiri, lebih banyak waktu untuk sosialisasi dan networking. Lebih akrab sama sesama PhD students. Jadi sering lembur di kampus dan jalan bareng.
  23. Saya termasuk yang kurang disiplin, mudah tergoda berbagai kesempatan. Sering ikut lomba, nulis blog atau koran, jadi panitia ini itu, jalan2 dll.
  24. Progres PhD tidak selalu bagus. Pernah mengalami kemalasan amat sangat. Untunglah pelariannya ngeblog/ngetwit. Meski galau tetap berbagi.
  25. Akhirnya sampai waktu habis belum selesai tesisnya, diampuni, dikasih bebas SPP untuk selesaikan tesis. Ini jangan sampai ditiru oleh siapapun.
  26. Saya terbantu karena sangat kompak dengan Supervisor. Salah satunya karena gak tanggung2 bantu dia meski gak ada kaitannya dengan riset saya.
  27. Saya berhasil membina hubungan baik dengan supervisor, lebih dari sekedar hubungan akademik. Ada chemistry. Jangan salah, dia cowok kok 🙂
  28. Di saat kritis soal kemajuan riset, supervisor yang pasang badan 🙂 Ketika mau urus bebas SPP, dia yang berjuang mati matian. Ini ada buruknya, saya jadi selalu merasa dibela dan bisa tetap malas.
  29. Pelajaran moral: semua orang bisa jatuh. Yang membedakan, siapa yang menyerah siapa yang tidak. Saya selamat karena dikelilingi orang orang baik.
  30. Di akhir masa PhD, @KtutAsti dapat beasiswa s2 di @unsw, Sydney. Good news tapi saya juga jadi ribet karena harus pindah kota tinggalnya. Wollongong itu 1,5 jam dari Sydney dengan kereta.
  31. Positifnya, suka duka ditanggung bareng tapi tingkat stress Asti juga berpengaruh ke saya 🙂 Tapi hidup harus jalan terus meski terseok seok.
  32. Terjadi penyesuaian dalam aktivitas, saya tinggal di Sydney tapi kampus di Wollongong. Cukup repot padahal perlu fokus di saat saat akhir.
  33. Tapi kebersamaan itu tiada duanya. Meskipun repot, beban dipikul berdua pasti lebih ringan. Akhirnya semua baik2 saja, berjalan seperti seharusnya.
  34. Di akhir masa studi, saya memutuskan tidur di kampus berbekal sleeping bag. Tidur di lantai yang dingin, mandi di kampus.
  35. Kenapa tidur di kampus? Sydney-Wollongong cukup jauh, deadline mengancam. Tiket pesawat pulang sdh dikasih. Ngeri kalau sampai nggak tamat 😦
  36. Malam malam sendirian di kampus berdinding kaca yang dingin, ada perasaan was was tapi ketakutan akan gagal mengalahkan semuanya.
  37. Motivasi lain, saya terlanjur sering berbagai kisah kisah heroik selama ini kepada pejuang beasiswa, malu kan kalau sampai gak lulus 😦
  38. Ini adalah alasan lain sering berbagi. Tanpa sengaja saya membuat ‘perangkap’ sendiri untuk ‘terpaksa’ berjuang keras agar terhindar dari malu yang amat sangat.
  39. Jadi kalau teman teman lihat saya ‘rajin’ berbagi, itu juga dalam rangka mengingatkan diri sendiri dan sebagai ‘pelarian’ positif 🙂
  40. Rajin ngeblog itu, bagi saya, tidak selalu berarti kerjaan utama sdh beres. Ngeblog bg saya bs jadi = ngerokok bagi perokok.
  41. Seperti saya yang tidak bisa paham kenapa orang ketagihan rokok, banyak yang mungkin gak ngerti kalau saya bilang nulis itu candu.
  42. Karena saya aktif organisasi, tiap Presiden @SBYudhoyono datang, selalu diminta oleh Kedutaan atau Konjen menemani team preseiden dan menteri. Ini pengalaman istimewa.
  43. Tidak semua mahasiswa Ina di LN sempat ketemu presiden dan menteri. Bukan soal ketemu menterinya tapi soal membangun network dan mendekatkan ilmu pada kebijakan. Ini penting!
  44. Belakangan saya temukan, perjalanan PhD layak diceritakan karena ‘hal hal lain’ di luar akademik. Itu yang justru memperkaya.
  45. Saya pernah bisa selamat dari pembatalan keberangkatan ke Vietnam untuk konferensi karena kenal baik sama orang Konjen Sydney. ceritanya ada di buku #KelilingDunia
  46. Saya pernah bicara 4 mata dengan Presiden Somalia karena keberhasilan menjaga hubungan baik dengan teman2 di UN selama sekolah.
  47. Bagi saya perjalanan PhD adalah masa masa istimewa saat belajar tentang hidup sebanyak banyaknya. Tak salah jika namanya “Philosophy Doctor”.
  48. Maka menurut saya, rugilah mereka yang perjalanan PhDnya hanya untuk menambah 3 huruf di belakang namanya. PhD sungguh lebih dari itu, jangan sia siakan.
  49. Yang pasti, PhD itu membuat paham betapa banyaknya yang tidak saya pahami. Jadi agak tahu apa yang tidak diketahui sebelumnya.
  50. PhD adalah sebuah perjalanan kolektif. Dukungan istri, pengertian anak, doa orang tua dan permakluman teman jadi kunci keberhasilan.
  51. Saya beruntung punya istri yang begitu mendukung, anak yang rela ditinggal dan menjadikan Skype sebagai alat perekat cinta.
  52. Saya beruntung punya orang tua yang sehat fisik dan ekonomi sehingga perjalanan PhD saya tidak diganggu urusan kesehatan dan finansial. Saya tahu banyak yang perjalanan studinya berat karena urusan ekonomi itu.
  53. Saya beruntung punya mertua dan ipar yang rela mengambil alih tanggung jawab saya merawat anak selama menjalani PhD. Jasa mereka tidak akan pernah terbayar.
  54. Saya beruntung punya kolega di @UGMYogyakarta dan @geodesiugm yang membiarkan saya bertumbuh meski harus jauh dari kantor demi PhD.
  55. Fokus pada PhD bisa membuat peran dan kehadiran kita dilupakan khalayak. Maka dari itu saya tetap menulis agar nama saya tetap beredar sehingga saat selesai PhD nanti tidak mulai dr nol.
  56. PhD adalah perjuangan. Maka jika ada mahasiswa saya yang diminta revisi skripsi/tesis langsung keder, saya senyum saja. They have no idea 🙂
  57. Perjalanan selama PhD juga memberi kesempatan berkiprah di tingkat dunia sambil mengakar kuat pada basis nilai nilai lokal.
  58. PhD harus membuat kita, atau setidaknya wawasan kita, melanglang buana. Buatlah peta pertemanan atau lokasi kunjungan dan saksikanlah seberapa luas jaringan kita
  59. Yang paling penting, PhD semestinya membuat peraihnya mampu berpikir besar tetapi tetap bertindak lokal dan mulai sekarang. Think Big, Act Small, Start Now!
  60. Benar kata Malcolm Forbes, pendidikan itu memang untuk mengganti kepala yang kosong dengan kepala yang terbuka. Demikianlah bagi saya perjalanan meraih PhD itu. Terima kasih 🙂

Makrab

Makrab di Pantai Drini dengan @Geodeleven @Geodesiugm

Saya pernah ikut makrab, malam keakraban, dengan sekelompok mahasiswa di Teknik Geodesi UGM. Terasa istimewa karena itu bukan hal yang biasa dilakukan dosen dosen di tempat kami bekerja. Saya menikmati suara ombak yang menjadi latar suasana malam itu. Kawan kawan mahasiswa menyiapkan sebuah acara malam yang memikat. Api unggun di tengah menghangatkan suasana dan celoteh anak anak muda tanpa henti melambungkan ingatan saya ke beberapa belas tahun silam saat menjadi mahasiswa. Kini hadir di tengah tengah mereka sebagai dosen, ada rasa yang berbeda. Ada pemahaman baru saat melihat anak anak muda itu bercengkrama, bergurau dan saling cela satu sama lain dengan akrabnya. Yang penting, ada makna  baru yang tidak bisa didapatkan dengan tatap muka di ruang kelas.

Continue reading “Makrab”

%d bloggers like this: