Lelaki Pengelana

Aku lelaki pengelana yang bepergian tidak saja dari satu tempat ke tempat lain tetapi juga dari satu peradaban ke peradaban berikutnya. Aku menuai badai yang menerpa layarku untuk merelakan diri terombang ambing di satu titik Samudera tak bertuan. Aku menyisir pantai yang lengang, melacak jejak kebijaksanaan abadi seraya mengabadikan tinggalan tinggalan yang gugup nan rapuh.

Aku berkelana dipandu bintang, disemangati angin yang bergemuruh dan dilecut terik matahari yang menikam kemalasan. Aku mandi tetasan air yang mengalir dari gemercik suara yang berasal dari senda gurau para cendikia. Aku berbekal tongkat para santri yang mudah lantak dan luluh tapi berjaya tanpa keluh meski terik tak kunjung teduh. Aku berjalan di kesunyian, saat sendiri dan sepi menjadi satu satunya kebisingan. Saat senyap menjadi perdebatan yang paling hakiki, bahwa lawan sejati adalah keyakinan akan senyap yang penuh cerita.

Aku berkelana, tidak untuk meninggalkan kepatutan tetapi untuk berburu satu wasiat nan waskita. Aku meniti pematang yang gelap atau lorong lorong yang berdebu dan kehilangan gairah, bukan untuk menyembunyikan diri tetapi untuk menemukan keniscayaan yang lama hilang. Di suatu titik waktu aku kembali. Kembali pada gairah cemara atau aroma pagi yang basah di sebuah kita yang kerap gelisah. Dan tak ada satupun yang lebih melenakan, dari senyum seorang gadis kecil yang berlari dan menghantamku tanpa ampun dengan tumpukan rindu yang sengaja tak dipatut patutkannya.

Advertisement

Forum Ilmiah Tahunan Ikatan Surveyor Indonesia 2013

Kami menyebut diri kami surveyor. Kami adalah para penjelajah yang memetakan permukaan bumi. Di Indonesia, orang-orang seperti kami terhimpun dalam satu wadah bernama Ikatan Surveyor Indonesia (ISI) yang sudah berdiri sejak lama. Bersama dengan profesi lain, kami telah melukis keindahan nusantara dalam wujud peta. Dengan peta, kami hadirkan wajah bumi kepada mereka yang tidak sempat menjelajah. Dengan peta, Anda semua tau lokasi tempat penting dan posisi relatifnya terhadap tempat lain. Tanpa peta, sulit membayangkan seberapa jauh Desa Tegaljadi dari Manggis di Karangasem  atau seberapa dekat Monaco dan Paris di Eropa. Dengan peta, Anda bisa merencanakan perjalanan dengan baik, bisa melakukan pembangunan dengan terencana dan bisa melihat apa yang belum terlihat dalam merencanakan kota, misalnya.

Brosur FIT ISI 2013 di Yogyakarta
Brosur FIT ISI 2013 di Yogyakarta

Continue reading “Forum Ilmiah Tahunan Ikatan Surveyor Indonesia 2013”

Adegan Geospasial dalam Film Taken 2

[youtube http://www.youtube.com/watch?v=Xi_Pwau-cl0]

Banyak review yang mengatakan film Taken 2 terlalu mengada-ada. Harus diakui beberapa adegan memang tidak masuk akal. Yang paling menonjol adalah keterlibatan Kim dalam operasi penyelamatan korban penculikan orang tuanya. Kim adalah seorang gadis usia belasan yang tidak pernah mendapat pelatihan operasi sejenis. Mengejutkan jika dia begitu terampil dan berani. Meski begitu, demikianlah film. Film memang menampilkan hal-hal menipu, bukan? Jika saja dia menyajikan hal-hal yang sama dengan kejadian sehari-hari mungkin kita tidak semangat menontonnya. Tulisan ini tidak akan membahas kualitas film Taken 2 secara umum tetapi menyoroti adegan geospasial di dalamnya. Adegan yang melibatkan peta.

Continue reading “Adegan Geospasial dalam Film Taken 2”

Bagaimana Orang Geodesi Memantau Pergeseran Jembatan

Jembatan raksasa seperti Sydney Harbour Bridge atau Brooklyn Bridge atau Jembatan Suramadu pasti memerlukan pemeliharaan agar bertahan lama. Salah satu yang dipantau adalah pergerakannya untuk mengetahui apakah ada pergeseran yang membahayakan atau tidak. Pergeseran ini dikenal juga dengan istilah deformasi dalam bahasa teknis. Bagaimanakah proses pemantauan jembatan ini dilakukan? Bagaimana orang Geodesi dapat berperan melakukan pemantauan ini? Tulisan ini menjelaskannya untuk orang awam.

Continue reading “Bagaimana Orang Geodesi Memantau Pergeseran Jembatan”

%d bloggers like this: