Makanku terhenti sejenak karena tiba-tiba terdengar nyanyian. Sekelompok anak SMA 3 Jogja datang mengamen untuk penggalangan dana. Untuk perayaan Natal, kata mereka. Sementara aku sedang menikmati hidangan khas Bali di Warung makan Bima Kroda di Banguntapan, selepas beritual di Pura Jagatnatha.
Ada hal menarik yang terasa. Nikmat kuah dengan aroma dan rasa yang mengigatkan masa kecil saat menyambut Galungan dan Kuningan di Bali, kini di Jogja dilatari lagu-lagu Gereja. Aku tertegun sejenak, menikmati damai lagu yang dilantunkan penuh perasaan. Tiga anak muda itu berwajah lugu, bernyanyi malu-malu namun suaranya mengalun merdu. Damai dan memantik rindu.
Tertarik dengan pemandangan itu, aku abadikan dalam satu cerita Instagram. Ada banyak jiwa yang harus juga melihat kedamaian ini. Tak lama kemudian ada notifikasi dari seorang sahabat. Namanya Fisilmi Hamida (Mimi), seorang penulis berjilbab lulusan S2 di Inggris. Dari postingannya selama ini aku menikmati pemikiran bernasnya. “Semoga banyak yang kasih sumbangan ke mereka” komen Mimi singkat.
Sejuk sekali aku rasa. Aku menjawabnya “semoga 🙂 tadi saya kasih 10ribu … wajahnya berbinar2.” Mimi menjawab kembali “pasti seneng banget, Bli. Been there done that, collecting donation buat selimut dibagiin ke homeless cz none should spend Christmas alone in a terribly cold winter.” Aku tercenung lama, sebenarnya tak berharap akan dapat jawaban sebening itu. Tak tahu harus berkata apa, aku hanya balas “My Lord, thank you!”
Adakah yang lebih indah dari ini?
#CeritaIndonesiaKita
a madeandi's life 