Pendaftaran Beasiswa Australia Awards kapan ya? Ini pertanyaan biasa dan sangat mainstream. Selalu saja ada orang yang bertanya soal pendaftaran beasiswa luar negeri. Pertanyaan bisa datang dari mahasiswa, dosen bahkan pejabat negara yang ingin sekolah ke luar negeri. Urusannya tentu cepat beres kalau saya jawab dengan singkat padat dan jelas. Hanya saja kadang saya tidak rela berpikir sesederhana itu.

Saya punya prinsip, ada hal-hal umum yang seharusnya tidak ditanyakan tetapi dicari sendiri informasinya dari sumber resmi. Menurut Kisanak, apakah deadline pendaftaran sebuah program beasiswa itu ada di website resminya? Saya yakin, semua orang normal akan bersepakat bahwa informasi itu pasti ada di website resmi. Deadline pendaftaran, syarat berkas, ketentuan TOEFL/IELTS pasti ada di website resminya. Jika saja Kisanak meluangkan beberapa menit waktu untuk membaca tentu akan bisa mendapatkan informasi yang terpercaya dan pasti benar.
Saya merasa tersanjung banyak orang bertanya pada saya karena itu artinya kepercayaan. Tetapi jika pertanyaan itu berkisar antara, deadline, syarat berkas, besarnya TOEFL yang diharapkan, saya cenderung merasa dianggap sebagai pegawai beasiswa atau customer service sebuah kantor. Atau tampang saya memang cocok jadi CS? Sebenarnya saya berharap orang-orang bertanya hal yang lebih strategis, lebih folosofis, bukan yang adminisratif yang bisa dilihat sendiri di websitenya.
Mendapat pertanyaan seperti itu membuat saya bertanya soal kualitas dan kegigihan perjuangan. Jika untuk deadline beasiswa saja dia bertanya pada orang dan malas mencari sendiri, kualitas apa yang bisa membuat dia memenangkan kompetisi yang sengit dan ketat itu? Atau orang-orang demikian menggangap bahwa bertanya pada orang lain (bukan membaca buku/website petunjuk resmi) adalah bentuk perjuangan yang gigih? Jangan-jangan memang begitu. Jika ya demikian, urusannya menjadi lebih serius lagi.
Beberapa waktu lalu ada yang bertanya soal waktu pembukaan pendaftaran AAS. Dengan niat baik untuk mengingatkan perlunya semangat juang, saya menjawab “Saya belum cek website-nya. Apakah perlu saya cek dulu atau mau cek sendiri?” Jawaban halus seperti ini sebenarnya untuk mengingatkan bahwa informasi itu bisa diperoleh dengan mudah dan bisa dilakukan sendiri. Mengejutkan, jawaban dari penanya kira-kira seperti ini “Kalau begitu, tolong dicek-kan ya Mas”. Saya tergelak dalam hati merasa arahan halus saya tidak mengenai sasarannya.
Sebenarnya pekerjaan saya sehari-hari bukan menjadi konsultan beasiswa dan saya ada pekerjaan lain juga meskipun tidak penting-penting amat. Saya tadinya mau menjawab “Baik, nanti saya cek kalau sudah ada waktu ya.” tapi saya urungkan. Saya segera meluncur ke websitenya dan dalam waktu beberapa menit sudah mendapatkan informasi itu. Tanpa pikir panjang saya langsung jawab “1 Februari” yang diikuti dengan terima kasih dari penanya. Urusan selesai.
Bagi orang ini, saya mungkin termasuk orang yang baik hati dan tidak sombong serta rajin menabung karena suka menolong. Yang beliau tidak tahu adalah bahwa kebaikan itu merupakan sebuah keputusan sadar setelah pergulatan batin dan itu hasil perjuangan. Menjadi baik itu tidak tiba-tiba atau dengan sendirinya, menjadi baik itu memerlukan usaha dan perjuangan.
Kalau ada yang bertanya, kenapa sih ribet amat mikir itu perjuangan segala, bukannya nengok website sebentar saja lalu kirim informasi ke penanya itu sangat mudah dan tidak perlu perjuangan?! Betul sekali, makanya sebaiknya orang itu memang nengok sendiri websitenya dan mendapatkan informasi sendiri tanpa merepotkan orang lain. Kalau dia tidak tahu websitenya? Ada alat canggih bernama Google. Kalau dia tidak tahu cara mencari menggunakan Google? Dia kontak saya lewat internet menggunakan email atau FB message, harusnya tahu cara menggunakan Google. Kan bisa saja, orang gak tahu cara pakai Google. Ya, bisa saja. Kalau begitu saya sarankan sekolah dulu SMP yang bener, belum saatnya mikir beasiswa ke luar negeri. Ih kok ketus gitu sih? Orang kaya’ kamu memang tidak bisa diajak bicara baik-baik. Ga akan sadar kalau ga diketusin! Kamu jahat! Orang ga tahu diri memang sering bertemu orang jahat. Aku benci sama kamu!!! Aku juga sayang sama kamu, udah ah, jangan cengeng, sini aku peluk.
Btw, jika Kisanak masih punya pertanyaan yang sama, saya jawab saja “1 Februari 2016!” 🙂 Sebelum menyiapkan diri untuk raih beasiswa silakan baca beberapa tulisan ini:
Dear Pak Andi,
Saya sudah mengikuti blog bapak selama dua tahun. Untuk ‘bacaan tidak ringan’ saya juga membaca postingan – postingan terdahulu.
Saya mengucapkan terimakasih sekali karena banyak hal yang menginspirasi saya dari tulisan bapak. Pada akhirnya saya memang tidak mendaftar AAS karena pada saat itu ijazah S1 saya belum keluar dan saya ragu mendaftar dengan STL. Alhamdulillah saya mendapatkan beasiswa lain untuk melanjutkan pendidikan saya di Inggris. Banyak hal yang saya ‘contek’ dari tulisan – tulisan bapak ketika proses pendaftaran beasiswa tersebut.
Teruslah berkarya, Pak. Bapak tidak tahu berapa banyak di mahasiswa Indonesia yang tergerak untuk berjuang mendapatkan beasiswa dan terbantu melalui blog Bapak.
P.s:
Saya interpreter yang sempat berfoto dengan Bapak pada acara simposium oleh British Council di Medan. Maafkan saya waktu itu sempat berteriak ‘aduh pak, saya ngefans sama bapak.’. 🙂
Wah senang sekali mendengar ini. Salamat ya 🙂
Menjadi baik itu tidak tiba-tiba atau dengan sendirinya, menjadi baik itu memerlukan usaha dan perjuangan. (Arsana, 2015)
Saya suka..
Terima kasih Pak Dokter 🙂
Kak maaf mau tanya nama web nya apa ya ?
Ada linknya di tulisan di atas 🙂
That’s epic.
Selain sudah diberikan tautannya kan sudah diberi informasi juga bahwa bisa dicari melalui google.
Sering saya miris ketika saya mengalah ke mahasiswa saya dengan memberikan tautan penting dengan embel-embel ‘silahkan klik DISINI’ untuk mencegah mereka bertanya “alamatnya apa?”
Mohon untuk izin bertanya. Untuk seputaran beasiswa AAS, dari video pengisian form yg bapak post di youtube saya dapat menangkap bahwasanya pemberi beasiswa ingin tau apa kontribusi yg sekiranya nanti diberikan bagi Indonesia sendiri dan juga Australia. Untuk jurusan TESOL misalnya, manffat untuk
indonesia pastinya hnyak sekali, akan tetapi pihak Australia nanti kira kira yg bisa disumbangkan awardee ada Australia apa ya? Terima kasih.☺☺
Suatu hari Anda Akan jadi guru Yg berpengaruh di Indonesia, Rektor Yg Hebat, menteri Yg mumpuni, presiden Yg disegani. Inilah hasil investasi mereka. Jangka panjang.
mhn info, beasiswa AAS khusus yang tdk menikah ya? kok ada syarat ” not be married, engaged to, or a de facto of a person who holds, or is eligible to hold”,
Silakan baca yg lengkap sampai tanda titik 🙂
*aduhh pak saya ngfans banget sama bapaakkk…..* ;))
Saya juga… *eh
Malam Pak Andi, saya ingin bertanya apakah bisa mendaftar formulir beasiswa ke luar negeri apabila kita sedang menjenjang pendidikan S1 namun selesainya baru 2017 tetapi ikut mendaftar 2016?? Mohon di balas Pak. Terima Kasih.
Bisa kalau sdh punya ijazah s1. Syaratnya ada ijazah.
Selamat Malam Pak, Saya Andre seorang Mahasiswa S1 Filsafat ingin bertanya apakah bisa kita mengambil beasiswa di Australia (AAS) apabila kita mengikuti pendaftaran beasiswa tahun 2016 sedangkan saya baru lulus 2017. MOhon di jawab Pak. Terima Kasih
Bisa kalau sdh punya ijazah S1. Sudah punya?