Kisanak, saya pernah, dan bahkan masih sampai kini, ada di situasi yang sulit. Punya gagasan bagus tetapi tidak punya cukup modal untuk mewujudkannya. Hal ini sering terjadi pada mahasiswa. Banyak mahasiswa yang memiliki ide cemerlang tetapi kekurangan sumberdaya untuk mewujudkannya. Uang adalah persoalan besar bagi mereka. Saat ini, ketika sudah jadi dosen dan setiap hari menghadapi mahasiswa, saya menemukan fenomena yang sama. Tidak sedikit mahasiswa yang brilian dan punya gagasan cemerlang tidak bisa mewujudkan gagasan itu karena tidak punya uang. Gagasan yang cemerlang itu akhirnya berakhir di laci meja kusam kos-kosan atau malah terhempas di tong sampah.
Suatu ketika, mahasiswa saya berhasil diterima sebagai presenter di luar negeri untuk memaparkan hasil penelitiannya. Masalahnya hanya satu, dia harus membiayai keberangkatan itu dan tentu saja itu tidak mudah baginya. Uang sejumlah delapan juta rupiah bukanlah hal mudah bagi seorang mahasiswa. Saya pribadi ingin dan bersedia membantu tetapi untuk membayari semuanya saya tidak mampu ketika itu. Jikapun ada uang, ada prioritas lain yang harus didahulukan. Singkat cerita, saya menyaksikan lagi fenomena yang sama, sebuah gagasan terancam masuk laci kusam karena tidak ada dukungan dana. Pertanyaan pada diri sendiri: haruskan sejarah yang menimpa saya terulang pada mahasiswa saya?
Saya meyakini, di luar sana ada banyak orang baik dan terutama ada banyak orang yang memiliki rejeki yang bisa disisihkan untuk membantu mewujudkan gagasan baik menjadi kenyataan. Bermodal semangat itulah saya membantu mahasiswa ini untuk membuat proposal untuk kemudian saya ‘jajakan’ ke alumni dan pihak lain. Ternyata dugaan saya benar, orang baik itu banyak jumlahnya. Tugas saya hanyalah mempertemukan orang baik itu dengan mahasiswa saya yang membutuhkan. Ada seorang alumni, yang saya tidak akan sebutkan namanya di sini, yang bahkan sekaligus memberikan dukungan sejumlah enam juta rupiah. Di situ saya meyakini bahwa kebaikan itu masih ada dan semangat bergerak maju itu niscaya. Mahasiswa itu berangkat ke Malaysia dengan catatan pengalaman yang sangat berkesan.
Beberapa lama setelah kejadian itu, silih berganti mahasiswa saya mengalami hal serupa. Ada yang ikut lomba ke luar daerah, ada yang punya gagasan membuat produk, ada yang ikut konferensi dan banyak lagi. Seiring berjalannya waktu dan seiring meningkatnya semangat saya untuk mendorong mereka mencapai hal-hal besar, semakin banyak kebutuhan finansial yang menjadi kendala. Tugas saya tidak berhenti bahkan menjadi semakin sulit untuk mempertemukan benih-benih ide cemerlang ini dengan orang baik hati yang mau menyisihkan rejekinya untuk kebaikan. Saya tahu, orang-orang baik ini tidak sekedar baik tetapi juga visioner. Mereka rela menyisihkan rejekinya untuk sesuatu yang bahkan mungkin belum terlihat. Orang-orang demikianlah yang diperlukan saat kepastian bukanlah sesuatu yang ditawarkan anak-anak muda ini tetapi harapan akan masa depan yang baik.
Kini, seteah beberapa tahun dilema itu saya alami, saya seperti mendapat sebuah siraman air segar di saat haus karena menyaksikan ada IdeaConnect yang dikembangkan oleh ECC dan Fakultas Teknik UGM. IdeaConnect ini adalah sebuah wahana yang memungkinkan seseorang untuk menyampaikan gagasannya dan mengundang orang lain untuk mendukung pewujudan gagasan itu. Mereka yang bersimpati bisa mempelajari gagasan itu lalu menjadi penyumbang finansial agar gagasan itu terwujud. Dalam bahasa keren, ini adalah semacam crowd funding.
Tentu saja IdeaConnect bukan ide baru. Mungkin kisanak sudah pernah mendengar ide-ide serupa di Indonesia maupun di luar negeri. IdeaConnect memang lahir di UGM dan awalnya dimaksudkan untuk mendukung warga UGM. Meski demikian, sebuah gagasan tentu tidak sebaiknya dikerangkeng, dikebiri atau diistimewakan hanya untuk kalangan elitis. IdeaConnect harus menjadi milik semua orang karena demikianlah folosofi sebuah crowd funding. Dia harus bisa merobohkan sekat-sekat institusi, sekat geografis dan sekat status sosial. IdeaConnect justru harus menjadi pengingat bahwa siapapun berhak bermimpi besar karena mimpi besar yang dijabarkan dengan sistematika yang baik itu akan mampu mengundang para pendukung yang militan.
Hari ini saya sudah resmi menjadi anggota IdeaConnect dan telah memberikan dukungan pertama saya untuk sebuah proyek Jas Hujan gratis bagi tukang becak. Saya menceritakan ini tentu saja tidak untuk bersombong-sombong diri tetapi untuk mengabarkan dengan pikiran positif bahwa gagasan baik memang perlu didukung. Saya tanpa malu-malu mengajak kisanak semua, pembaca blog saya, untuk menjadi pendukung gagasan-gagasan baik di IdeaConnect. Jika kisanak adalah mahasiswa yang punya gagasan baik tetapi sulit mewujudkannya menjadi kenyataan, silakan sampaikan gagasan itu di IdeaConnect dan Semesta akan bersekongkol untuk mewujudkannya melalui kebaikan tangan-tangan orang bijaksana di sekitar kisanak. Mereka adalah orang yang rela menyisihkan uangnya untuk mimpi-mimpi abstarak yang akan mewarnai masa depan. Saya merasakan kebahagiaan dengan memberi sedikit rejeki saya, mungkin kisanak juga demikian. Mari mendukung gagasan baik.
Beruntung sekali mahasiswa yang terbantukan oleh usaha bapak. Ibarat selang air, menyambungkan air dari keran ke tempat lain. Salut pak 🙂 Keren sekali tindakan bapak. Saya sendiri seorang alumsi S1 dan sedang menyiapkan diri untuk S2. Semoga apa yang akan saya lakukan kedepannya juga bisa mendapat dukungan dan terealisasi. Salam.
Terima kasih … Kita harus bercita2 menjadi pendukung …
Menarik sekali platform nya, nanti saya tengok
semoga makin banyak orang baik yang mau peduli.
tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan pula
Amiin 🙂
Reblogged this on A Rosella.