
Saya percaya, there is no such thing as a stupid question. Meski demikian, saya juga tahu bahwa memang there is such a thing as an annoying question. Meskipun memang tidak ada pertanyaan bodoh, pertanyaan yang ‘ngeselin’ itu ada 🙂
Sejak tahun 2005 saya sering berdiskusi soal beasiswa luar negeri dengan para pemburu beasiswa. Sekitar dua tahun terakhir, saya malah mendapat beberapa undangan untuk secara formal berbagi soal beasiswa luar negeri. Bagi saya, kesempatan berbagi selalu menyenangkan. Meski saya selalu senang berbagi, saya sering mengingatkan para pemburu beasiswa itu bahwa ada banyak sekali informasi yang bisa diperoleh sendiri. Modalnya adalah ketekunan dan kemauan mencari. Semua informasi teknis dan umum pasti dimuat di website beasiswanya. Hal pertama yang harus dicari, dan ini boleh ditanyakan, adalah alamat website resmi sebuah beasiswa. Sebenarnya bisa ditanyakan keapda Pak Google juga.
Berikut ini adalah daftar pertanyaan yang menurut saya sebaiknya dicari sendiri jawabannya. Jika tidak dalam keadaan sangat prima, pertanyaan semacam ini bisa membuat sang ditanya jadi kesal karena dengan jelas-jelas menunjukkan kemalasan penanya. Hal ini terutama jika pertanyaan disampaikan lewat email dan artinya penanya memilki akses internet.
- Syarat TOEFL/IELTS beasiswa X berapa sih?
- Formulir beasiswa X dikirim ke mana sih?
- Apa saja syarat untuk melamar beasiswa X?
- Kapan waktu pendaftaran beasiswa X?
- Berapa syarat IP untuk mendaftar beasiswa X?
- Bidang ilmu apa saja yang dicakup oleh beasiswa X?
- Formulir diisi rangkap berapa sih?
- Biar lolos beasiswa X gimana caranya?
- Kalau memasukkan formulirnya telat dikit, masih boleh nggak?
- Saya bakal diterima nggak ya?
Meski pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak disarankan untuk ditanyakan ke orang lain, semua itu tentu tetap boleh ditanyakan jika Anda kebetulan sedang menghadiri sebuah seminar atau lokakarya beasiswa yang menurut Anda asing. Lebih jauh lagi, jika ada yang menjelaskan beasiswa tertentu dan tidak memberikan informasi dasar seperti di atas, kemungkinan presentasinya perlu direvisi 🙂 Dalam keadaan tertentu, pertanyaan apapun memang boleh saja ditanyakan. Cara bertanya akan membedakan respon yang akan Anda terima.
Inti dari tulisan ini adalah bahwa beasiswa luar negeri haruslah dikejar dengan semangat yang sangat besar. Ingatlah bahwa ada ribuan anak manusia di tanah air kita yang memenuhi syarat formal sebuah beasiswa. Tanyakanlah secara serius pada diri sendiri, mengapa Anda yang lebih layak dari orang lain? Jenis pertanyaan saya kepada orang lain sedikit banyak bisa menjadi indikator kualitas perjuangan saya. Saya kira Anda setuju dengan ini. Dalam hal ini saya setuju dengan Andrea Hirata bahwa nasib berpihak pada para pemberani. Selamat berjuang!
setuju bli andi,,btw bli terimakasih ya atas blognya yg sgt inspiratif sekali,,blog ini jd salah satu referensi saya saat mencari hal2 berkaitan dgn beasiswa,,dan alhamdulillah sy mendapatkan beasiswa ads thn 2011 ini dan berencana ke wollongong uni,,mudah2an disana kita bisa bertemu ya bli,,tks sekali lagi,,
Sampai jumpa 🙂
mengenai pertanyaan kenapa saya lebih layak daripada orang lain dalam mendapatkan beasiswa ADS..bisa nggak mas andi memberi petunjuk apa saja yang menjadi nilai penting bagi pelamar ADS?thanks
Apa yang sudah dilakukan, sedang dilakukan dan TERUTAMA akan dilakukan di masa depan untuk Indonesia dan dunia.
apa kabar mas? semoga kesehatan dan kebahagiaan senantiasa selalu diberikan untuk Mas Andi dan keluarga.
Kabar baik Mas.. semoga Mas Mardian juga demikian 🙂
Benar sekali, saya pun sering menerima pertanyaan demikian. Salam kenal Mas Andi Arsana, nice blog.
Salam,
Rona.
I love the last paragraph……..It is a kind of self-reflection.
bli andi blog nya sangat menginspirasi, semoga 2 tahun kedepan juga bernasib baik, terima kasih share nya wkt di seloka institute 🙂
Good luck!
Thanks inspirasinya bung Andi. Saya sedang berjuang utk beasiswa di LN. Kemampuan bahasa Inggris dan akademic saya biasa saja, tapi saya yakin kalo kita berjuang terus dan memperbaiki diri pasti dapat hasil yang lebih baik.
(Mudah2an bkn pertanyaan yg ‘ngeselin’): Pak,apa benar pendaftar beasiswa ADS yg berasal dari Indonesia bagian barat lebih sulit untuk lolos? Tks utk jawabannya.
Tidak ada ketentuan demikian. Memang AusAID sendiri memberikan ketentuan yg jelas bahwa ada sekian persen yang akan dialokasikan untuk kawasan geografis tertentu. Coba lihat lagi ketentuannya di http://australiaawardsindo.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=157&Itemid=136&lang=en
hallo mr.andi…ingin sekali rasanya merasakan perasaan anda saat lolos beasiswa ADS, yang masih meresahkan saya..apakah nilai IELTS lebih diutamakan dari nilai TOEFL?karena keterbatasan waktu pengiriman lamaran,agak susah saya untuk memperoleh nilai IELTS.maklum saya tinggal di desa…terima kasih atas perhatiannya
Tidak demikian. Sama saja. Namun nantinya memang akan ada tes ielts. Good luck!
.
Maaf bli, Saya candra mau tanya tentang proposal penelitian :
1. Adakah tulisan bli Andi tentang pembuatan proposal penelitian?
2. Dulu waktu bli andi buat proposal penelitian S2 tentang Batas maritim, Apakah rencana yg ingin bli teliti? penelitian ttg fungsi batas maritim atau mengetahui batas maritim Indonesia dg negara tetangga?
3. Terakhir Apakah hasil dari penelitian bli Andi waktu mengadakan penelitian S2?
terimakasi bli Andi.
mas andi , mau nanya neh, nilai IELTS yg diselenggarakan pihak ADS yang berbarengan dengan interview test itu berpengaruh tidak terhadap hasil seleksi? atas jawabannya saya ucapkan banyak terima kasih..
Justru itu yg berpengaruh 🙂
mas..bisa dijelaskan lebih detai pengaruhnya? jika nilai IELTS kecil tp nilai interview besar VS nilai IELTS besar tp nilai interview kecil, lebih dipilih ys mana oleh tim JST nya? terima kasih banyak atas jawabannya..
Saya tidak tahu persisnya tapi skor IELTS itu obyektif. Kalau sudah di atas 5, bisa diterima. Di bawah itu tidak bisa, setinggi apapun interviewnya. Tapi jangan lupa juga, interviw JST dlm Bahasa Inggris 🙂
salam pak Andi, saya mau tanya, berapa batasan umur untuk beasiswa ADS, terima kasih
Jika tidak salah ingat, 42 tahun. Masih bisa kan?
saya tamatan arsitektur dan mau melanjutkan ke S2, apakah saya bisa diterima di ADS? (qiqiqiqi)
wkwk.. ini contoh yg jitu untuk menjelaskan artikel di atas 😀
Hahahaha… 🙂 Apa kabar Andi?
Hehe. Kabar baik Om Sugeng. Apa kabar ni? Lagi di mana? Kalau ke Jogja kabari ya.