
Dewi Lestari bisa jadi benar, terkadang malaikat tidak selalu hadir bersayap. Saya melihat sosok malaikat pada Putri Herlina yang belakangan sempat membuat sebagian penduduk dunia maya tertegun terpesona penuh haru. Putri Herlina, yang saya panggil Lina, adalah seorang perempuan cantik tanpa tangan yang baru saja menikah dengan seorang lelaki baik hati bernama Reza. Yang membuat haru, Reza adalah seorang pemuda tampan yang normal secara fisik dan berasal dari keluarga berada dan terhormat sementara Lina adalah seorang gadis yang tinggal di panti asuhan. Bukan. Ini bukan sebuah dongeng dari negeri antah berantah. Ini adalah sebuah kisah nyata yang mengingatkan kita bahwa keajaiban itu masih terjadi.
8 Juli 2000
Teriakan anak-anak panti asuhan cacat ganda Sayap Ibu membahana menyanyikan lagu “Selamat Ulang Tahun”. Wajah-wajah mereka sumringah. Nampak keceriaan dan rasa senang karena sebentar lagi mereka akan menikmati kue. Sementara itu di dekat lilin yang masih menyala tersenyum simpul seorang gadis dua puluhan tahun, menunggu saatnya meniup Lilin. Gadis itu adalah Asti, pacar saya, yang merayakan ulang tahunnya yang ke-22. Setelah sekitar dua tahun melakukan kunjungan rutin ke Panti Asuhan Sayap Ibu, Asti ingin merayakan ulang tahunnya bersama anak-anak penghuni sayap ibu. Memang tidak begitu lazim. Teman-teman saya waktu itu bahkan kadang berkelakar mengejek “pacaran kok di panti asuhan”.
Di antara anak-anak itu, yang istimewa adalah Lina, gadis kecil usia belasan. Lina juga penghuni panti asuhan itu. Berbeda dengan teman-temannya, saya tidak melihat Lina memiliki keterbatasan mental, meskipun memang tanpa tangan. Selain itu, Lina istimewa. Dia sudah menunjukkan kepemimpinan dengan mengarahkan teman-temannya yang gaduh saat pesta ulang tahun ini berlangsung. Selama kunjungan-kunjungan ke panti asuhan itu, Lina jadi anak yang paling dekat dengan kami.
Potongan cerita ini saya ingat lagi setelah menerima sebuah email dari Utami, seorang kawan yang pernah menjadi mahasiswa saya. Dalam email itu Utami mengirimkan sebuah berita bahwa Putri Herlina baru saja menikah dengan Reza. Berita ini mengejutkan sekaligus membahagiakan. Ternyata Lina yang saya kenal sejak 15 tahun yang lalu akhirnya menemukan jodohnya. Tulisan Mas Saptuari dengan lengkap menceritakan apa yang terjadi. Membaca itu, ingatan saya melayang ke masa lalu.

Karena sering sekali b erkunjung ke Sayap Ibu, para perawat sampai hafal pada saya dan Asti. Tidak jarang satu atau dua orang perawat menggoda Lina dengan mengatakan “pacarmu datang tuh”. Sepertinya Lina memang senang jika saya dan Asti datang. Dia betah bercakap-cakap dengan kami. Ritualnya hampir sama. Kami akan berkeliling ke kamar-kamar panti asuhan ditemani Lina untuk melihat anak-anak lain. Ada yang tergeletak tak berdaya di tempat tidur padahal usia sudah hampir sepuluh tahun. Ada yang diikat di kursi roda karena hiperaktif, ada bayi yang pandangannya kosong di kotak bayi padahal usianya mungkin sudah lebih dari dua tahun. Ada juga yang menggeliat-geliat mengeluarkan suara-suara tidak nyaman tetapi tidak bisa bergerak dari kursi duduknya. Pemandangan itu menyentuh hati. Sebagai mahasiswa yang terbatas secara ekonomi, saya memang tidak bisa berbuat apa-apa tetapi selalu ada keinginan untuk merasakan apa yang mereka rasakan.
Dari semuanya, Lina memang istimewa. Dia tidak mengalami kendala mental, menurut saya. Dia bisa bercakap-cakap dengan sempurna dan bisa berdiskusi dengan baik. Suatu hari Lina pernah meminta email saya dan dengan sigap dia menuliskannya di selembar kertas dengan jari-jari kakinya. Itulah kali pertama saya melihatnya menulis dengan kaki. Tentu saja Lina juga makan dengan kakinya yang terampil ‘menggenggam’ sendok. Sungguh Tuhan memberi kelebihan pada mereka yang oleh orang lain dianggap memiliki kekurangan.
Setelah lulus dari UGM dan menikah, terus terang saya tidak sempat ke Sayap Ibu. Selain kesibukan, saya lebih sering berada di luar Jogja untuk berbagai tugas. Tahun 2012 saya mendapat kabar dari saudara tentang Putri Herlina. Terus terang saya sempat melupakan dia seperti dia juga yang pasti sudah melupakan saya dan Asti. Putri, demikian dia dipanggil oleh orang-orang, ternyata sudah tumbuh besar menjadi seorang gadis cantik. Ada beberapa berita dari internet yang saya baca, salah satunya tulisan Mas Saptuari. Belakangan saya tahu, Mas Saptuari adalah salah seorang yang ‘menemukan’ Lina dan menghadirkannya ke khalayak sehingga akhirnya menarik perhatian banyak orang. Dari sanalah akhirnya Lina mendapat perhatian media dan berhasil mendapat berbagai apresiasi termasuk penghargaan. Saya ingin bertemu Lina kecil yang saya jumpai 15 tahun lalu.
14 Oktober 2012
Tepat setahun lalu dari sekarang, saya berkunjung ke Sayap Ibu lagi. Bedanya, kalau dulu ke sana sekalian pacaran (modus?) kini saya datang bersama Lita, anak saya. Waktu cepat berlalu ternyata. Saya ceritakan pada Lita sejarah ayah ibunya berkunjung ke panti asuhan itu dan saya ingin Lita memiliki ketertarikan pada hal-hal yang demikian. Saya juga meminta Lita melaporkan kunjungan itu lewat video agar kelak bisa dijadikan pelajaran.
Akhirnya saya bertemu lagi dengan Lina. Lina yang saya temui adalah gadis cantik yang sudah dewasa lakunya. Tentu saja tetap tanpa tangan tetapi kini Lina terlihat lebih percaya diri. Saya mengamati cara dia menyapa dan memperlakukan tamu-tamu yang berkunjung ke Sayap Ibu. Dia nampak professional dan santun ketika menyampaikan terima kasih. Saya tidak banyak bicara, tertegun menikmati transformasi gadis kecil yang saya kenal di masa lalu. Lina sudah lupa pada saya tetapi ada sepotong ingatan yang menyembul ketika saya ceritakan beberapa kejadian di masa lalu. Sementara itu Lita duduk di sebelah saya dan sibuk merekam pembicaraan kami dengan video.
Kami berbicara banyak hal karena banyak yang ingin saya ketahui selama kami tidak bertemu. Layaknya seorang gadis, Lina juga bercerita tentang lelaki yang mendekatinya. Kisah ini seperti yang diceritakan lengkap oleh Mas Saptuari di blognya. Ada perasaan senang karena Lina tumbuh normal secara mental. Dia memiliki ketertarikan pada lawan jenis dan itu membahagiakan. Saya hanya senyum-senyum saja tidak bisa memberi nasihat berarti.

Saya sempat menyarankannya membuat buku. Dia juga tertarik dan katanya Mas Saptuari juga menyarankan tetapi dia memang belum lakukan karena berbagai alasan. Saya bayangkan kisah hidupnya akan begitu inspiratif bagi banyak orang. Sementara itu Lita sudah tidak sabar ingin masuk ke ruang-ruang di Sayap Ibu untuk menengok anak-anak lain. Kami harus bertahan karena ketika itu ada serombongan orang yang melakukan kunjungan sehingga harus antri. Saat itu Lina juga bercerita tentang ibunya yang, jika saya tidak salah ingat, ternyata sudah ada kabarnya. Hanya saja berbagai alasan membuat interaksi belum bisa dilakukan dengan semestinya. Saya bayangkan tentu ada hambatan psikologis yang besar. Saya hanya menyimak dengan seksama ketika Lina bercerita dengan antusias. Di satu ketika dia juga bercerita ada kesempatan untuk membuat tangan palsu. Lina belum mau karena dia ingin orang melihatnya apa adanya, terutama dia berharap lelaki mencintainya apa adanya dengan fisik yang dimilikinya saat ini. Saya tertegun haru.
Sesaat kemudian Lina mengajak saya melihat anak-anak panti asudah yang kini dirawatnya. Dari caranya menyapa dan memperlakukan mereka terlihat betapa dia berlaku sebagai kakak atau ibu bagi mereka. Masih sama dengan belasan tahun lalu, ada sebagian anak tergelatek tak berdaya. Sebagian lain duduk dengan tatapan mata kosong. Ada juga yang masih diikat di kursi roda. Ada wajah-wajah lama yang masih bertahan. Bathin saya, sampai kapan mereka akan ada di sana? Berkunjung ke panti asuhan seperti Sayap Ibu itu benar-benar meluluhkan hati. Sama seperti belasan tahun lalu, saya masih tidak bisa berbuat banyak kecuali memberi sumbangan yang sedikit lebih banyak dari apa yang bisa saya berikan belasan tahun lalu. Namun saya sadar, itu saja tidak cukup. Mereka memerlukan lebih banyak lagi.

Lina mengantar saya ke luar sore itu ketika saya berpamitan pulang. Ada campuran perasaan yang muncul ketika meninggalkan Sayap Ibu. Ada rasa senang karena Lina yang saya kenal tumbuh dengan baik dan bahkan kini mendapat peran dan perhatian dari orang-orang sekitar dan media. Ada juga rasa sedih karena ternyata banyak anak-anak lain yang hidupnya tidak beranjak ke mana-mana. Ada rasa khawatir apakah Lina akan bergerak hidupnya seperi yang dia inginkan. Dia sempat cerita soal rumah, soal jodoh dan lain-lain. Saya sendiri tidak bisa berkomentar banyak. Saya tahu semua itu tidak mudah dicapai. Tetapi ada setitik harapan saat melihat semangatnya.
Kini Lina menikah dengan seorang putra dari keluarga terpandang di Jakarta. Segala doa dan perjuangannya terjawab dengan tuntas oleh Tuhan Sang Pemilik Hidup. Dalam bahasa Mas Saptuari, Tuhan adalah Sang Maha Sutradara. Serahkanlah hidupmu kepadaNya maka akan diciptakan sebuah skenario yang terbaik buatmu. Itu barangkali yang ingin dikatakan Mas Saptuari. Reza adalah lelaki istimewa yang memandang cinta lebih dari sekedar penampilan fisik. Reza mungkin percaya apa yang pernah dilantunkan oleh Dewi Lestari bahwa terkadang malaikat tidak bersayap. Namun, di matanya pastilah seorang Putri Herlina bergitu memesona dengan sayap-sayap emasnya. Bagi Reza, Putri Herlina lah juaranya. Tuhan memang tidak pernah tidur. Jika kita merasa Dia kadang tidak hadir, itu karena kehadiran dan cara kerjaNya yang begitu misterius.
Inspiring as always. 🙂
Thanks 😉
Lina ini masih di Yayasan kah Pak Andi? Beberapa waktu lalu saya ikut acara kantor kunjungan kesana dan saya bertemu dengan gadis cantik tapi memang tanpa tangan. Subhanallah ya… Allah bekerja dengan caranya sendiri dan selalu menjadi misteri buat kita… Thanks for sharing Pak Andi
Sebelum menikah, masih. Ya itu Lina yang Anda temui…
Subhanallah… Allahu Akbar
Syukurlah kita masih diingatkan oleh orang-orang berjiwa hebat di sekeliling kita. Doa terbaik saya untuk Lina…
Siap Mas Riza… Terima kasih.
Lina mungkin tak bersayap, tapi dunia yakin dia mampu terbang lbh tinggi 🙂
aku jg ngarep bgt mbak Lina bs bikin buku 🙂
Kita tunggu bukunya ya 🙂
Harapannya setelah bukunya diluncurkan, selanjutnya kisah hidupnya ditayangkan dalam layar lebar……
Salam kenal mas Andi. buku anda yg berjudul “Anak Desa Keliling Dunia” isinya bagus sekali. Ada beberapa pelajaran yang saya dapatkan tentang manfaat the power of writing.
Mas Yudhi, Terima kasih telah membaca buku saya #KelilingDunia. Syukurlah Panjenengan mendapat pelajaran dari sana. Salam kenal Mas 🙂
subhanallah..pdh saya sedang galau2 nya karena belum ketemu jodoh, padahal kondisi saya normal. kisah mb lina benar2 menjadi inspirasi saya.sy liat di hitam putih mas reza itu keliatan romantis n sayang banget sama mbak putri… sy juga nunggu bukunya. dan sy berangan2 seandainya kisahnya dibikin film oleh mas riri riza n mbak mira lesmana. … sy pasti akan datang nonton di 21 jogja….hehehe..
Kita tunggu buku dan filmnya ya 🙂
Bagaikan cerita negeri dongeng di awan..subhanallah..semoga mbak Lina dan suaminya dapat membina keluarga sakinah.So inspiring!
Inspiratif pak. setiap org msih punya sesuatu yg lebih dari kekurangannya.
Suatu hari seorang gadis kecil menemukan sebuah kepompong di halaman rumahnya yang akan mengeluarkan seekor kupu-kupu. Teringat akan keindahan warna kupu-kupu, gadis kecil itu menunggunya dengan sabar. Sebuah lubang kecil tampak mulai terbuka. Tampak kupu-kupu berjuang keras berusaha keluar dari lubang yang belum sepenuhnya terbuka tersebut. Lama sekali gadis tersebut menunggunya dan tidak tampak kupu-kupu tersebut akan berhasil keluar. Gadis kecil tersebut merasa kupu-kupu tersebut tidak akan dapat keluar dan ia memutuskan untuk membantunya. Kemudian ia mengambil sebuah gunting dan menggunting lobang kecil tersebut menjadi sedikit lebih besar sehingga kupu tersebut dapat keluar. Tak lama setelah lubang tersebut terbuka, kupu-kupu tersebut dapat keluar dengan mudah. Tapi alangkah terkejutnya si gadis kecil ketika melihat tubuh kupu-kupu tersebut membengkak dengan sayap yang keriput. Gadis itu tetap menunggu dengan sabar berharap sayap kupu tersebut melebar dan menjadi normal sehingga dapat digunakan untuk terbang. Lama sekali ia menunggu berharap hal tersebut terjadi, tapi tak ada perubahan apapun dan hari itu ia mendapati kupu-kupu tersebut tidak dapat terbang di sisa hidupnya dan hanya akan terus merangkak di tanah sampai ajal menjemputnya.
Cerita lama yang tetap indah dibaca lagi 🙂