Fungsi tambahan


TALOS Editor

Saya pernah menulis “Marketing in Venus” di blog ini tentang bagaimana sesuatu atau seseorang menjadi ‘laku’ bukan karena fungsi atau keahlian utamanya tetapi karena fungsi tambahannya. Saya mengalami hal ini berkali-kali, saya yakin Andapun demikian.

Sejak tahun 2011 saya secara resemi dilibatkan dalam revisi sebuah dokumen penting dalam bidang hukum laut dan terutama batas maritim. Dokumen itu bernama TALOS, sebuah buku manual yang menjelaskan aspek teknis dari Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS). Singkatnya, UNCLOS, sebagai produk hukum, dipenuhi muatan teknis yang tidak mudah dipahami oleh orang non teknis. Aspek teknis ini begitu rumit, sementara sebuah konvensi bahkan tidak memuat ilustrasi atau penjelasan tambahan. Agar pemahaman terhadap aspek teknis ini bisa berjalan baik maka sekelompok pakar teknis (geodesi, hidrografi) berinisiatif membuat buku manual yang menjelaskan. Jadi, TALOS adalah ‘suplemen’ UNCLOS yang menjelaskan segala hal teknis yang ada di UNCLOS.

TALOS dipublikasikan pertama kali tahun 1993 dan telah mengalami revisi beberapa kali. Revisi untuk edisi 5 dimulai tahun 2010. Ron Macnab adalah ketua tim revisi, seorang geolog senior dari  Canada. Jika dipadankan dengan pakar hukum laut, Ron mungkin seangkatan dengan Prof. Hasjim Djalal dari Indonesia.

Sebagai pemain junior, saya tidak pernah bermimpi bisa terlibat dalam revisi TALOS. Bagi saya, mereka semua adalah para Dewa yang kepakarannya tidak tertandingi. Selain itu, selama sekian kali revisi, setahu saya belum ada pakar Indonesia yang terlibat langsung dan namanya tertulis sebagai anggota tim penyunting TALOS. Di satu sisi saya tahu, Indonesia tidak kekurangan ahli dalam hal ini. Ternyata ini adalah persoalan akses terhadap ‘lingkaran elit’ itu. Ada yang bertanya bagaimana saya akhirnya bisa masuk dalam ‘lingkaran elit’ itu. Semoga cerita ini menginspirasi.

Oslo, 8 Agustus 2008

Saya baru saja menyelesaikan presentasi di sebuah konferensi dalam satu sesi terkait landas kontinen ekstensi Indonesia. Seorang lelaki matang mendekati saya. Kumisnya yang tebal putih membuatnya kian berwibawa, berpadu dengan tubuhnya yang tinggi besar. Dia menyodorkan sebuah kartu nama yang bertuliskan “Ron Macnab”. Tangan saya gemetar menerimanya, tidak berharap akan didekati oleh “dewa” di bidang ini. Saya hanya berterima kasih karena agak grogi sebelum akhirnya dia mulai mengajak saya ngobrol. Intinya sederhana sekali, dia menyukai presentasi saya khususnya animasi yang menjelaskan landas kotinen. Saya yakin dia tidak mendapat banyak hal baru dari presentasi saya selain perihal animasi itu.

Monaco, 26 Oktober 2010

Di puncak atap International Hydrographic Office, kami, para peserta konferensi ABLOS, berfoto bersama. Ini memang sebuah tradisi dan itu adalah kali pertama bagi saya. Saat menikmati kota pelabuhan dari ketinggian, lelaki berkumis tebal yang saya temui di Oslo dulu mendekati saya. “I liked your presentation, Andi” katanya dengan nada yang sangat menyanjung. Saya tahu, lagi-lagi yang dimaksud pastilah animasinya. “Thanks, Ron!” kata saya singkat. Diapun melanjutkan. “I have decided to propose to the TALOS editorial board that you should be included in the team.” Mendengar itu, musim gugur di Eropa  mendadak jadi seperti summer yang hangat dan cerah. “We will need your expertise in making animation. I believe we need more of those animations so people can understand technical aspects of the law of the sea better. I hope you can help us.

Saya dipilih oleh Ron, bukan karena kepakaran di bidang geodesi atau hukum laut tetapi karena keisengan saya membuat animasi. Saya percaya, gambar memang bisa bernilai seribu kata dan animasi tentu lebih dari itu. Maka demikianlah. Jika nama saya kemudian bersanding dengan nama para pakar dunia di buku TALOS, itu bukan karena kepakaran saya di bidang geodesi, hukum laut atau batas maritim tetapi karena kemampuan saya membuat animasi. Jika selanjutnya saya berhasil memasukkan gagasan penting dalam revisi TALOS maka saya tahu pintu masuk saya sesungguhnya adalah power point. Saya laku bukan karena fungsi utama tetapi karena ‘fungsi tambahan’.

Author: Andi Arsana

I am a lecturer and a full-time student of the universe

8 thoughts on “Fungsi tambahan”

Bagaimana menurut Anda? What do you think?