Musim gugur memamerkan diri dengan bangganya ketika saya menginjakkan kaki pertama kali di New York bulan September 2007. Amerika, di hari-hari itu adalah Amerika yang berbeda. Seorang Amerika keturunan Afrika, Barack Obama, menjadi calon presiden kulit hitam yang dinominasikan oleh Partai Demokrat untuk pertama kalinya. Gairah politik terasa begitu kuat. Pembicaraan tentang hal ini terjadi di mana-mana. Nuansa harapan dan pembaruan begitu kuat. Saya menikmati berbagai langkah proses melalui media masa ataupun melalui jalanan di New York.
Sejak itulah, saya mulai mengikuti pemikiran Obama melalui pidato-pidatonya. Sejak itulah, saya nyaris tidak melewatkan untaian kata-kata dari Obama yang mengalir deras lewat ucapan-ucapannya yang tidak saja bermakna dalam tetapi juga indah dan menginspirasi. Obama telah membuat saya tertarik pada politik secara positif dan terutama menjadi percaya bahwa kata-kata adalah hal penting bagi seorang politisi untuk menyampaikan gagasannya. Politik, pada awalnya, adalah tentang menceritakan gagasan baik kepada kerumunan atau barisan yang bahkan skeptis pada gagasan itu. Tugas utama seorang politisi bukanlah meyakinkan pendukungnya tetapi mengetuk hati mereka yang tidak mendukung sehingga mereka mau mendengarkan dan kemudian mempercayai dan meyakini lalu berbuat sesuai dengan apa yang dia sampaikan.
Melalui pidato-pidatonya, saya belajar dari Obama tetang politik baik yang didasari oleh niat dan terutama karakter yang baik. Bahwa politik adalah soal kompromi, itu sangat amat jelas terjadi. Namun kompromi yang dilakukan adalah kompromi yang selalu didasari niat baik, bukan kepentingan sepihak semata. Obama, betapapun dia harus beradaptasi dan menghadapi kegagalan, di mata saya, tetaplah seorang yang sama karakternya dengan yang saya lihat ketika berpidato di Konvensi Partai Demokrat di tahun 2004. seperti kata Michelle Obama, isterinya, kekuasaan tidak mengubah siapa kita. Kekuasaan justru menunjukkan jati diri kita. Saya kira ini yang terjadi pada Obama.
Kini Obama telah menyampaikan pidato perpisahannya. Dia melakukannya di Chicago, tempat yang sama dengan pidato kemenangan pertamanya di tahun 2008. Tetap kuat, tetap menginspirasi, tetap memberi harapan. Konsistensi kata-kata dan semangatnya menyentuh. Dia menyampaikan dengan tegas bahwa jika seseorang berbuat semestiya dalam tugas maka kata-katanya di awal dan di akhir akan sama-sama mengundang kagum dan memberi harapan.
Saya mencatat pelajaran dari Obama dalam tulisan-tulisan sejak 2008
- Perubahan itu telah tiba
- Pidato Obama di UI
- Berdiri Membela
- Pidato Kemenangan Obama 2012
- Obamacare
- Wajah, Paspor dan Warga Negara
- Tips Komunikasi Internasional
- Tips Presentasi
Satu yang saya selalu dan tetap percaya, pelajaran bukanlah soal apa yang dikatakan orang tetapi apa yang bisa kita dengarkan dari perkataan itu. Pelajaran bukanlah soal apa yang dikatakan oleh Barack Obama tetapi apa yang mau dan rela kita pelajari dari apa yang dikatakannya. Jika kita sibuk mencari kelemahan, maka sejuta kelemahan yang akan kita saksikan. Sebaliknya, jika kita serius mencari kebaikan dan pelajaran, maka dari sejuta kelemahan itu akan kita dapati lebih banyak pelajaran baik. Selamat belajar.
PS. Semua pidato Obama didokumentasikan di http://bit.ly/2jkXm72
Indonesia punya sosok seperti Obama gak pak? SBY gitu ? 😉
Hehe 🙂 Dari SBY tentu kita juga bisa belajar banyak hal *diucapkan seperti gaya SBY mengucapkannya
Obama menginspirasi lewat pidatonya, Pak andi menginspirasi saya lewat tulisan.. Nuhun bli.
Matur nuwun Moenir 🙂
Suka sekali dengan quote terakhirnya Pak.. Belajar menggali sisi positif orang lain itu ternyata jauh lebih susah ya. Obama memang jadi figur berpengaruh di dunia 8 tahun ini, dan entah kenapa dia seolah berhasil membawa citra positif Amerika yg sebelumnya seolah musuh besar nan licik, setidaknya di mata saya yg masih perlu banyak belajar.. 😁
Terima kasih 🙂
four more years! four more years! four more years!!! *sambil keliling bawa bawa spanduk demo* 😂
dan Obama bilang “I can’t do that” sambil senyum penuh kemenangan hahaha