Watak dan Otak


Malam itu saya bercakap-cakap dengan Prof. Hasjim Djalal, salah seorang veteran Hukum Laut Indonesia, di sebuah hotel di Manila, Filipina. Pak Hasjim, demikian saya memanggil beliau, adalah makhluk istimewa langka yang dimiliki tidak saja oleh Indonesia tetapi juga dunia. Beliau adalah salah satu tokoh di balik United Nations Convention on the Law of the Sea 1982 yang termasyur itu. TB Koh dari Singapura menyebut Konvensi itu sebagai “Constitution of the Ocean”.

Percakapan malam itu tidak menyangkut tentang Hukum Laut tetapi hal-hal lain yang lebih santai. Entah bagaimana awalnya, saya beruntung bisa mendengar beliau bercerita soal watak dan otak. Yang mengagumkan dari Pak Hasjim adalah kesediaan beliau berinteraksi hangat dengan orang-orang ‘junior’ seperti saya. Pak Hasjim adalah orang yang ‘mudah dijangkau’ meskipun sudah sedemikian ‘tinggi’ posisinya. Beliau adalah Duta Besar Indonesia untuk PBB, Canada dan Jerman, lalu menjadi Duta Besar Keliling (at large) untuk Hukum Laut. Membaca CV beliau bisa membuat orang bergetar karena kagum. Saya tentu saja sangat beruntung bisa menimba ilmu dari beliau dalam suasana yang sangat akrab di meja makan.

Tiba-tiba saya ingin mengetahui kesan beliau tentang putra-putranya yang kini sukses. Pak Dino Patti Djalal adalah Dubes Indonesia untuk Amerika Serikat. Tanpa mengatakan mana yang lebih baik atau lebih buruk soal putra-putranya, beliau membahas dua hal: otak dan watak. Ada orang yang menurut beliau memiliki otak yang baik, tetapi watak yang tidak begitu handal. Sebaliknya, ada orang yang otaknya tidak cemerlang tetapi wataknya mengagumkan. Tentu saja ada juga yang memiliki kedua-duanya secara seimbang. Demikian beliau berucap, dengan gaya bahasa yang sangat santai, termasuk saat berkomentar soal putra-putranya.

Watak yang baik, menurut Pak Hasjim, ditandai dengan interpersonal skill yang baik dan kemauan mengerjakan sesuatu lebih dari apa yang seharusnya. Apa yang dikerjakan Dino Djalal sebagai Dubes saat ini saya kira termasuk dalam kategori ini. Dino mengerjakan sangat banyak hal yang ‘out of the box’ sehingga menghasilkan terobosan, bukan business as usual. Orang yang wataknya kurang baik, meskipun otaknya cemerlang, menurut Pak Hasjim, cenderung berbuat sesuai aturan saja dan merasa cukup jika sudah memenuhi segala yang diminta dengan sangat baik. Tidak tertarik untuk melakukan hal-hal yang lebih atau di luar yang diminta. Saya setuju dengan Pak hasjim dan orang-orang seperti ini, menurut saya, selalu berhasil membuat orang lain merasa puas, tetapi tidak pernah ‘tersentak kaget’. Kalau boleh saya bahasakan ulang, orang menjadi ‘highly satisfied’ tetapi tidak pernah ‘surprised’.

Pak Hasjim kemudian bercerita soal pengamatan beliau terhadap beberapa orang di sekitarnya dengan menyebutkan contoh-contoh. Semua disampaikan dengan santai, tidak ada emosi berlebihan dan sangat alami. Pembicaraan berlangsung santai tetapi karena yang berbicara adalah seorang Hasjim Djalal maka nama-nama yang menjadi contoh adalah presiden, wakil presiden, menteri, duta besar, professor senior dan sekitarnya. Obrolan memang bisa sama-sama di meja makan tetapi isi obrolan itu sangat tergantung pada siapa yang kita ajak berbicara. It is not the venue, but who you are with 🙂

Seperti banyak orang, saya pun memiliki rasa penasaran, bagaimana peran seorang Hasjim Djalal yang mantan Duta Besar hebat itu terhadap karir seorang Dino Djalal yang kini juga menjadi Dubes. Saya pun bertanya secara sopan. Beliau mengatakan tidak pernah mencampuri urusan Dino secara berlebihan. “Saya tidak memberi masukan yang banyak kalau dia melakukan sesuatu. Semua itu adalah hasil kerjanya sendiri” kata Pak Hasjim. “Saya percaya, Dino memiliki watak yang baik sehingga dia bisa diterima oleh banyak orang” demikian beliau menegaskan. Jawaban singkat itu memberi pemahaman yang lebih baik pada saya tentang berbagai hal yang menjadi rasa penasaran saya selama ini. Yang pasti, cerita ringan dari Pak Hasjim membuat saya menemukan pembenaran saat mengerjakan hal-hal yang sepintas tidak terlihat berhubungan dengan apa yang seharusnya menjadi kewajiban saya. Orang-orang berwatak baik, konon, berani melakukan lebih dari yang seharusnya dilakukannya, sepanjang kelebihan itu adalah kebaikan. They will not only satisfy, but also surprise you sometimes.

Author: Andi Arsana

I am a lecturer and a full-time student of the universe

9 thoughts on “Watak dan Otak”

  1. Benar sekali mas andi!!!,
    ada banyak hal yang sepintas tidak ada hubungan dengan apa yang seharusnya menjadi kewajiban anda tetapi telah anda lakukan, yang mungkin kelihatan kecil tetapi banyak artinya bagi orang lain.

    thanks anyway
    salam
    Ningrum

  2. mas andi, salam hangat dari saya dan kami sekeluarga; untuk dirimu dan keluaraga. sukses dan terus berkarya, syukur mas andi bertutur sapa dengan pak hasyim djalal, dan seperti pantas sebagai salah satu role model kita semua, apa begitu mas andi?

    1. Matur nuwun Pak Santosa Budiarjo 🙂 Tersanjung saya mendapat komentar dari senior di FK UGM 🙂
      Betul, saya yakin Pak Hasjim memang sangat layak jadi role model kita semua. Saya berguru pada beliau.

Bagaimana menurut Anda? What do you think?