Saya sudah sering menceritakan soal kuliah online di blog ini. Saya pernah memberi kuliah online di ITS, di Paser, di Sidoarjo, di Papua dan banyak lagi. Kali ini agak berbeda, saya meminta orang lain untuk memberi kuliah online di kelas saya di Jogja. Namanya Imam Priambodo, anak muda lulusan Geodesi UNDIP yang bekerja di Fugro, sebuah perusahaan yang cukup mentereng namanya di bidang offshore. Imam saya minta memberikan materi tekait surveying yang dilakukan untuk pekerjaan konstruksi offshore. Dalam kesempatan itu, dia menyampaikan materi terkait prosedur pemindahan rig atau rig move.
Persiapannya sangat singkat. Sejak awal merencanakan hingga pelaksanaan kuliah kurang dari seminggu. Imam juga pada awalnya belum pernah melakukan kuliah online begitu. Saya katakan saja singkat “nanti saya ajari”. Saya yakin Imam tidak akan menemukan kesulitan memahami penggunaan Skype, power point, dan team viewer. Benar saja, malam sebelum kuliah kami lakukan ‘gladi bersih’ dan berhasil dengan baik. Persiapan kami lakukan sampai 12 malam. Saya sudah cukup yakin dengan interaksi kami.
Tugas selanjutnya adalah memastikan koneksi internet di kampus akan memadai dan cukup stabil untuk kuliah online ini. Saya menghubungi petugas IT di kampus, Mas Bowo, untuk menyiapkan segala sesuatinya. Dia menyarankan untuk menggunakan kabel, bukan koneksi wireless agar stabil. Mas Bowo berjanji akan menarik kabel di ruangan tempa saya mengajar nanti. Segala sesuatu terasa lancar karene kesigapan semua pihak.
Pukul 6.45 saya sudah tiba di kampus dan sudah melihat Mas Bowo menarik kabel dari satu ruangan ke ruang kelas yang akan digunakan untuk kuliah. Dalam beberapa menit saja, semua sudah disiapkan dengan baik. Skype bisa online, team viewer sudah siap dan tinggal menghubugi Imam yang ketika itu belum online di Skype. Selama menunggu Imam saya coba beberapa kali koneksi dengan teman lain dan hasilnya bagus. Saya pasang kamera yang menghadap ke kursi peserta kuliah. Harapannya Imam akan bisa melihat wajah peserta kuliah saat dia mengajar nanti. Secara psikologis, seorang pengajar perlu melihat wajah peserta kuliah untuk mengetahu responnya. Semua lancar dan saya optimis dengan koneksi serta pengatur posisi kamera.
Akhirnya Imam online dan kami segera mulai. Di kelas sudah disiapkan kabel audio sehingga suara Imam bisa didengarkan dengan jelas oleh peserta karena suara dari laptop diteruskan ke speaker yang ada di kelas. Imam juga melakukan kendali jarak jauh terhadap komputer saya yang sudah memuat power point yang dia siapkan. Kendali jarak jauh dilakukan dengan team viewer sehingga Imam bisa secara penuh menyimak dan mengendalikan layar komputer saya. Sementara itu, lapotop saya dihungungkan dengan LCD proyektor sehingga apa yang terjadi di laptop bisa disaksikan oleh seluruh peserta kuliah. Hal ini pernah saja jelaskan di posting sebelumnya.
Prosesnya berlangsung sangat mudah karena tidak ubahnya seperti chatting yang sering dilakukan banyak orang. Harganya murah karena tidak membutuhkan investasi tambahan. Kami hanya menggunakan fasilitas yang sudah ada seperti koneksi internet, web cam dan perangkat audio visual yang memang sudah tersedia di kelas. Semua perangkat lunak yang terlibat yaitu Skype dan Team Viewer bisa diperoleh dengan gratis. Tidak saja murah, proses ini bahkan bisa dibilang gratis. Kuliahnya juga seru karena setidaknya tiga alasan. Pertama, materi yang disampaikan bagus karena diberikan langsung oleh pelaku, kedua terjadi interaksi dan tanya jawab yang sangat lancar layaknya kuliah tatap muka biasa, dan ketiga karena sensasi yang ditimbulkan sangat positif bagi peserta karena ini merupakan pengalaman yang tidak biasa. Maka dari itu, tidak berlebihan kalau saya menyebut kuliah online in murah, mudah dan wah. Ini adalah potongan video saat kuliah online itu.
Mantap Bli. Saya belajar dari tulisan ini. Tetap semangat sahabat! 🙂
Maksih De … Kapan2 kita coba Jogja Singaraja ya 🙂
Siap!
Wah, menarik sekali, Bli. Jadi pengin ikutan 😀
Mariiii 🙂