
Salah satu kemewahan sekolah S3 di negara maju adalah kesempatan untuk menjalankan peran-peran professor/pembimbing. Salah satu kesempatan itu adalah mengajar. Tidak jarang mahasiswa S3 diberi kesempatan mengajar S1 atau bahkan S2 oleh supervisornya. Ini kesempatan baik dan bisa mendatangkan uang. Saya punya beberapa pengalaman serupa tetapi yang saya ceritakan kali ini agak berbeda.
Tanggal 9 Mei saya diminta mengajar di kelas Law of the Sea di Fakultas Hukum UNSW Sydney yang diasuh oleh Rosemary Rafuse. Rosemary adalah guru saya sembilan tahun lalu ketika saya mulai S2 di UNSW. Waktu cepat berlalu, rasanya sulit dipercaya, saya kini mengajar di kelas yang dulu saya ikuti. Mengajar mahasiswa bule pada strata S2 di salah satu perguruan tinggi terbaik di Australia tentu istimewa bagi saya. Meski demikian, saya juga paham, pengalaman saya tidak unik dan ada banyak kawan saya yang lebih dahulu melakukan hal itu. Bagi banyak kawan saya, pengalaman demikian tentulah biasa. Yang istimewa tentulah proses sebelum mengajar itu. Ini tentang satu usaha meraih kesempatan.
Suatu hari saya bertemu dengan seorang kawan Indonesia yang sedang kuliah di UNSW dan mengambil mata kuliah Hukum Laut yang diampu Rosemary. Kami sempat diskusi dan saya memberi beberapa masukan kecil terkait bahan kuliahnya. Rupanya kawan ini merasa terbantu dan secara berkelakar dia bilang “wah harusnya Mas Andi ni yang ngajar kita di kelas”. Tentu saja dia tidak serius tetapi saya menjadikannya inspirasi.
Suatu hari saya mengirimkan email kepada Rosemary. Intinya adalah menyapa karena lama tidak bertemu dan saya ceritakan tentang aktivias terkini saya terkait riset dan S3. Isi email itu adalah nostalgia tetapi sejujurnya agenda utama saya adalah menjajagi kesempatan mengajar di kelas dia. Perlu tutur bahasa yang pas untuk menyampaikan maksud ini agar terdengar sopan, meyakinkan sekaligus elegan. Berikut email saya ke dia:
Bagi saya, kalimat terakhir email saya itu adalah kunci yang membuat dia tidak bisa menolak saya. Rasanya begitu. Dalam sekian hari berikutnya saya menerima balasan yang menyenangkan. Intinya dia ingin bertemu untuk membicarakan kemungkinan saya mengajar di kelasnya. Berikut balasannya:
Jawaban ini menyenangkan dan sayapun menemuinya. Pertemuan nostalgia setelah sembilan tahun diisi dengan cerita-cerita santai. Sebenarnya saya tidak yakin apakah dia benar-benar mengingat saya tetapi Rosemary memang hangat sekali dan tahu cara menyenangkan orang. Bicaranya ekspresif, penuh pujian, tidak sungkan menyatakan perasaan dan penuh empati. Berbicara dengannya membuat saya nyaman. Singkat kata, kami sepakat bahwa saya akan mengajar tanggal 9 Mei tentang Delimitasi Batas Maritim. Itu akan jadi pertemuan kedua karena kelas pertama tanggal 2 Mei. Sayapun menyampaikan secara umum bahan yang akan saya sampaikan nanti sambil menunjukkan beberapa bahan kuliah saya lewat iPad. Aplikasi Slide Shark di iPad bisa dipakai untuk menayangkan animasi Power Point. Rosemary nampak sangat terkesan dengan rencana itu, meskipun saya tahu, sekali lagi, dia memang orang yang penuh puja-puji. Gaya komunikasi demikian membesarkan hati.
Mengajar di sebuah kelas tingkat pascasarjana bidang hukum bukan sesuatu yang mudah di Australia. Mungkin Anda tahu, di negara maju, fakultas hukum diisi oleh orang-orang terbaik. Ada ungkapan “the best mind goes to law” dan memang benar bahwa lulusan SMA terbaik saja yang masuk fakultas hukum. Umumnya kedokteran dan teknik ada di bawahnya. Demikianlah negara yang meyakini bahwa hukum adalah panglima peradaban. Dia perlu dikawal oleh orang-orang terbaik. Mengingat ini saya menjadi lebih gelisah lagi. Saya tidak bisa main-main. Persiapannya harus lebih baik dari semua kuliah yang pernah saya berikan di tempat lain.
Belajar untuk persiapan mengajar memang memberikan sensasi yang berbeda dibandingkan belajar untuk persiapan ujian. Saya jadi jauh lebih tekun membaca, lebih keras berusaha memahami sesuatu dan lebih cermat dalam memperhatikan detil. Ada ratusan halaman kasus batas maritim internasional harus saya baca agar bisa memahaminya dan terutama bisa memvisualisasikannya dengan baik pada Power Point saya nanti. Saya tahu, para lawyer ini pasti telah dengan sigap melahap banyak bahan bacaan dan saya tidak ingin tampil membawakan apa yang sudah mereka tahu. Saya selalu membayangkan, betapa kecewanya peserta kuliah ketika mereka melihat saya dan berpikir “kalau hanya begini, saya bisa baca sendiri”. Tantangannya jadi begitu besar dan ini yang membuat saya menghabiskan banyak waktu mempersiapkan diri dengan baik.
Ada beberapa animasi baru yang saya buat khusus untuk kuliah di UNSW ini. Kasus klasik batas maritim yang ditetapkan pertama kali oleh lembaga pengadilan tahun 1909, Grisbadarna Case, antara Norwegia dan Swedia adalah salah satunya. Saya suka kasus itu karena memberikan pondasi yang kuat bagi perkembangan hukum terkait batas maritim selanjutnya hingga hari ini. Selain menarik dalam hal legal, kasus itu juga menarik dari segi teknis sehingga tantangan menganimasikannya juga sangat tinggi. Tantangan terbesar tentu saja ketika harus merangkum keputusan pengadilan yang ratusan halaman menjadi satu halaman lembar tayang saja. I challenged myself to the limit and I think I did it (pakai Bahasa Inggris biar gaya!)
Kamis, 9 Mei 2013
Seperti biasa, pagi-pagi rumah sudah sibuk karena semua orang siap-siap menunaikan tugas belajar. Asti masih sibuk dengan PR, Sita dan mbak Dyah juga berkemas-kemas. Kami tinggal berempat di rumah dan semua sedang sekolah. Saya sendiri, seperti biasa, bangun paling siang dan segera bersiap-siap. Saya awali hari itu dengan menyetrika baju yang akan digunakan untuk kuliah nanti. Saya siapkan baju kemeja, celana jeans (agar tidak terlalu formal) dan jaket hitam dan sepatu kets. Intinya saya ingin tampil rapi tetapi tetap segar dan santai.
Sekitar 30 menit sebelum kelas dimulai saya sudah berada di gedung Fakultas Hukum UNSW dalam keadaan siap. Selama perjalanan tadi saya sempatkan menghafalkan beberap bagian kuliah yg secara khusus saya anggap penting. Bagian pembukaan tentu saja harus bagus saya siapkan dengan baik. Semua kalimat, kelakar, dan terutama apresiasi saya rangkai sedemikian rupa agar lancar dan terutama terdengar alami. Ini penting. Kalau Anda pernah ikut kuliah saya dan merasa saya begitu alami dalam membawakan berbagai kelakar saat memulai kelas, sekarang Anda tahu rahasianya. Ada persiapan khusus untuk itu. Tidak ada yang tiba-tiba.
Saya segera menuju ruang Rosemary seperti yang dia sarankan. Berbasa-basi sejenak saya segera pamit untuk langsung menuju ruang kelas di 101 dan melakukan persiapan. Saya tahu, kelasnya berlangsung intensif dari pagi hingga sore. Saat itu, kelas sedang istirahat untuk dimulai lagi jam 1.30 siang. Ketika saya masuk, kelas kosong dan hanya ada satu orang mahasiswa cowok. Dia tidak peduli, tetap asik menulis dengan laptopnya. Hanya sekilas menoleh dan tersenyum kecil. Sayapun segera memindahkan berkas presentasi saya dari laptop ke komputer kampus. Melihat saya mengutak-atik komputer, si mahasiswa melihat sekilas tetapi tidak bereaksi lebih dari itu. Setelah saya mencoba-coba beberapa tayangan Power Point dan animasi, dia rupanya penasaran. Saya bisa lihat dari raut wajahnya dan saya segera bilang “yes I am lecturing today”. Dia sedikit terperanjat tetapi lalu bisa menguasa diri dengan baik. “Oh, so you are lecturing today. Yes, the class will start in, maybe ,15 minutes” katanya. Saya tersenyum saja.
Saat menyiapkan bahan, seorang lelaki datang. Dia tersenyum seperti ingin bertanya. Paham maksudnya saya bilang “yes, I am giving a lecture today” sambil tersenyum. “Oh, so you are the one with the amazing Power Point!” katanya mengejutkan. Rupanya Rosemary sudah mempromosikan saya sebelumnya dan sebagian dari mereka berharap-harap. Bayangkan betapa meningkatnya beban yang ada di kepala saat saat itu.
Terus terang saya grogi saat waktu mengajar semakin dekat. Saya sempat ke kamar mandi untuk menenangkan diri. Begitu kembali ke kelas, ruangan sudah terisi cukup banyak orang. Di kursi dekat pintu ada seorang cewek yang duduk dengan tenang. Dia tersenyum ketika saya masuk. Sayapun duduk di dekatnya dan mencoba membangun komunikasi. “Are you attending the class too?” saya tanya. “Yes, I am” katanya. “Are an undergraduate or master student?” tanya saya melihat wajahnya yang masih belia. “Oh, I am actually a PhD student. I am Rosemary’s student” katanya menyentak saya. Rupanya saya tertipu dengan penampilan Aline. Pelajaran moral nomor 107: jangan menebak level pendidikan dari seberapa imut wajah seseorang. Akhirnya saya tahu perempuan itu juga seorang asisten yang akan mengajar di kelas yang sama minggu depan.
Karena saya banyak tanya, rupanya dia penasaran dan mulai curiga. “Sorry, are you the one teaching today?” tanya dia. “Yes I am” kata saya kalem. “Oh, I am looking forward to your great animation” katanya membuat saya semakin berdebar. Rosemary memang paling bisa menjual orang.
Saya lepas jaket dan menggulung lengan baju. Tiba-tiba kelas terasa agak gerah ketika Rosemary mulai memperkenalkan saya dengan bahasa-bahasa yang dilebih-lebihkan. Begitulah hidup di sini, penuh dengan puja dan puji. Yang ada adalah tebaran apresiasi. Yang tadi saya tegaskan tentu saja agar Rosemary mengenalkan saya dari Universitas Gadjah Mada, Indonesia (ini penting ya? penting dong!). Sayapun mulai berbicara setelah dipersilakan.
Hal pertama yang saya sampaikan adalah kisah personal bahwa saya juga dulu ada dikelas yang sama. “Nine years ago, I was sitting in Rosemary’s class, just like you all” Mendengar itu, Rosemary setengah berteriak “No, And! that long?” “Yes Rosemary, that long” jawab saya sambil senyum setengah meledek. “Oh my God, I am so old” katanya yang disambut gelak mahasiswa yang hadir. Sentuhan personal memang selalu berhasil membuat suasana lebih hangat dan akrab. Hal personal lain yang saya tegaskan adalah betapa terhormatnya saya ada di sana dan saya tidak akan pernah lupa bahwa saya belajar pertama kali bidang ini dari Rosemary. “Rosemary, I will never forget that” kata saya sambil melihat dia yang menujukkan wajah ‘tersentuh’. Dalam hati tentulah dia bilang
“Oh, Andi, you are so sweet”. Anggap saja begitu.
Tidak sulit memulai kuliah ketika suasana keakraban terbentuk. Kelakar tentang nama saya yang berupa simple past tense tentu tetap jadi andalan dan selalu berhasil membuat orang tergelak. Jika peserta sudah tergelak maka jauh lebih mudah bagi pengajar untuk berbagi dan membuat mereka memperhatikan.
Begitu masuk materi kuliah, pada awalnya saya merasa kurang lancar karena masih ada perasaan grogi. Meski begitu, semuanya terasa baik-baik saja berikutnya ketika sudah masuk ke topik inti dengan animasi-animasi yang sepertinya disukai mereka. Yang menarik adalah saat menyaksikan ekspresi Rosemary yang tidak sungkan menunjukkan wajah takjubnya. Dia bahkan sering sekali mengeluarkan gumaman atau semacamnya yang menujukkan keterkejutan dalam arti positif. “Aaah.. so that is how it works. Now I understand” katanya tanpa merasa perlu menjaga citra di depan mahasiswanya. Saya yakin, tidak mudah bagi seorang dosen untuk menunjukkan kekaguman dan keterpanaannya pada presentasi seorang dosen lain di depan anak didiknya. Sikap sedemikian ini patut sekali diteladani. Yang lebih menarik tentu saja sikap mahasiswa yang sepertinya tidak terganggu dan tetap menaruh rasa hormat pada dosennya yang terpana oleh presentasi seseorang asing di kelas itu. Pelajaran moral nomor 78: keterbukaan pikiran ditandai, salah satunya, dengan keberanian menunjukkan keterpanaan pada satu hal yang memang dirasa mencerahkan tanpa perlu takut dituduh bodoh.
“Oh Rosemary, you are too kind, but I like you are doing that” kata saya berkelakar ketika Rosemary dengan tanpa sungkan memperlihatkan gaya muka terkesima dan mulut ternganga melihat satu lembar tayang saya. Tentu saja itu membuat suasana kelas jadi tambah hangat. Tidak ada yang lebih baik dari dua orang yang saling mendukung dan menyatakan apresiasi yang tulus untuk saling menguatkan.
Di tengah perjalanan, beberapa mahasiswa bertanya dengan interupsi. Kultur belajar di Australia secara umum memang demikian, lepas dan terbuka. Ketika saya menyampaikan animasi yang cukup rumit, saya selipkan kelakar “I know what you are thinking. Some of you are wondering, how to make it, right?” Peserta tertawa karena saya seperti membaca pikiran mereka. Sementar itu saya sekali-sekali melirik si mahasiswi S3 imut yang sulit menyembunyikan senyumnya di sepanjang kuliah berlajan.
Tidak terasa limapuluh lembar tayangan telah habis dan saya menutup sesi pertama dengan cukup baik. Tepuk tangan mengikuti lembar tayang terakhir saya dan selanjutnya ada diskusi. Sebelum itu, Rosemary secara cerdas menambahkan materi-materi penting yang disampaikannya tanpa tayangan tetapi secara signifikan menambah aspek hukum dari presentasi saya tadi. Saya selalu kagum melihat orang yang bisa presentasi dengan menarik tanpa tayangan. Rosemary adalah salah satunya. Dia dengan cemerlag bisa mengutip kasus-kasus hukum dan mengaitkannya dengan persentasi saya sebelumnya sekaligus menambahkan dan menegaskan poin-poin penting yang perlu dipahami peserta. Semua pertanyaan terjawab dengan baik. Hal legal ditangani oleh Rosemary dan saya mejelaskan aspek-aspek teknis yang terlibat. Meski tidak direncanakan, kami melakukan kolaborasi yang sangat baik sepertinya.
Tigapuluh menit berikutnya waktu istirahat sebelum mulai sesi kedua jam 3.30 nanti. Saya berusaha untuk tidak Ge-eR tetapi Rosemary dan Aline tidak berhasil membuat saya terhindar dari perilaku buruk itu. Selama 30 menit itu, Aline tidak henti-hentinya memji animasi itu. Dalam hati saya mau meniru gaya Mongol di StandUP Comedy “biasa aja sob, jangan histeris kalau ketemu artis”. Tentu saja yang keluar adalah “you are too kind, Aline. Thank you!” Selama minum kopi Rosemary membahas betapa pentingnya visualisasi dalam bidang ilmu ini dan betapa celakanya karena tidak banyak lawyer punya kemampuan memvisualisasikan persoalan dengan baik. Dia mengaku suka sekali dengan peta dan visualisasi hanya saja tidak bisa membuatnya. “That’s why you need someone like me, Rosemary” kata saya berkelakar sambil membayangkan Adele. Eh, itu ‘someone like you’ ya?
Sesi dua berjalan dengan lebih santai. Saya menyampaikan beberapa kasus terutama batas maritim Indonesia dan Australia. Saya sampaikan sejarah panjang Laut Timor dalam satu lembar tayang lalu dilanjutkan dengan situasi rumit karena ada bagian yang airnya milik Indonesia tapi dasar laut di bawahnya milik Australia. Ikannya punya Indonesia tapi minyak dan gas punya Australia. Yang menarik, teripang itu jadi milik Australia. Tentu saja dengan animasi yang ada ikan memegang paspor Indonesia dan teripang yang berpaspor Australia. Selalu berhasil mengundang senyum.
Saat diskusi, ada cewek (kenapa cewek terus ya?) yang bertanya soal perbedaan ZEE dan landas kontinen dalam hal sumberdaya. Dia memahami ZEE itu tumpang tindih dengan landas kontinen dan juga mencakup dasar laut. Pertanyaannya, mengapa sumberdaya yang menempel di dasar laut itu tidak masuk dalam ZEE? Saya jelaskan bahwa betul ZEE itu juga mencakup dasar laut seperti halnya landas kontinen. Hanya saja ada ketentuan di Konvensi PBB tentang Hukum Laut yang menyatakan bahwa dalam hal sumber daya di dasar laut, harus mengikuti kaidah yang berlaku pada landas kontinen. Jawaban yang mengacu pada pasal hukum begini segera menghentikan diskusi dan dia manggut-manggut terpesona. Okay, bagian ‘terpesona’ ini karangan saya sendiri.
Ada juga pertanyaan yang saya tidak bisa jawab. Dengan santai saya bilang “Rosemary will be able to handle the question” dan disambar dengan segera olehnya. Menyenangkan sekali ketika seseorang dengan tenang dan tanpa merasa malu mengakui ketidakbisaan sambil tetap merasa terhormat. Ini terjadi karena telah terbentuk suasana saling menghargai dan memahami bahwa tidak ada satu orangpun yang tahu segalanya. Dan terutama, proses pembelajaran adalah pencarian aktif, bukan mengharap disuapi oleh seorang guru. Pelajaran moral nomor 45: guru juga manusia yang harus berusaha untuk menjadi baik tetapi perlu dimaklumi ketika tidak tahu suatu hal.
Tepuk tangan mengakhir kuliah sore itu. Saya senang sekali, mahasiswa juga sepertinya senang dan terutama Rosemary dan Aline sangat senang. Saya juga janjikan pemberi animasi dalam bentuk flash agar kecil ukurannya, tidak bisa diubah tetapi tetap bisa dianimasikan. Saya kira ini solusi yang cukup adil bagi saya dan peserta kuliah. Rosemary menagaskan, seandainya tidak diberikanpun dia akan paham karena animasi itu adalah karya asli saya yang tentu tidak mudah pembuatannya. Saya tidak mempermasalahkan orang menggunakan animasi saya. Seandainyapun nama saya dihilangkan, seperti yang dilakukan banyak orang (I know what you did last summer), saya tidak kehilangan apapun (sambil mengepalkan tangan).
Bagi banyak teman saya, cerita ini biasa saja karena mereka telah melakukan yang jauh lebih hebat. Namun bagi saya, ini adalah kisah tentang keberanian meraih kesempatan dan menjual diri dengan cara yang baik. Bagi anak penambang batu padas dari Desa Tegaljadi, cerita ini adalah catatan penting yang membuat ibu saya tersenyum. Dia akan saya baca lagi ketika jatuh untuk menguatkan diri dan berdiri lagi.
Reblogged this on The Law of News.
Interesting. Best regards
https://www.facebook.com/GlobalProjectInfoworld?ref=hl
bravo… seperti biasa… bravo… *standing applause*
saya seperti bisa membayangkan semuanya berjalan..
ketika mas andi membuat email dengan laptopnya (saya kurang tau apakah laptopnya sudah ganti atau belum.. hehehe..)
lalu bagaimana suasana kelasnya rosemary, law school building dan suasana break di tengah sesi.. hampir semua detail bisa terbayang oleh saya..
smoga smakin sukses mas….
Hello Oki,
Makasih komentarnya ya. Laptopku sudah ganti hehehe. Ya suasana Law Faculty di UNSW memang khas. Sepertinya ruangan itu juga yg Oki pakai dulu 🙂 Makasih sekali lagi karena selalu positif dan penuh dukungan. You too, good luck, mate 🙂
Saya suka pesan moral dan budaya-budaya positif dari pengalaman Bapak yang selalu ada dalam setiap tulisan Bapak.
Terima kasih Mudib. Syukurlah bisa menarik pelajaran 🙂
luar biasa mas andi,,
thanks buat pesan2 moralnya.. 🙂
Terims kasih. Saya hanya menyampaikan apamyg saya pelajari dari proses ini. Pesan moralnya datang dari alam sekitar 🙂
bagus banget Pak 🙂
Makasih Rizal
sangat menginspirasi, terutama karena saya sedang belajar 🙂
Syukurlah Arif. Selamat belajar.
Ini namanya kupas tuntas sampai ke ‘dapur’ racikan pak…:), sangat inpiratif dan motivatif.Banyak hikmah dan pelajaran yang bisa dipetik dari setiap kejadian pada setiap momentnya.Tapi just wondering ini pak,koq setelah pelajaran nomor 78 berikutnya langsung pelajaran nomor 45?Apa ada metode tertentu yang dipakai untuk memberi penomoran pada tiap pelajaranya berdasarkan jenis pelajaran atau mungkin hanya salah penomoran ya..? :).Maaf nih pak..,cuma penasaran saja..
Makasih Edison 🙂
Penomoran itu acak saja.. Menarik perhatian pembaca kritis sepertimu :))
Hebat, Bli! Jadi semakin terinspirasi dengan pencapaian yang sudah Bli Andi raih. Apalagi kupasan kasus yang Bli Andi tuliskan membuat aku gak bosan bacanya. Tapi ngomong2, nomor dari pelajaran moral nya emang mundur? bukannya harus maju angkanya?
Makasih Devi 🙂
Siapa yg mengharuskan? Hehe
Terima kasih Pa Andi. Bukan hanya exciting experience yang sy dapatkan tapi sungguh banyak sekali pesan konstruktif dalam kisah ini. Success for you…
Terima kasih Rahmat 🙂
Inspiring seems to be your middle name, Bli. Wish I could also make such contribution on my field in the future.
I am honored 🙂 good luck
wow hebat… kalau syahrini bilang: sesuatu banget…
Dan harus bilang wow gitu? :)) thanks ya
Subhanallah… bikin tambah pengen merasakan kuliah demikian… sukses selalu pak andi.. keep inspiring us with ur story 🙂
Good luck 🙂
Menyentuh sekali…. Sampai merinding baca tulisan ini. Saya selalu suka tulisan tulisan pak andi, sangat menginspirasi. Kalau boleh saya bandingkan, saat membaca tulisan pak andi, ‘feel’ nya mirip seperti membaca tulisan bang a. Fuadi. Tulus, baik, dan powerful. Semoga suatu saat bisa menyusul jejak pak andi dan mbak Asti. Amin..
Terima kasih Ririn. Saya membaca karya Bang Fuadi yg Negeri 5 Menara. Selain itu belum saya baca. Saya kira soal pengalaman hidup yg mirip, bisa membuat orang memiliki gaya yang tidak jauh berbeda juga. Saya doakan semoga cita2nya tercapai ya 🙂
terima kasih Bli, saya ikutan dikuatkan untuk kembali berdiri. Sekali lagi terima kasih untuk tulisan yg lengkap, apik, dan bermanfaat.
Syukurlah 🙂
Saya mesam-mesem kagum baca tulisan Mas Andi. Buat orang yang gak ngerti hukum lautpun jadi tertarik utk baca artikel2 mas andi dan lumayan ‘dong’ sesudahnya. Excellent mas, inspiratif, bermanfaat, lanjutkan 🙂
Terima kasih Mas 🙂
so inspired.. :’)
saya juga ingin sekali jadi pengajar.. tapi sayangnya saya kurang pede. public-speaking adlh salah satu kelemahan saya. ada saran kah bli untuk saya?
btw, dengar2 UNWS slh satu univ yg unggul di bidang IT ya? benarkah bli?
apa bli punya teman atau kenalan dosen jurusan IT managemen di UNWS?
Thank u.. 🙂
1. Berlatih dan belajar lalu mencoba. Berani pingsan di atas panggung dan berani tampil jelek, berani gagal. Seperti menyanyi, tidak semua orang bersuara emas tapi bukan berarti kita tidak boleh bernyanyi. Tidak usah memaksa diri untuk tampil bagus saat presentasi. Anda bukan Obama 🙂 Yang perlu dilakukan adalah mencoba dan mengusahakan. Be gentle to yourself.
2. Maksudnya UNSW? 😉 saya tidak punya kenalan di IT. ITnya bagus memang.
I love this story…. inspiring… thanks Mr. Andi Arsana…
I love this too 🙂
Ikut bangga pernah kenal dengan Mas Andi! Sesama almamater dan sesama peminum air Kasultanan Yogyakarta 🙂
Saya yang bangga pernah ketemu Mas Sayuti… teladan! Matur nuwun Mas..
wonderful experience, thanks Mr. Andi, sampe speechles menungu sampe ceritanya habis 🙂
Terima kasih Desi 🙂
good job!!!!!!!!!
I like your experience..I hope I can do it very well…
sangat inspiratif banget……
Thanks. Good luck!
hallo bapak.. saya sudah baca blog bapak. bolehkah saya minta rekomendasi kira-kira sekolah hukum laut terbaik di Australia itu di universitas apa ya pak? saya sudah search di google untuk law of the sea bagi undergraduate yang latarbelakangnya bukan hukum, masa studinya jatuhnya 3 tahun. dan tidak membutuhkan kualifikasi LLM karena background saya komunikasi BUKAN HUKUM. apakah ada yang 2 tahun pak? mengingat beasiswa LPDP mengharuskan masa studi lamanya 2 tahun saja. trims. mohon balas bapak…
ada yg bisa bantu?
sungguh dalam tulisan bli andi,
sangat menginspirasi.
hallo pak andi arsana.. saya sudah baca blog bapak. saya boleh minta rekomendasi bapak ga kira-kira sekolah hukum laut terbaik di Australia itu di universitas apa ya pak? saya sudah search di google untuk law of the sea bagi undergraduate yang latarbelakangnya bukan hukum, masa studinya jatuhnya 3 tahun pak. apakah ada yang 2 tahun pak? mengingat beasiswa LPDP saya mengharuskan masa studi lamanya 2 tahun saja. trims bapak. mohon balas pak 🙂
hallo bapak.. saya boleh minta rekomendasi kira-kira sekolah hukum laut terbaik di Australia itu di universitas apa ya? atau yang terbaik di dunia. saya sudah search di google untuk law of the sea bagi undergraduate yang latarbelakangnya bukan hukum, masa studinya jatuhnya 3 tahun. dan tidak membutuhkan kualifikasi LLM karena background saya komunikasi BUKAN HUKUM. apakah ada yang 2 tahun? mengingat beasiswa LPDP mengharuskan masa studi lamanya 2 tahun saja. trims. mohon balas bapak…
sangat inspiratif dan bermanfaat pak andi.