Saya Jadi Kepala KUA


Saya mendapat tugas sebagai Kepala Kantor Urusan Internasional alias Office of International Affairs UGM sejak pertengahan tahun lalu. Sebagian teman saya menganggap ini musibah, sebagian lain menyelamati sebagai pencapaian. Saya sendiri menganggap ini kesempatan belajar yang kadang membawa musibah mendewasakan. Tapi tulisan ini bukan tentang pencapaian atau musibah.

Meskipun saya merasa peran kantor ini sangat penting dalam konteks internasionalisasi pendidikan di UGM, ternyata kantor ini, yang disingkat KUI atau OIA, tidak dikenal oleh semua orang UGM sekalipun. KUI? Opo kui? tanya banyak orang dengan logat Jogja yang enak didengar.

KUI memang belum seterkenal yang saya sangka. Saya merasa KUI ini terkenal karena sejak akhir tahun 1990an saya sudah mengunjunginya meskipun waktu itu dikenal dengan nama yang berbeda. Intinya, seingat saya, kantor itu memberikan informasi bagi mahasiswa UGM untuk bisa ke luar negeri. Ada beasiswa pertukaran pelajar, ada summer school, ada beasiswa S2 bagi lulusan baru, ada kesempatan mengikuti konferensi di luar negeri ada lomba di luar negeri dan banyak lagi. Saya yang selalu penasaran dengan hal-hal seperti itu sudah terbiasa mengunjungi Kantor Urusan Internasional sejak semester 5 saat Kuliah S1.

Pekerjaan KUI tentu saja tidak hanya memberikan peluang beasiswa luar negeri kepada mahasiswa. Intinya, sebagian besar, jika tidak semua, kerjasama UGM dengan mitra di luar negeri dilakukan melalui KUI. Pelaksananya tentu bukan KUI karena kerjasamanya dalam berbagai bidang yang kadang spesifik. KUI menjadi pintu utama atau jembatan kerjasama ini untuk nanti dilaksanakan oleh unit-unit yang relavan. Selamaa beberapa bulan di KUI, saya telah belajar banyak walaupun masih tertatih-tatih mengikuti ritme dan irama kerja yang begitu cepat.

Selama ini, yang paling banyak terasa adalah menerima tamu asing yang ingin kerjasama dengan UGM. Ini di luar dugaan saya. Tadinya saya pikir UGM sedang mencari-cari peluang kerjasama, ternyata tidak demikian. Saya bahkan mendapat mandat untuk menganalisa potensi kerjasama agar bisa lebih selektif. Terdengar gaya ya? Ya nggak juga, ini kan UGM. Kalimat terakhir ini yang beneran gaya.

Okay, balik lagi ke maksud saya menceritakan ini. Intinya saya ingin mahasiswa UGM sangat amat akrab dengan KUI. Saya menandatangani surat pengiriman mahasiswa UGM ke luar negeri hampir setiap minggu. Ada buanyak sekali kesempatan. Menariknya, kadang kami tidak mendapatkan jumlah kandidat sebanyak yang kami mau. Di satu sisi kami yakin seyakin yakinnya bahwa ada ratusan kalau tidak ribuan mahasiswa UGM yang ingin ke luar negeri dan memenuhi syarat untuk itu. Mengapa hanya sedikit yang mendaftar? Kesalahan ada pada kami. Pada KUI. Kami belum berhasil menyebarkan informasi dengan efektif dan massif. Ini yang menjadi salah satu program utama saya tahun 2015 ini.

Saya bertekad, mahasiswa UGM semakin menyadari kehadiran dan peran KUI untuk mereka. Bersiap-siaplah dengan berita dari kami. Simak twitter kami di @OIAUGM dan kunjungi website kami di oia.ugm.ac.id. Yang terpenting, jadilah bagian dari tekad ini: membawa lebih banyak mahasiswa UGM menjelajah dunia dan semakin banyak mahasiswa internasional datang ke UGM. Dalam kelakar dengan teman-teman di kantor, saya sering bilang “saya ingin membuat KUI seterkenal KUA” sebagai eksagerasi dari mimpi saya. Kini Anda tahu, judul tulisan ini memang salah ketik, dan itu sengaja.

Advertisement

Author: Andi Arsana

I am a lecturer and a full-time student of the universe

17 thoughts on “Saya Jadi Kepala KUA”

  1. Mantab Pak Andi,
    Semoga terkabul cita2 KUI seterkenal KUA, minimal di kalangan keluarga UGM.
    Meskipun sudah bekerja, saya pun masih menyimpan keinginan untuk studi lanjut,

    Sukses selalu buat Pak Andi,

  2. Wah, mantab Pak :). Saat S1 dulu saya juga pengunjung setia KUI :D. Kalau menurut saya, KUI sangat populer di beberapa jurusan atau fakultas saja. Dan pengalaman saya saat mengisi seminar beasiswa, memang masih perlu meningkatkan motivasi dan aksi mahasiswa untuk lebih pro aktif kejar bola dalam hal mencari informasi dan kesempatan ke luar negeri.

    Mungkin selain via birokrasi fakultas jurusan, bisa jg kerjasama kirim info ke himpunan mahasiswa jurusan atau organisasi mahasiswa fakultas.

    Wah, jadi pengen ikutan belajar pengembangan kerjasama/ urusan internasional di kampus, suatu hari nanti 🙂

    Sukses selalu Pak Made. Semoga ke depan bisa bekerjasama lagi dengan PPI Dunia ^^

      1. Maaf Bli, sekedar informasi. Mutiarafadjar ini nama blog saja joint venture dg istri. Nama penulis aslinya Fadjar Wibowo, penggemar Bli Andi dari FK UGM.

  3. Halo Bapak,

    Salut untuk ini : “Ya nggak juga, ini kan UGM.”
    Mawas diri yang perlu diteladani.
    Meski terlambat, tapi, selamat Pak Andi, semoga semakin bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga, lingkungan sekitar dan Indonesia. Amin amin ya rabb.

    Berarti JST Interview bulan Januari ini Bapak di kantor ya, sayang ndak sempat ketemu.

  4. Salam kenal Pak Andi. Dulu saya sempat menjadi staf di KUI selama hampir setahun. Senang mengetahui KUI kembali dipimpin oleh orang yang hebat.

    Saran saya KUI mungkin bisa lebih all out dalam pemanfaatan media sosial. Tidak hanya Twitter (yang saya rasa tren penggunaannya sudah semakin menurun), tapi juga merambah platform lain, entah itu sesederhana halaman di Facebook, maupun Instagram ataupun platform lain yang dirasa cocok. Selain itu, mendekatkan KUI langsung ke mahasiswa juga bisa dilakukan lewat kerjasama dengan himpunan-himpunan di tiap fakultas/jurusan.

    Tapi tantangan terbesarnya menurut saya adalah, dan ini sering Bapak singgung di tulisan-tulisan Bapak, kurangnya pemahaman sebagian mahasiswa tentang pentingnya exposure pengalaman internasional bagi mereka dan ini berujung pada kurangnya motivasi mereka untuk mencari kesempatan-kesempatan yang disediakan KUI. Nah kalau ini, sepertinya bukan cuma tugas KUI, tapi semua civitas akademika UGM, terutama mahasiswanya itu sendiri.

    Selamat bertugas Pak Andi. Semoga sukses selalu.

  5. Saya akan berusaha bantu Bli. Kalau kuliah saya selalu minta mahasiswa saya untuk jalan-jalan ke KUI atau at least websitenya. Kalau bukan kita yang bertemu denganb mahasiswa di kelas setiap hari, siapa lagi yang bsia lebih efektif?? hehe nyombong dikit. Sukses selalu.

  6. Semangat, Bli Andi! 🙂

    betul seperti komentar chiku di atas, KUI sebenarnya cukup terkenal, tapi hanya di beberapa fakultas. Pandangan lain, dari obrolan dengan mahasiswa di banyak kesempatan, ada temuan menarik yang patut dicurigai hehehe. Katakanlah begini, mahasiswa (well, ya mungkin bukan hanya mahasiswa) kenal dan dekat dengan sesuatu saat mereka merasa butuh. Nah, masalahnya, ternyata belum banyak mahasiswa yang merasa butuh KUI. Kenapa? Dugaan saya, memang belum banyak mahasiswa yang tertarik dengan yang berbau internasional, ataupun siap masuk di persaingan level global. Salah satu indikatornya, kalau saya tanya kenapa ga coba beasiswa exchange, lebih besar persentase yang menjawab ga pede, minder, ditunjukkan dengan alasan kongkrit: ga punya skor TOEFL terbaru, atau punya tapi skornya rendah.

    Menurut saya menarik kalau UGM bisa punya program TOEFL-isasi atau IELTS-isasi semua mahasiswa 🙂 Ya tentunya dengan proses persiapan yang matang sebelumnya. Tidak bisa dipungkiri kan Bli, penguasaan bahasa asing jadi salah satu modal utama kita bersaing di dunia, tapi untuk masuk ataupun keluar UGM poin ini jarang disentuh. Untuk program sarjana, yang intakenya terbesar seuniv, ini isu penting. Saat masuk S-1 UGM memang ada tes TOEFL tapi tidak dijadikan syarat seleksi masuk. Selama berkuliah, MK B.Inggris ataupun bahasa asing lainnya sifatnya pilihan. Dan tidak ada program khusus yang didesain menyiapkan kemampuan bahasa asing lulusan sarjana. Sebelum lulus pun tidak semua fakultas mensyaratkan mencantumkan skor TOEFL. Kalaupun ada yang berminat, ya mencari kursus bahasa inggris sendiri di luaran…

    Maaf ngelantur ya Bli 🙂 tentu ini masalah di Indonesia secara umum, bukan hanya di UGM..

    Salam semangat dari pojok sosio yustisia 🙂

    *kita pernah sempat berbincang di seminar Maritim di Fisipol pertengahan tahun lalu Bli, tak lama setelah Bli diangkat di KUI. Saya waktu itu bertanya tentang AAS, tahun lalu saya dipanggil hingga JST, tapi belum rejeki untuk lolos. Siap bertarung lagi di tahun ini :)*

  7. Pak Andi, boleh saya kasih saran? Website OIA UGM kalau bisa diberikan fitur langganan melalui email. Agar tiap post baru bisa langsung masuk notifikasi email Pak. Kan tidak tiap hari mahasiswa ingat untuk buka situs OIA.

    Saya seringkali ingin daftar suatu program, tapi keburu deadline untuk dokumen masuk ke OIA tinggal seminggu atau bahkan sudah lewat, padahal cari LoA kan terkadang butuh waktu Pak. Mengenai ini saya juga penasaran kok sepertinya untuk post-post di OIA dan ditmawa seringkali mepet deadlinenya..

Bagaimana menurut Anda? What do you think?

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: