Belakangan ini saya cukup sering menikmati Standup Comedy yang dibawakan oleh comic (standup comedian) Indonesia. Saya selalu percaya bahwa melucu sendiri tanpa lawan interaksi itu paling sulit. Perlu kemampuan luar biasa untuk menjadi lucu dengan monolog dan menggerakkan orang untuk tertawa dan terlibat. Indonesia sudah punya cukup banyak comic yang menurut saya bagus. Ernest Prakasa, selain Pandji adalah salah satu yang saya suka. Kedua orang ini agak berbeda dengan beberapa orang lain yang saya tahu karena leluconya mengandung muatan pembelajaran dan nilai kebangsaan yang cukup tinggi.
Khusus untuk Ernest Prakasa, ada hal istimewa karea dia keturunan China. Dengan statusnya ini Ernest bisa memasukkan isu rasisme di Indonesia dan dunia melalui materi leluconnya. Ini mengingatkan saya pada Russel Peters, comic Kanada keturunan India itu. Yang menarik, Ernest melakukan ‘pembelaan’ terhadap etnisnya justru dengan sering kali mengolok-olok diri sendiri dan kerabatnya sesama keturunan China. Saya selalu menyakini, hanya orang yang sudah selesai dengan dirinya sendiri yang mampu menghina dirinya di depan orang lain. Ernest melakukan ini dengan baik. Lihat saja misalnya dia menyarankan orang ke dokter, tidak usah ke sinshe China karena Bruce Lee saja tidak bisa menyembuhkan pileknya bertahun-tahun. Meski begitu, di sisi lain di menelanjangi perilaku rasisme di Indonesia dengan berkelakar soal Ahok, Wakil Gubernur DKI Jakarta. Suatu kali dia mengatakan, karena popularitas dan elektabilitas Jokowi terus meroket, bukan tidak mungkin dia akan jadi presiden atau wapres dan Ahok akan menjadi Gubernur Jakarta. “Rasain lu semua, Gubernur lo China” katanya dalam satu kelakar.
Yang paling menarik adalah salah atu aksinya di TEDxUbud beberapa waktu lalu. Ernest tampil istimewa karena membawakan materinya dalam Bahasa Inggris yang sangat baik. Selain lucu, tentunya, aksi Ernest juga sarat akan pelajaran. Perihal rasisme tentu jadi sorotannya. Karena audiensnya bule, dia dengan cerdas menganalogikan bahwa keturunan China di Indonesia itu mirip dengan orang kulit hitam di Amerika, tentu saja “minus their package” katanya, membuat audiens tertawa hebat. Jika Anda tidak paham mengapa ini lucu, silakan lihat videonya. Jika tidak paham juga, berarti para comic itu benar, bahwa standup comedy memang untuk orang cerdas saja *peace!
Saya selalu yakin, orang yang bisa melucu itu orang cerdas meskipun tidak semua orang cerdas itu bisa melucu. Para comic ini menggunakan kecerdasannya secara serius untuk menghibur orang. Namun jangan salah, mereka bekerja sangat keras untuk menghadirkan kelucuan itu, meskipun hanya 15 menit, misalnya. Mereka pasti harus banyak membaca, mengikuti perkembangan terkini dan mengemas materi yang kadang serius dan penting menjadi segar dan membuat orang belajar sambil lalu dan tidak sadar sedang belajar.
Satu lagi yang istimewa dari Ernest adalah kemampuannya menghadirkan puncak kelucuan (punch line) di saat-saat tidak terduga dan terkesan ‘effortless‘. Kelucuan itu hadir justru tidak di bagian ‘utama’ kalimat tetapi di bagian penyerta dan tidak dengan nada yang sengaja ditonjolkan. Misalnya, ketika dia mengatakan bahwa calon mertuanya tidak setuju dengan dia pada awalnya karena dia keturunan China, dia pernah dipanggil dan diiterogasi dua jam. Ketika audiens menunggu dengan serius apa materi percakapan Ernest dengan calon mertua, dia justru mengatakan “Saya nggak tahu, saya dipanggil mereka karena saya China atau karena selama ini anak mereka yang bayarin kos saya”. Itu di luar dugaan dan tentu saja hadirin tertawa. Dia juga menceritakan ketegangannya diinterogasi selama dua jam. Ternyata bukan karena pertanyaannya yang menyeramkan tetapi karena katanya “I never had to lie for two hours“. Dan itu bukan akhir dari kelucuan itu karena berikutnya dia mengatakan “what am I? a lawyer?” dan itu dikatakan seperti tidak sengaja.
Meningkatnya kualitas standup comedian di Indonesia juga satu pertanda kemajuan Indonesia. Keberhasilan standup comedian Indonesia melucu di depan pemirsa internasional adalah hal yang saya banggakan karena melucupun adalah perihal serius dan itu adalah perkara kualitas. Maju terus Ernest, maju terus standup comedy Indonesia. Mari menertawakan diri sendiri, bukan untuk menghina dina dan menghindar tetapi untuk mengingatkan diri sendiri bahwa ada banyak pekerjaan rumah yang belum selesai.
Iya sepakat Pak, melucu itu susah 😀
setuju pak, melucu bkn untuk menghina…
Tapi kenapa pas orang lain yg ngobrolin rasis, dia yg sewot ya?