Note: Cerita ini adalah bagian dari New York 2012

Suatu malam saya sedang chatting dengan Dr. Francois Bailet, seorang pejabat di United Nations Division for Ocean Affairs and the Law of the Sea (UN DOALOS) di New York. Percakapan kami berlangsung lewat Facebook dalam suasana yang santai. Sejak mengikuti program UN-Nippon Foundation Fellowship pada tahun 2007 silam, saya memang cukup akrab dengan Francois yang tidak lain adalah coordinator program tersebut. Lewat program itu, saya bersama sembilan orang lainnya dari seluruh dunia mendapat kesempatan melakukan penelitian di Wollongong, Australia dan New York, Amerika Serikat selama total Sembilan bulan. Sebuah pengalaman yang berharga.
Percakapan santai saya malam itu dengan Francois adalah satu dari sekian banyak. Saya memang pernah terpilih untuk menjadi representatif (presiden) alumni UN-Nippon Foundation Fellowship tahun 2008-2009 sehingga harus berinteraksi dengan Francois secara dekat. Tugas saya sebagai presiden adalah mengordinasi berbagai kegiatan alumni sebagai tindak lanjut dari program fellowship yang sudah kami jalani. Intinya, United Nations dan Nippon Foundation menginginkan para alumni tetap aktif dan idealisme tidak berhenti ketika kegiatan penelitian Sembilan bulan itu berakhir. Salah satu tugas saya sebagai representatif adalah memastikan penerbitan newsletter secara berkala. Selain itu, saya juga terlibat dalam megatur pertemuan alumni seperti yang dilakukan di Tokyo, Jepang tahun 2009.
Di sela percakapan malam itu, tiba-tiba Francois bertanya apakah saya siap diminta datang ke New York pada bulan Desember 2012. Tanpa berpikir panjang, tentu saja saya megiyakan dengan senang hati. Ada rasa gembira karena akan mendapat kesempatan kembali lagi ke New York setelah lima tahun meninggalkan kota itu. Undangan ke New York ini adalah dalam rangka pertemuan alumni dalam rangka memperingati ulang tahun United Nations Conventions on the Law of the Sea (UNCLOS) yang ke-30. Tahun 1982 silam, konvensi yang sangat penting itu berhasil disepakati di Montego Bay, Jamaica dan kini sudah diratifikasi (diakui) oleh 164 negara dan 1 Uni Eropa. Indonesia melalui Prof. Mochtar Kusumaatmaja dan Prof. Hasjim Djalal berperan cukup besar dalam negosiasi UNCLOS ketika itu.
Saya membayangkan, bisa mengikuti perayaan ulang tahun UNCLOS ke-30 di Gedung PBB New York tentu saja bukan kesempatan biasa. Saya harus memanfaatkan kesempatan itu dengan baik. Beberapa hari kemudian, sebuah surat resmi berlogo United Nations masuk ke email saya. Saya telah mendapatkan undangan resmi dari PBB. Undangan ini adalah sebagai alumni UN-Nippon Foundation Fellowship, terutama sebagai mantan representatif alumni yang dianggap masih aktif hingga saat ini. Saya memang diberi peran yang cukup besar dalam membangun dan memelihara jejaring alumni. Sayalah yang membangun dan memelihara website resmi alumni http://www.unfalumni.org sebagai wadah interaksi dan ekspresi alumni dari berbagai penjuru dunia. Dengan peran itu, saya diberi satu predikat dalam pertemuan di New York nanti sebagai Network Component Manager.
Rasanya masih belum percaya ketika saya menerima sebuah surat berlogo United Nations tertanggal 7 November 2012 dan ditandatangani langsung oleh Mr. Serguei Tarassenko, Direktur Division for Ocean Affairs and the Law of the Sea, Office of Legal Affairs. Percaya tidak percaya, undagan itu sudah di tangan dan saya harus segera mengurus keberangkatan.
One thought on “New York 2012: The invitation”