Berbagi laut dengan Tetangga


Selat Singapura & Tg. Berakit

Peringatan kemerdekaan Indonesia tahun ini ditandai dengan sebuah huru-hara. Tiga orang pegawai Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) RI ditangkap oleh Polis Diraja Malaysia. Meski sesungguhnya penangkapan ini erat kaitannya dengan tindakan pegawai KKP yang menangkap tujuh nelayan Malaysia yang konon mencuri ikan di perairan Indonesia, berita di media massa nampaknya lebih berkonsentrasi pada nasib ketiga karyawan KKP. Bisa dimengerti.

Saya telah mempelajari perihal perbatasan maritim sejak tahun 2004 namun masih sering terbata-bata ditanya perihal ini. Kadang saya terkagum-kagum ketika melihat ada orang yang dengan spontan bisa berkomentar soal huru hara ini, tanpa harus banyak membaca. Menariknya lagi, masyarakat kita menunjukkan rasa nasionalisme yang sangat hebat di saat-saat seperti ini. Tidak sulit bagi mereka untuk menyatakan pembelaan terhadap NKRI, termasuk perang sekalipun. Tidak sulit juga bagi mereka untuk menghujat pemerintah dan menuduh para petinggi itu lamban. Di satu sisi, tak banyak yang rela membaca hal-hal yang lebih mendasar yang melatar belakangi kasus ini. Banyak dari kita yang hanya berpuas diri membaca suguhan sensasional dari media-media onlne saja. Sebuah fenomena yang sangat menarik untuk disimak.

Sebagai bentuk tanggung jawab saya yang secara formal mempelajari bidang batas maritim, saya telah membuat satu tulisan ilmiah populer. Tulisan ini tentu tidak akan bisa membahas semua aspek terkait kasus ini, tidak juga dia memberikan solusi dengan sekali menjentikkan jari. Tulisan ini mengajak pembaca lebih jauh ke awal mula persoalan, untuk memahami bagaimana negara-negara di dunia berbagi laut dengan tetangganya. Jika kita memang hendak membela kedaulatan bangsa kita di laut, ada pertanyaan sederhana yang harus mampu kita jawab dengan benar: sampai di mana batas laut yang merupakan kewenangan Indonesia. Selamat merenung sambil menyimak tulisan saya di sini atau di sini.

Advertisement

Author: Andi Arsana

I am a lecturer and a full-time student of the universe

17 thoughts on “Berbagi laut dengan Tetangga”

  1. masyarakat malaysia dan indonesia perlu lebih rasional dalam isu yang bersangkut paut dengan pembatasan maritim. Kasus penahan 3 pegawai KKP dan 7 nelayan Malaysia di perairan sempadan sudah tentu menjadi fokus apatah lagi banyak kasus seumpama ini berlaku. Berdasarkan koordinat dalam Antara News apakah ianya pasti dalam perairan Indonesia atau Malaysia. Kerna ada berita mengatakan bahawa pembebasan 7 nelayan bukan ‘barter’ tetepi kurang bukti mensabitkan mereka menangkap ikan dalam perairan Indonesia

  2. pak made, membaca artikel bapak saya memiliki pertanyaan.
    apakah artinya selat tersebut merupakan daerah tak bertuan?

    1. Daerah tak bertuan umumnya digunakan untuk wilayah daratan. Laut diantara Ina dan Malaysia sudah jelas merupakan kewenangan Ina dan Malaysia, hanya saja batas kewenangan keduanya belum jelas.

  3. Mas Andy,

    terima kasih atas pencerahannya. Artikelnya menambah pengetahuan kita tentang batas wilayah dan kedaulatan sebuah negara.
    Kita tentu berharap kejadian ini menjadi momentum bagi Pemerintah untuk berupaya sungguh-sungguh menyelesaikan hal yang berkaitan dengan batas negara kita, sehingga kejadian kurang mengenakkan dengan Malaysia maupun dengan negara tetangga lain tidak terjadi lagi.
    Hanya saja, sebagai rakyat biasa, saya menangkap kesan setiap kali kita mengalami masalah dengan negara tetangga seperti Malaysia, negara kita sepertinya pada posisi yang lebih lemah. Kejadian, misalnya, soal klaim produk budaya, atau krisis sipadan ligitan. Kenapa ya. Apa kesan itu sesuai dengan kenyataan, atau karena pemberitaan media yang membentuknya?

    Salam dari Makassar
    Ahmad K

    1. Sdr. Ahmad K,

      Terima kasih telah membaca dan memberi komentar positif.
      Pandangan Anda mungkin benar… saya juga tidak tahu persis. Yang pasti, saya juga tahu bahwa tidak sedikit hal baik yg berhasil dilakukan pemerintah kita tidak menjadi berita di media massa. Mengenai pandangan bahwa pemerintah masih banyak sekali kelemahannya, saya tidak bantah.

      Satu hal menarik yang sama amati, para pembuat berita yang gemar mengeksploitasi keburukan dan pembaca yang apriori dengan kebenaran dan asumsinya adalah paduan yang tepat untuk menciptakan kekalutan.

  4. terima kasih untuk ilmunya.. rasanya perlu di share ke banyak orang agar masyarakat lebih mengerti dan tidak mudah terpancing emosi..

  5. Hmm pertanyaannya kenapa petugas KKP ditangkap Malaysia? Apakah mereka(petugas KKP) melakukan tindak kriminal/atau karena tidak ada surat tugas?

  6. Mereka sama-sama petugas, tapi yang di tangkap petugas KKP (bukan kebalikannya).. ini yang bikin saya sebagai orang Indonesia sedih. Ini menunjukkan Malaysia memang lebih kuat dari Indonesia, kalau dua-duanya sama kuat, tidak mungkin ada penangkapan Petugas Negara. ….jangan-jangan petugas KKP memang tidak dilengkapi Surat Tugas/Sejenisnya… atau jangan-jangan Aparat KKP memang tidak dilengkapi dengan Radio Komunikasi-> Kalau ini masalahnya, memang Tamparan buat Indonesia… Tapi kalau tidak, Malaysia memang tidak menghormati Aparat Indonesia.

  7. masyarakat dan penduduk indonesia mempunyai rasa dan sikap toleransi, saling menghargai dan sopan santun selama hati nya tidak pernah disakiti atau dilukai. dalam hal ini sudah beberapa kali malaysia atau malingsia melukai hati warga masyarakat indonesia, dari mulai klaim atas kebudayaan asli indonesia yang dikata milik malingsia, kemudian perlakuan kasar atau penganiyayaan terhadap wasit dari indonesia yang dilakukan oleh police diraja malingsia secara tidak kemanusiaan, hal lain adalah perlakuan diskriminasi terhadap para pekerja indonesia dan masing banyak hal lainnya yang membuat hati masyarakat Republik Indonesia merasa disakiti oleh warga dan pemerintah atau kerajaan malingsia

  8. pak made trima kasih atas penjelasannya,semoga dengan apa yg telah bapak sampaikan dapat membuka mata kita sehingga kita sebagai bagsa dapat lebih cerdas dan dewasa,tidak selalu grasak-grusuk dalam menyikapi isu2 yang ada yang hanya dipakai untuk kepentingan sepihak saja dalam hal ini media yang saya rasa sudah terlalu kebablasan dan tidak berimbang dalam menyampaikan informasi.

Bagaimana menurut Anda? What do you think?

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: