Tips Beasiswa: Tes IELTS dan Wawancara ADS


http://www.businesspundit.com/

Saya masih berstatus sebagai karyawan sebuah perusahaan swasta di Jakarta ketika saya mendapat panggilan dari AusAID perihal wawancara Australian Development Scholarship (ADS) di bulan November 2002 silam. Dalam panggilan itu, ada sepucuk surat dengan berbagai lampiran jadwal ujian wawancara dan ujian IELTS serta satu buku panduan yang cukup tebal. Saya masih ingat, warnanya merah bata. Bagi banyak orang di Indonesia, surat ini adalah berkah luar biasa, telah ditunggu berbulan-bulan dalam ketegangan. Ada teman yang berkelakar beberapa tahun setelahnya bahwa jika mendapat surat dengan amplop besar dari AusAID artinya lolos wawancara. Jika amplopnya kecil, artinya hanya berisi surat permohonan maaf alias penolakan. November 2002, saya memang mendapat amplop besar dan tebal.

Januari 2003, saya mulai bekerja secara resmi di Teknik Geodesi UGM dengan mengantongi sebuah undangan ujian ADS. Saya memang mengurus lamaran ADS ketika masih kerja di Astra Jakarta, meskipun di saat yang sama saya sudah diterima sebagai dosen di Teknik Geodesi UGM. Setelah menerima surat itu saya tahu jadwal wawancaranya adalah akhir Januari 2003 dengan dua kompoen ujian utama yaitu wawancara dan ujian Bahasa Inggris IELTS. Karena suatu alasan saya tidak sempat membaca buku panduan dengan seksama. Akibatnya, saya tidak tahu persis tatacara ujian IELTS yang memang belum pernah saya ikuti. Dugaan saya ketika itu, model tesnya tidak jauh berbeda dengan TOEFL. Singat kata waktu ujianpun tiba.

Pagi sebelum jadwal ujian dimulai, saya telah ada di Balairung UGM di Jogja tempat tes berlangsung hari itu. Saya mengenakan kemeja lengan panjang, celana hitam dan sepatu kulit. Saya masih ingat, warna kemejanya biru kotak-kotak kecil. Sepatu saya semir mengkilat walaupun tidak bisa glamor karena sepatunya memang bukan kelas mahal. Singkatnya, saya tampil baik karena saya yakin penampilan yang baik dan wajar itu selalu aman dan rendah risiko.
Saya duduk di satu meja kecil, berhadapan dengan seorang peserta lainnya ketika ujian Listening dimulai. Terbiasa dengan TOEFL, sayapun menunggu kalimat penting pertanda tes dimulai “Question number one”. Cukup lama saya tunggu kalimat itu saat terdengar dua orang bercakap-cakap dalam bahasa Inggris logat British, tetapi kalimat ‘kunci’ itu tidak kunjung terdengar. Setelah beberapa lama, percakapan berhenti dan semua orang terdiam, sayapun terdiam, masih menunggu kalimat “Question number one”. Saya mulai resah karena kalimat itu tidak terdengar sementara waktu terus berjalan. Saya merasakan ketegangan di sekeliling saya, semua orang nampak bekerja dengan tekun. Saya bertanya-tanya dalam hati, ‘apa yang mereka kerjakan karena soalnya pun belum dibacakan?’ Saya menjadi sedikit khwatir jangan-jangan saya salah mengerti apa yang terjadi.

Di tengah kegelisahan itu, tiba-tiba terdengar instruksi untuk beranjak pada kelompok soal berikutnya. Saya terkejut bukan kepalang dan baru sadar bahwa saya harus menjawab pertanyaan isian secara mandiri, tanpa perlu mendengar instruksi “Question number one”. Pelajaran moral penting: biasakan membaca buku petunjuk sebelum memulai sebuah ujian. Ternyata IELTS memang berbeda dengan TOEFL, peserta harus segera menjawab pertanyaan ketika dialog berlangsung tanpa ada instruksi khusus dari narator. Kejadian ini membuat saya gugup dan menjawab beberapa pertanyaan pertama dengan ngawur karena dialognya sudah terlewati. Saya hanya menjawab sesuai dengan ingatan seadanya, sementara soal berikut siap menunggu. Meskipun tergagap-gagap dan gugup, saya toh bisa melewati tes tersebut. Jangan tanyakan hasilnya, itu bukan lagi menjadi kendali saya. Namun mengingat ‘kekonyolan’ saya di ujian Listening, rasanya tidak perlu terkejut jika hasilnya tidak menggembirakan. Benar saja, dua minggu kemudian saya ketahui nilai Listening saya kurang dari 6. Syukur nilai total bisa 6,5.

Berbekal dari kejadian itulah, setiap kali diminta memberi tips untuk ujian IELTS, saya selalu menegaskan bahwa ‘adalah sangat penting untuk mengetahui model soal IELTS’. Seorang peserta ujian harus tahu persis (di luar kepala) struktur ujian, jumlah soal, jenis soal, waktu yang disediakan, dan sebagainya. Jangan pernah tes sebelum tahu persis semua ketentuan administratif itu. Setelah itu tahu, kemampuan Bahasa Inggris tentu saja penting untuk mendapatkan nilai yang baik.

Dengan persiapan yang mengenaskan itu, saya menyelesaikan tes lain yaitu Reading, Writing dan Speaking. Reading tidak terlalu istimewa karena tesnya sama saja dengan model tes lain. Yang jelas ada bacaan dan ada pertanyaan terkait bacaan. Tidak ada hal-hal khusus. Bagian Writing cukup istimewa karena itu adalah kali pertama saya diuji menulis Bahasa Inggris. Ujian TOEFL sebelumnya yang saya ikuti tidak berisi tes menulis. Meski demikian, saya hanya menggunakan naluri umum saja saat menyelesaikan dua soal di Part 1 dan Part 2. Belakangan, setelah saya belajar IELTS dari sumber yang benar (buku, guru, internet) saya baru tahu bahwa Part 1 dan Part 2 di soal Writing itu bisa diselesaikan dengan strategi tertentu. Dengan belajar yang benar, segala sesuatu memang terasa lebih mudah dan sistematis.

Agak berbeda dengan teman-teman lain ketika itu, Speaking adalah bagian yang paling tidak saya risaukan. Saya hanya datang saja dan ngobrol dengan pewawancara tanpa merasa sedang dites. Intinya, saya menjawab saja apa adanya sesuai dengan pertanyaan yang disampaikan. Saya juga terbantu karena bule yang menguji Speaking waktu itu tinggal di Bali sehingga ada banyak hal yang membuat percakapan lebih hangat. Yang sedikit terasa sulit tentu saja ketika ditanya pendapat soal isu tertentu. Karena tidak ada beban, saya jawab saja seadanya sesuai keyakinan saya. Intinya saya menganggap itu percapakan biasa saja, bukan sebuah ujian serius. Saya membayangkan sedang ngobrol dengan seseorang yang baru saja saya jumpai. Sayapun tidak bertarget harus bisa menjawab semua pertanyaan dengan sempurna. Mengapa harus sempurna karena itu adalah percapakan biasa saja antara dua orang yang baru kenal? Kira-kira demikian rupanya perasaan saya ketika itu. Meski demikian, saya juga tahu bahwa setiap orang akan bisa menilai secara naluri apakah orang yang diajaknya bicara itu antusias atau tidak, menunjukkan respek atau tidak. Meski tidak harus bisa menjawab semua pertanyaan dengan sempurna, setidaknya saya berusaha dengan sungguh-sungguh memberikan respek atas pertanyaannya dan menjawab dengan segenap kemampuan saya. Jika ada pertanyaan yang tidak bisa saya jawab sempurna, saya hanya meminta maaf saja, tidak bisa mengelaborasi lebih dari itu. Singkat kata, ujian IELTS pun selesai.

Beberapa hari kemudian saya mengikuti ujian lanjutan berupa wawancara. Kali ini wawancara lebih terkait pada persiapan saya bersekolah di Australia, bukan tetang Bahasa Inggris. Saya masih ingat, saya berhadapan dengan dua orang ketika itu. Satu orang adalah Profesor dari University of Canberra dan satu lagi adalah Dr. Kopong dari Universitas Nusa Cendana di Kupang yang merupakan alumni AusAID senior. Seperti halnya ketika menghadapi IELTS, saya tidak melakukan persiapan secara khusus tetapi setidaknya mengumpulkan informasi terkait universitas yang saya tuju yaitu UNSW di Sydney. Saya juga memantapkan kembali pemahaman saya terhadap bidang yang akan saya tekuni saat kuliah nanti yaitu geodesi atau surveying. Terus terang, saya tidak melakukan persiapan khusus karena menduga bahwa pewawancara saya tidak akan tahu banyak soal ilmu saya karena memang tidak populer. Saya cukup yakin bisa menguasai keadaan.

Professor dari Canberra yang banyak bertanya, sementara Dr. Kopong menyimak dengan seksama. Saya merasa sangat rilex ketika itu, meskipun tetap menghadapi wawancara itu dengan serius dan sungguh-sungguh. Ketika ditanya soal riset, saya menyebutkan Sistem Informasi Geografis (SIG) yang terkait pengelolaan peta dan informasi berbasis komputer. Di luar dugaan saya, Profesor dari Canberra itu pernah terlibat suatu proyek yang melibatkan SIG meskipun beliau adalah ilmuwan sosial. Hal ini mempermudah percakapan saya karena tidak perlu susah-sudah menjelaskan konsep dasar SIG. Meski demikian sang professor tetap saja adalah orang awam terkait SIG sehingga saya bisa di atas angin dalam percakapan, terutama ketika berbicara hal-hal detil. Saya sangat menikmati bercakap-cakap dengan orang intelek yang tidak menguasai bidang saya secara rinci. Percakapan bisa sangat produktif.

Hal-hal teknis yang ditanyakan ketika itu adalah seberapa siap saya belajar di Australia dengan lingkungan sosial dan akademik baru. Terkait ini, kebetulan saya sudah bertanya sekilas ke beberapa senior yang pernah sekolah di Australia sehingga saya punya sedikit pengetahuan. Saya sampaikan bahwa saya sudah berusaha mencari informasi dan memaparkan pemahaman saya itu semampu saya. Saya sampaikan bahwa situasi akademik di Australia memang berbeda dan memerlukan kemandirian yang lebih tinggi (seperti yang disampaikan senior saya). Untuk itu saya sudah bersiap dan akan berusaha maksimal. Ketika ditanya soal peran saya di Indonesia, saya hanya mengatakan bahwa saya akan kembali ke UGM dan menjadi pengajar dan peneliti. Saya sampaikan juga pengalaman saya yang pernah bekerja di Unilever dan Astra dan akhirnya memilih UGM karena idealisme tersendiri. Ini saya jadikan suatu bukti kesungguan saya untuk bergelut di dunia pendidikan. Terkait ini saya juga pernah menulis dalam sebuah email kepada seorang kawan:

Saya sarankan untuk menguasai benar-benar topik yang diajukan (proposal riset). Namun begitu, bukan tidak mungkin pewawancara adalah mereka yang tidak mengerti bidang Anda. Maka dari itu, berhasil mengaitkan topik sulit itu dengan isu populer tentu sangat bagus. Gunakan bahasa yang sederhana ketika menjelaskan topik riset. Intinya, kalau kita menguasainya, kita akan lebih mudah menyampaikan satu analogi atau pengandaian yang dimengerti orang awam. Pewawancara kita adalah (umumnya) orang awam dalam bidang riset kita, kecuali hal istimewa terjadi.

Saya juga memperhatikan sopan santun saat wawancara. Maka dari itu, beberapa tahun kemudian, ketika ada kawan yang bertanya pada saya soal tips wawancara, saya menjawab seperti ini:

Saya selalu yakin bahka attitude adalah sesuatu yang common sense. Sopan santun misalnya, meskipun dalam detailnya berbeda di satu kawasan dengan kawasan lainnya, memiliki komponen-komponen yang universal. Saya kira kalau kita memang memiliki sikap ini, tidak sulit untuk menampilkan diri sebagai orang yang simpatik dan menarik.

Saya juga menambahkan:

Duduk yang baik di depan pewawancara, saya yakini adalah yang tegak, punggung tidak nyandar di kursi, sekaligus lengan juga tidak bertumpu di meja. Posisi yang baik adalah tegak, kepalan tangan boleh ada di meja. Menyimak pertanyaan dengan baik dilakukan dengan menatap mata penanya, memainkan air muka dan mengangguk seperlunya menunjukkan pengertian. Saat berbicara pun demikian, tatap mata orang yang mewawancarai, gunakan senyum seperlunya atau berubah serius ketika berbicara hal penting. Gerakan mata dan alis adalah bahasa yang sangat penting untuk menyampaikan pesan secara utuh. Gerakan tangan yang elegan juga membantu.

Belajar dari pengalaman, saya selalu menasihatkan bahwa persiapan lain yang penting adalah membaca website universitas yg kita tuju dan mempelajari kehidupan di Australia secaara umum. Seorang kandidat perlu memahami kehidupan akademik di Australia dan bedanya dengan Indonesia, serta yang terpenting bagaimana kesiapan kita untuk menghadapinya. Seorang kawan lain memiliki pengalaman yang agak berbeda. Kebetulan waktu itu Australia memiliki perdana mentri baru yaitu Kevin Rudd. Dia diajak ngobrol soal perdana mentri baru itu dan pandangannya terkait prospek hubungan Australia-Indonesia di bawah kepemimpinan Kevin Rudd. Pertanyaan begini cukup umum jika kandidat berasal dari bidang sosial. Meski demikian, bukan tidak mungkin pertanyaan serupa ditanyakan kepada seorang surveyor atau insinyur, jika percakapan sebelumnya terkait hal-hal seperti ini. Oleh karena itu, akan selalu lebih baik jika kandidat juga memiliki pengetahuan yang cukup baik terkait hal-hal umum di Indonesia dan Australia, terutama isu-isu yang mempengaruhi kedua negara.

Jika diminta memberikan tips wawancara, satu buku mungkin tidak cukup karena sifatnya sangat relatif dan subyektif. Apa yang bagus berdasarkan pengalaman saya mungkin saya tidak berlaku bagi orang lain. Pertanyaan yang disampaikan kepada satu kandidat sangat mungkin berbeda dengan kandidat lainnya. Pewawancara yang berbeda juga tentu memiliki gaya yang berbeda. Ini juga sangat mempengarui jenis pertanyaan ketika proses seleksi sedang berlangsung.

Informasi yang ada di posting ini akan lebih lengkap jika disandingkan dengan beberapa posting lain yang saya tulis terkait seleksi ALA dan posting khusus seputar Tips Wawancara. Akhirnya, kepada para pejuang, saya ucapkan selamat berjuang. Setelah usaha dikerahkan dengan segenap upaya maka ijinkan doa memeluk mimpi-mimpi itu sehingga menjelma menjadi kenyataan.

Author: Andi Arsana

I am a lecturer and a full-time student of the universe

103 thoughts on “Tips Beasiswa: Tes IELTS dan Wawancara ADS”

  1. Jadi terinspirasi untuk ngikutin jejak mas andi,rencananya selesai s2 di UGM pingin ngelanjutin lagi ke S3.Syukur banget kalo bisa keluar negeri kayak mas andi..

  2. sangat bermanfaat pak artikelnya…

    sebenarnya..

    berbagi deskripsi pengalaman itu yang terpenting, karena pengalaman merupakan kisah nyata… sehingga dapat lebih mengena dari yang mendengar/membacanya.

  3. thanks untuk tips2nya & sudah share di milis beasiswa. salam kenal juga ya Pak. smoga 1 minggu yang tersisa ini bisa saya gunakan maksimal untuk menerapkan beberapa poin dari tips2 Anda 🙂

  4. Thanks banyak atas sharing pengalamannya Bli. Semoga dalam waktu dekat saya juga bisa ikut-ikutan nunut sinau di negeri orang seperti Bli Arsana.

  5. Pak Andi, sharingnya sangat membantu.
    Akan saya jadikan referensi utama dalam perburuan beasiswa ADS =)
    Terus berkarya Pak.

    Salam hangat

  6. makasih tips nya mas andi..
    sgt membantu mengurangi kegugupan saya dlm menghadapi tes nanti (ielts&wawancara) dan smg bisa mengikuti jejak mas andi.. 🙂

  7. Salam kenal Pak Andi,,sungguh blog yang luar biasa karena memuat tips2 yang mudah dipahami..Makin Sukses Pak..Kalo ada skalian minta contoh2 test IELTS nya dong..Suksma.

  8. Thank’s a lot buat infonya, Pak. Kebetulan saya juga melamar ADS tahun ini dan sekarang masih nunggu sambil deg-degan bakalan dapat amplop yang besar dan tebal ato yang kecil dan tipis ^_^

    Kalau boleh tanya, wawancaranya menggunakan bahasa apa, Pak? Inggris ato Indonesia? Karena pewawancaranya kan dari Aussie sama Indo. Mohon dijawab ya, Pak. Terima kasih sekali lagi 🙂

  9. tulisannya sangat bermanfaat, membangun kembali semangat saya yang sempat pudar.

    Semoga saya bisa menyusul Pak Andi 🙂

    Tentunya saya mohon bimbingan, dukungan, dan bantuan Pak Andi, jika berkenan 🙂

  10. Pak Made Maaf saya mau Tanya.. Kalau beasiswa Ads tahap 1 untuk intake 2011 Ini apakah benar sudah pengumuman? Kalau memang demikian Di Mana saya bisa mendapatkan informasinya? Terimakasih Pak…

  11. wah, infonya keren bgt… ADS jadi salah satu beasiswa incaran di kampus saya. wah sangat membantu sekali artikel ini. untuk membangkitkan semangat dan menjadi catatan persiapn juga 🙂

  12. Alhamdulillah, beruntung saya mendapat amplop coklat tebal itu tahun ini
    mudah-mudahan saya bisa sesukses bapak saat wawancara dan tes IELTS nanti…. Terima kasih tipsnya pak Andi…

  13. Pak Andi, saya mahasiswa di bawah bimbingan Pak Aris. Mohon share pengetahuan dan pengalaman tentang lingkungan sosial dan akademik ketika study abroad di Australia pada umumnya, dan mungkin di univ. tempat studi bapak khususnya, terima kasih

  14. terima kasih pak buat tipsnya. sangat informatif. akan saya coba terapkan tipsnya. semoga untuk yg ke-3 kalinya saya apply bisa lolos..

  15. Selamat pagi Mas Andi,
    saya mau tanya, pengumuman ADS itu memang lamaaaaa ya? sedang harap-harap cemas. Katanya pertengahan Desember, tapi sampai sekarang belum ada surat dengan amplop tebal maupun tipis di kotak pos depan rumah saya ini. 😦
    Saya sudah menanyakan lewat email, tapi katanya sedang proses pengiriman lewat pos. Apakah pengumuman lewat pos saja ya?

    1. maaf, walau pak andi yang ditanya,
      saya minta ijin ikut ngasih info aja..
      saya termasik applicant ADS di periode ini, pemberitahuan hasil sudah saya terima pada awal desember. tapi mungkin juga didahulukan karena kebetulan tempat saya bekerja termasuk KA dan kebetulan juga posisi saya bekerja di luar jawa. pemberitahuan saya terima 3 kali, via jasa pengiriman (TIKI-JNE), via email dan dikonfirmasi via telp.
      sukses buat kita semua

    2. Pengumuman bagi yg diterima juga diberikan lewat email. Kalau sampai sekarang belum dapat email, sebaiknya bersiap2 untuk menerima berita yang kurang diinginkan. Selanjutnya adalah bersiap2 untuk aplikasi yang lebih baik tahun depan 🙂

      1. Terima kasih infonya mas. Saya sudah bersiap sejak awal untuk berita yang kurang menyenangkan. Hehe.. Maklum baru pertama mencoba, dan tidak ada informasi dari pendahulu, jadi pasti ada yang perlu diperbaiki.
        Hanya saja email saya ke info@australiaawardsindo.or.id dibalas begini:
        ” Pengumuman sudah disampaikan melalui surat baik yang shortlisted maupun yang tidak shortlisted. Mohon ditunggu dulu suratnya kurang lebih hingga akhir Desember.
        Terimakasih ”

        Apa hanya untuk “ngayem-ayem” (membuat lega) saja ya, Mas? Hehehe…

        Mas Singgih mendaftar untuk Master atau PHd’nya? Congrats ya… :))
        Tinggal interview dan IELTS’nya ya? Good luck. 🙂

  16. Sampai sekarang belum, Mas. Padahal sudah lebih dari tanggal yang dijanjikan. Mungkin setelah office ADS mulai bekerja lagi saya harus menanyakan ulang. Walaupun tidak lolos harusnya mendapat notification juga kan? Oiya, apakah yang tidak lolos itu kemudian mendapatkan feedback supaya bisa tahu kekurangannya?

    Btw, Happy New Year…
    Ternyata post ini sudah satu tahun membantu teman-teman applicants. Terima kasih,

  17. Bli Andi, saya lagi menunggu pengumuman untuk seleksi ADS yang katanya akan diumumkan di bulan February namun hingga saat ini saya belum terima email ataupun surat. Berkaca pada pengumuman saat masuk sebagai shortlisted candidate ada email pemberitahuan baru menyusul surat, apakah pemberitahuan hasil seleksi akhir juga sama ? dalam artian hanya peserta yang lulus yang menerima pemberitahuan awal by email sedangkan yang tidak lulus hanya akan melalui surat ?. Mohon pencerahan.

  18. terimakasih share nya mas, semoga bisa membantu saya. karena cita-cita saya juga ingin melanjutkan S-2 / S-3 keluar negeri. mohon do’a dan dukungan Mas.

  19. Selamat pagi Mr Andi

    Saya Aditya Pradipta baru lulus tahun kemarin 2011….dan tahun ini saya ingin berburu beasiswa ke luar untuk melanjutkan study saya..Salah satu Beasiswa yang ingin saya ambil adalah ADS tapi ada beberapa pertanyaan yang ingin saya sampaikan kepada Mr Andi…Informasi dari Mr Andi yang ada di blog cukup membantu ….
    Pertanyaan Saya yang pertama adalah untuk form pengisian beasiswa ADS untuk research proposal detail….yang saya ingin ambil adalah combination bukan coursework ataupun research….apakah saya harus mengisi atau tidak….saya sudah contact dengan profesor disana dan prof disana mengatakan bahwa saya tidak usah membuat ide penelitian tapi cukup bergabung dengan group penelitian yang ada dengan persetujuan dosen pembimbing….Kalo istri bapak waktu itu mengambil master by coursework apakah untuk form beasiswa yang diajukan oleh istri bapak diisi atau tidak ? di form contoh pengisian ADS Mrs Asti hanya tertera lihat contoh proposal milik Mr Andi…hehehe

    Terimakasih pak untuk sharingnya….
    cukup membantu dan memberikan inspirasi bagi saya…

  20. termotivasi dengan teman guru yg sdh duluan mendapat beasiswa ini, saya jg untuk tahun ini sdh mengirimkan form aplikasi ADS.Membaca pengalaman mas Andi, sy sedikit gugup, krn sy memiliki kekurangan dalam hal pengucapan dalam bhs inggris, yang sy mau tanya, jika sy trpilih untuk wwncara apakah saat wawancara nanti, sy boleh mnggunakn bhs indonesia?

  21. Salam ,
    Terima kasih untuk infonya kakak ,..
    Saya ingin bertanya apakah kami harus pergi ke jogja atau daerah lain untuk mengikuti wawancara dan tes lainnya,??

  22. Salam ,
    Terima kasih untuk infonya kakak ,..
    Saya ingin bertanya apakah kami harus pergi ke jogja atau daerah lain untuk mengikuti wawancara dan tes lainnya,??

    Saya berasal dari kupang , dan bersekolah di universitas nusa cendana fakultas hukum semester 5, dan saya bercita cita ingin melanjutkan kuliah saya di australia,
    Di di fakultas kami tidak ada jurusan tetapi ada bagian , dan bagian yang saya minati adalah hukum internasional dan materi yang mungkin akan saya teliti adalah masalah selat timor yang menjadi masalah antara indonesia , timor leste, australia dan penanaman modal asing di australia ,..
    Saya mohon bantuan dan dan bimbingannya agar saya mampu mengikuti beasiswa ads ,
    Terima kasih kakak ,

  23. Dear mas Andi

    Saya mau nanya, sewaktu mas apply ADS scholarship kan masih kerja di Astra. Apa mas mengisi aplikasiny dengan background pekerjaan di astra atau “calon” pekerjaan sebagai dosen??
    soalnya teman – teman banyak yang bilang kalau kesempatan pekerja swasta untuk mendapatkan scholarship sangat minim bahkan tidak ada. Mohon bantuan mas Andi. sebelumnya saya ucapkan terima kasih

  24. Halo Pak Andi.
    Terima kasih sekali untuk infonya, saya sudah melamar ADS tahun lalu, tapi ga lolos. Saya sudah putus asa waktu itu, sudah ga niat cari beasiswa lagi, tapi pas saya baca novel “edensor” karya Andrea Hirata, saya jadi semangat lagi Pak, makanya pagi2 saya udah browsing internet, cari2 petuah beasiswa, hehe..,
    dan pas ketemu tulisannya Bapak, saya jadi tambah termotivasi.
    Salam Pejuang Pak!

  25. halo pak Andi,
    saya mau tentang seleksi ads 2013-2014, intake University nya bulan berapa pak? trus ujian2 nya sekitar bulan berapa?
    untuk ILETS, apakah saya harus ikut test IELTS lg walaupun saya sudah mempunyai certificate IELTS per january 2013?
    untuk university, apakah kita mendaftar sebelum ikut ADS atau setelah ada pengumumam lulus ADS?
    untuk mendaftar S.3 via ADS, apakah diutamakan dosen atau pendaftar umum juga bisa? (saya PNS di Makassar)

    1. 1. University nya bulan berapa pak? trus ujian2 nya sekitar bulan berapa?
      >Biasanya awal tahun dan tengah tahun. 2x

      2. untuk ILETS, apakah saya harus ikut test IELTS lg walaupun saya sudah mempunyai certificate IELTS per january 2013?
      >Untuk mendaftar gunakan ielts itu, nanti tetap harus ikut tes jika lolos tahap berikutnya.

      3. untuk university, apakah kita mendaftar sebelum ikut ADS atau setelah ada pengumumam lulus ADS?
      >Setelah lulus ADS

      4. untuk mendaftar S.3 via ADS, apakah diutamakan dosen atau pendaftar umum juga bisa? (saya PNS di Makassar)
      Umum bisa, meskipun ada ketentuannya. Silakan lihat di web resmi ya 🙂

  26. halo pak Andi,
    saya mau tanya tentang seleksi ads 2013-2014, intake University nya bulan berapa pak? trus ujian2 nya sekitar bulan berapa?
    untuk ILETS, apakah saya harus ikut test IELTS lg walaupun saya sudah mempunyai certificate IELTS per january 2013?
    untuk university, apakah kita mendaftar sebelum ikut ADS atau setelah ada pengumumam lulus ADS?
    untuk mendaftar S.3 via ADS, apakah diutamakan dosen atau pendaftar umum juga bisa? (saya PNS di Makassar)

  27. Makasih pak andi atas sharing nya. Terkait timing dan system wawancara apakah ada aturannya pak? misalkan waktu nya berapa menit, apakah ada tahapan2 nya misal pemaparan garis besar nya dulu baru tanya jawab atau gimana pak? terima kasih sebelumnya. kebetulan ni mau persiapan interview bulan januari ini. 🙂

  28. pak andi selamat pagi. Dalam pengisian Form Ielts ada kalimat PLEASE RETURN TO, di bagian awal Formnya. pada bagian itu yang diisi adalah alamat saya atau alamat IALF BAli ya? terima kasih banyak

  29. mas andi, kurang lebih 10 hari lagi saya akan mengikuti test wawancara dan IELTS untuk AAS 2014-2015. Selama ini saya melakukan persiapan bersama dengan teman2 lain yang masuk shortlist candidate. Terkadang saya merasa gugup pada saat membayangkan hari test-nya. Adakah tip khusus biar saya tenang dan nyaman sampai hari test, sehingga saya bisa memberikan yang terbaik.

    trm ksh mas, salam kenal.

    1. Mereka yg tenang tidak grogi saat menghadapi tes adalah mereka yang tidak serius … Kalau Anda serius, memang harus gugup. Bersyukurlah karena gugup. Artinya Anda serius. Yang bisa kita lakukan adalah berpura2 gak gugup. Jadi, berpura2 lah …

  30. bli andi..di AAS 2015 ada perbedaan toefl score minimum..pada australian indonesian brochure skor min nya 500..sdgkan di AAS policy handbook hal 19 skor toefl min nya 580.. kok bs beda ya..mohon petunjuknya bli..

  31. mas andi.. apakah beasiswa sponsorship dari LN seperti AAS ini bisa dijadikan sbg tugas belajar jika status pelamar nya pns?trims

  32. Salam kenal pak andi
    Sy arina, berdomisili di sumbawa. Saya telah bbrp kali apply ADS/AAS dan 2 than ini (2017-2018) saya shortlisted. Sayangnya saya masih belum berhasil dinproaes seleksi JST interview. Namun dari hasil thn 2018 ini, saya mendapat feedback yang sangat positif dari interviewer yang disampaikan di email AAS.
    “The applicant is an English lecturer who had applied previously for Australian Awards but was not successful. She was able to provide good feedback on her previous applications. The panel notes she had made a significant effort so address weaknesses from the previous application in both her written application and during the course of the interview. She interviewed very well, and the panel feels she will benefit greatly from the award of an AA scholarship.”

    Jujur saya bingung pak Andi, dgn feedback yang demikian positif saya tidak paham apa alasan saya gagal dlm seleksi. Apakah krn mslh kuota atau apa? Saya bertanya-tanya apa yang salah, apa yang kurang& harus saya perbaiki. Mohin kiranya pak Andi bisa memberi masukan. Terimakasih

Bagaimana menurut Anda? What do you think?