Brest, Prancis, 4 Juni 2o14,
Dingin menyengat meskipun bukan winter. Kota Brest sudah sepi karena malam telah larut. Hanya ada satu dua kendaraan yang melintas di depan hotel. Saya berdiri gelisah, menunggu penjemput yang tak kunjung datang. Saya lirik jam tangan, hampir jam 12 malam. Berdiri sendiri di depan sebuah hotel yang sepi di Kota Brest saat subuh menjelang dan dingin yang menyengat bukan hal yang saya cita citakan. Apa daya, rencana tidak semulus yang saya kira. Penjemput tidak kunjung datang. Roaming HP tidak saya aktifkan, sinyal wifi tidak ada. Lengkap.
Di tengah kekalutan itu saya merasa ada gangguan pada perut. Rupanya hidangan makan malam yang baru saja saya nikmati bersama delegasi Conferensi CARIS 2O14 di Oceanopilis mulai menunjukkan reasinya. Perut kampung, tak selalu mudah menerima hidangan ala barat. Saya tersiksa dan harus menemukan toilet. Tanpa berpikir lama saya buka pintu hotel yang terbuat dari kaca besar. Di dalamnya tidak ada banyak orang karena sudah malam. Bergegas saya mencari toilet di bangunan yang sudah cukup tua itu. Tak lama saya menemukannya dan segera masuk untuk menunaikan segala yang harus ditunaikan.
Gelisah tak kunjung pergi, sepi mencekam dan saya berada sekitar sepuluh ribu kilometer dari tanah air. Sambil berpikir saya diam tak bergerak sedikitpun, terpengaruh oleh suasana gedung yang mencekam dan sepi. Saya mereka reka rencana, memutar otak mencari solusi dalam keterdiaman. Tiba tiba lampu mati. Gelap dan saya masih di ruangan kecil itu. Terjebak. Bersambung di Buku Anak Dusun Keliling Dunia 2.O…
Wah ceritanya bersambung ya pak hihi
Saya tunggu buku anak dusun keliling dunia jilid 2nya pak,kebetulan sy sudah pnya yang pertama,terus berkarya pak 🙂
Bapak pintar membuat orang-orang penasaran. 😀
baiklah,,pak andi sukses bkin pnasaran
Jadi pengen beli buku pak Andi, besok saya mampir ke Gramedia, beli yang no. 1 dulu, yang nomer 2 belum terbit kan…