Suatu malam kami buka puasa bersama di Restoran Sederhana di Jalan Kaliurang, Jogja. Selepas makan, saya menuju parkir untuk segera pulang. Di depan restoran, ada seorang peminta minta yang mengenaskan wajah dan tubuhnya. Sambil berlalu, saya memberikan satu satunya lembar dua ribuan yang ada di dompet. Selepas itu saya beranjak ke dalam mobil. Begitu mulai bergerak, tukang parkir dengan sigap melaksanakan tugasnya. Teriakan khas “terus terus terus” terdengar nyaring.
Teringat sesuatu, saya segera berhenti dan memeriksa dompet. Benar saja, tidak ada dua ribuan yang tersisa. Saya panggil Mas Tukang Parkir dan berkata “Mas, maaf saya tidak ada recehan. Ada kembalian untuk lima puluh ribuan nggak”. Saya lakukan itu agar terjadi pemahaman dan transaksi di awal sebelum dia selesai melakukan tugasnya. Di luar dugaan, lelaki muda itu pergi begitu saja tanpa menjawab dan diapun tidak meneruskan apa yang sudah dimulainya dengan baik. Dia lenyap, di sela mobil mobil yang banyak itu. Dia menetapkan sebuah pilihan yang mungkin dia yakini benar. Itu adalah sikap hidupnya dalam bekerja. Jika harus jadi tukang parkir, semoga saya tidak memilih hal yang sama.
Yang sabar ya mas andi, saya jga pernah mengalami peristiwa sperti itu… 😦
jadi dia memulai dengan baik, tapi mengakhirinya dengan nggak baik ya? wah sayang sekali 🙂