
Pukul 5.42 pagi, telepon saya bergetar tanpa suara. Agak lama getaran itu bercampur mimpi dini hari dan membuat saya tidak segera beranjak sampai akhirnya benar-benar tersadar. “Halo, selamat pagi”, kata saya menjawab telepon setelah setengah sadar memperhatikan nomor Jakarta tertera di layarnya. “Halo, Andi ya?” tanya suara di seberang. Ketika saya iyakan, dia mengatakan “ini Adhit, Ndi!” Saya masih setengah sadar, nyawa belum terkumpul semua. “Adhit…?” saya menyebut nama itu ragu. “Adhit yang dulu di Belanda, Ndi” “Oh, Adhit, apa kabar Dhit?” Saya baru tersedar, di Achmad Adhitya kawan saya.
Percakapan pagi buta itu berhasil mengubah ritme hidup saya di minggu pagi menjadi begitu cepat. Intinya Adhit meminta saya menggantikan dia berbicara di suatu acara di UGM. Adhit juga menjelaskan dengan detail acaranya dan saya tidak bisa mengambil keputusan dengan cepat. Intinya Adhit harus bicara soal energi dan tidak bisa datang karena sakit. “Aku nggak tahu lagi harus kontak siapa. Aku tahu Andi di Jogja jadi aku langsung kontak aja. Gimana? Bisa nggak?” tanyanya. Sejujurnya ini tawaran yang ‘agak ngawur’ tapi saya bisa merasakan betapa inginnya Adhit untuk tidak mengecewakan panitia. Selain itu, dia menaruh kepercayaan pada saya. Ini yang saya pandang positif.
Atas informasi dari Adhit saya mendapat kontak panitia di UGM yang segera saya SMS pada pukul 5.51. Saya ditelpon oleh panitia pukul 5.56. Sebuah proses komunikasi yang sangat cepat dan intensif. Dari Herni, nama panitia itu, saya mengetahui, acaranya adalah Gebyar Inovasi Pemuda Indonesia (GIPI) yang ke-2, diselenggarakan oleh Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia (MITI) bekerjasama dengan MIPA UGM. Acara khusus hari itu adalah Indonesian Intellectual Summit untuk mempertemukan MITI, Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) se-Dunia, Ikatan Alumni Program Habibie (IABIE) dan Diaspora Indonesia. Karena harus mewakili Adhit, saya datang atas nama Diaspora yaitu para perantau Indonesia di luar negeri. Keterlibatan saya yang cukup intens di kalangan masyarakat Indonesia selama di Australia adalah modal saya. Singkat kata saya teryakinkan oleh panitia dan saya mengiyakan. Sifat yang menyukai tantangan seperti ini sering merepotkan dan hari ini benar-benar memang merepotkan. Namun saya menikmatinya.
Saya bukan pakar energi tetapi saya telah belajar banyak hal seputar batas maritim terutama dari aspek geospasial dan legal. Saya bertekad akan memaparkan nilai strategis batas maritim bagi energi kelautan dengan mengambil kasus Ambalat dan Laut Timor. Rasanya itu sudah cukup dekat dengan tema yang diminta panita dan cukup aman karena saya kaitkan erat dengan yang saya pelajari.
Pembicaraan dengan Herni selesai jam 6.02 dan saya mulai bekerja. Saya sudah harus ada di Grha Sabha Pramana UGM jam 8.00 pagi. Praktis waktu saya untuk menyiapkan presentasi hanya satu jam. Membayangkan akan berbicara di GSP dengan hadirin yang pasti tidak sedikit dan bersama orang-orang top di Indonesia, tentu saja saya grogi. Acaranya cukup ‘serem’ karena melibatkan Dewan Energi Nasional dan mendatangkan Dr. Warsito yang ternama itu. Beliau adalah ilmuwan terkemuka penemu alat penyembuh kanker (atau sejenisnya itu). Saya bertemu dengan Pak Warsito di Belanda September lalu. Singkat kata, tidak bisa sekedar-sekedarnya saja. Waktu yang hanya sejam itupun saya manfaatkan. Di saat-saat genting seperti itulah saya teryakinkan bahwa memiliki pasangan hidup yang penuh dukungan itu adalah segalanya. Asti segera mempersilakan saya untuk menyiapkan segala sesuatunya dan membebaskan saya dari tugas bersih-bersih rumah untuk persiapan arisan sore harinya. Ya, demikianlah đŸ™‚
Apalagi kalau bukan animasi?! Saya menyusun presentasi dengan total 21 slides. Tidak ada yang baru sebenarnya tetapi saya susun ulang dan rangkai kembali sehingga bercerita soal energy security dan kaitan batas maritim dengan pengelolaan energi kelautan. Saya senang telah menghabiskan banyak waktu membuat banyak slides yang cukup bagus dan serius sehingga di saat-saat genting seperti ini tinggal diambil dan ditata ulang sehingga munculah sebuah cerita yang seakan-akan baru. Dalam waktu kurang dari sejam presentasi itu sudah selesai dan saya sempat melatihnya secara singkat.
Saat akan berangkat, saya lihat semua orang sibuk. Asti sibuk menata ruang tengah untuk arisan dan Lita sedang ngepel lantai di luar. Sebuah pemandangan yang cukup jarang terjadi. Lita yang rajin membantu itu adalah energi bagi saya untuk berangkat dan melakukan yang terbaik. Ketika memanaskan mobil saya punya satu ide. Saya minta izin pada Lita untuk mengambil gambarnya saat ngepel. Saya yakin akan ada gunanya tetapi saya belum tahu. Saya melesat ke GSP UGM.
Ghra Sabha Pramana, 9 Maret 2014
Saya takzim menyimak pemaparan Dr. Tumiran, anggota Dewan Energi Nasional yang memberikan pidato inspiratif dan menggugah soal energi tanah air. Pidato yang baik itu disusul oleh Dr. Sohibul Iman, Wakil Ketua DPR, yang tak kalah menariknya. Keduanya adalah aktivitis dengan latar belakang akademisi yang kuat. Pidato mereka mencerahkan dan membakar semangat dengan cara yang cerdas.
Saat yang ditunggu tiba. Saya dan tiga pembicara lain diundang ke panggung. Di depan saya terhampar ratusan atau mungkin hingga 1000an mahasiswa. Ini bukan pengalaman sehari-hari tentunya. Moderator mempersilakan saya berbicara pertama. Grogi jelas ada tapi saya sudah terlalu sering menasihati orang soal grogi ini. Saatnya untuk mempraktikkan sendiri. “Mulailah dengan menceritakan kegelisahan Anda” demikian saya mengingat nasihat Larry King yang terkemuka soal public speaking. Saya berdiri mengambil tempat yang nyaman dan mulai bicara. Saya mulai dari tragedi pagi-pagi buta ditelepon Adhit hingga akhirnya ada di sana. Kisah singkat yang personal itu mampu membuat hadirin santai dan saya jadi merasa terhubung dengan mereka. Ini sangat membantu hubungan profesional.
“Ini anak saya sedang ngepel lantai” demikian saya berucap dan hadirin tertawa. Saya ceritakan bahwa anak saya harus bekerja keras ngepel lantai karena ayahnya dipanggil panitia untuk bicara soal energi di hari Minggu. Hadirin tergelak dan memahami apa yang saya maksudkan. Betul tebakan saya, foto Lita yang saya ambil tadi memang ada manfaatnya. Ini trik saya untuk memberi sentuhan personal pada presentasi. It almost always works!
Sesaat kemudian berkelebatlah tayangan-tayangan animasi yang menjadi latar cerita saya soal energi security, batas maritim, kedaulatan, hak berdaulat dan sebagainya. Di sela-sela informasi serius itu ada gelak tawa karena saya berhasil menyisipkan guyon-guyon yang sudah disiapkan sedemikian rupa. And the rest is history.
Kadang kesempatan itu memang datang tak terduga dan dia selalu datang bersama risiko. Waktu kita untuk mengambil keputusan kadang dalam hitungan menit saja. Ujian sesungguhnya ada pada keberanian mengambil risiko dan kenekatan memprediksi suatu hasil dari data yang sangat terbatas jumlahnya. Informasi saya tentang acara di GSP begitu terbatas tetapi saya diyakinkan oleh satu fakta bahwa mereka mengundang Adhit, kawan saya, yang saya tahu kiprahnya dengan baik. Artinya, acara itu pastilah berkelas dan penting sehingga saya bisa belajar banyak jika menyanggupinya. Hingga saat kisah ini saya tulis, saya tidak menyesalinya. Saya tidak tahu persis manfaat yang diperoleh peserta dari persentasi saya tetapi saya merasa lega menerima banyak mention di Twitter yang salah satunya berbunyi “[…] Presentasinya kemarin keren pak… Otak kanan dan otak kiri…”
@madeandi hehehe… ternyata pak Andi sangat ramah.. Presentasinya kemarin keren pak… Otak kanan dan otak kiri…
— Tri L. Wahyu (@ayutri_wahyu) March 10, 2014
Kalau yang ini dikemas secara Hiratanian seperti postingan yang tempo hari, tentu akan sangat menarik Mas.
Thans Mas Subhan đŸ™‚
srg baca tulisan2 di blog smpe buku2ny, dan kmren diksh ksempatn mlihat lgsg sosok pak andi. pdhl sbnrny agk aras2an jg brkt di GIPI hri kedua, tp jd smangdd lg bgtu tw pak andi yg akn mjdi slh satu pmbicarany. congratz ya pak! đŸ™‚
Sayang gak sempat ngobrol ya đŸ™‚
next time smga bs ktmu lg pak đŸ˜€
Saya hanya ingin mengucapkan terimakasih kepada bapak yang postingannya selalu berkesan dan menyulutkan energi postif dalam diri saya dan jujur itu membuat saya tertarik untuk ke UGM. Terimakasih ya pak Semangat untuk terus berbagi đŸ™‚ .
Terima kasih ya. Sampai jumpa di UGM
aduh pak…pengalaman mendadakx bnar2 menginspirasi sekali.sy jga sering diminta bntuan mendadak oleh tman krja ataupn org lain yg tau kmampuan sy,.dan sy terima tp kbykan menolak bkan krn tdk bs tp krn gugup dan tdk mau ambl resiko.
tp pgalaman pak membuat sy brubh pkiran.lain kali sy harus bisa,hehe.thanks a lot:-)
dan salam kenal pak:-) đŸ™‚
Semangat! đŸ™‚ Kita tidak tahu kita bisa atau tidak sebelum dilakukan.
aduh pak…pengalamanx bnar2 menginspirasi sekali.sy jga sering diminta bntuan super dadakan oleh tman krja ataupn org lain yg tau kmampuan sy,.dan sy terima tp kbykan menolak bkan krn tdk bs tp krn gugup dan tdk mau ambl resiko.
tp pgalaman pak membuat sy brubh pkiran.lain kali sy harus bisa,hehe.thanks a lot:-)
dan salam kenal pak:-) đŸ™‚
Salam kenal Vianey
meskipun udah denger cerita ini lngsg dari Pak Andi pas kuliah, tp maish tetep pngen baca…makasih pak andi..udah menjadi dosen yang sangat menginspirasi saya
Terima kasih telah menjadi mahasiswa yang tidak sungkan menyampaikan apresiasi đŸ™‚