Namanya Timbul Hari, setidaknya begitu saya dengar dalam percakapan singkat yang dilakukan sambil lalu. Saya bertemu Mas Timbul saat berkunjung ke Kebun Binatang Gembira Loka di Jogja bersama Lita. Mas Timbul adalah pawang onta yang ditunggangi pengunjung dalam suatu atraksi. Saya dan Lita tidak ketinggalan menunggang seekor onta dalam satu putaran yang tidak lebih dari 5 menit.
Sejak sebelum naik onta, saya sudah memperhatikan Mas Timbul dari kejauhan. Berbaju kaos lengan panjang dan celana pendek serta sepatu boot, dia dengan sabar menuntun onta yang ditunggangi satu atau dua orang pengunjung. Tak satupun kata keluar dari mulutnya dan memang tak satu orangpun mengajaknya bicara. Dari gelagat mereka, sepertinya pengunjung dan penunggang onta itu bahkan tidak menyadari kehadiran Mas Timbul. Perannya memang seakan tidak penting, tidak berinteraksi langsung dengan pengunjung, berbeda dengan petugas lain yang menjual tiket atau membantu penunggang menaiki onta. Setidaknya petugas yang demikian sempat berdialog singkat atau sekedar tersenyum kepada pengunjung. Mas Timbul tidak demikian. Dia tidak ada, kehadirannya tidak diperhatikan. Dia terlupakan.
Mas Timbul sepertinya tidak mengeluh. Dia berjalan bersama onta dengan tetap setia memegang tali kekang dalam setiap putaran. Tanpa bicara, tanpa mengeluh. Dia juga menghentikan onta dengan cekatan setiap kali penunggang menginginkan untuk sekedar difoto oleh sanak keluarga yang menonton di pinggir areana. Penunggang onta asik menikmati semua itu tetapi tidak satupun sepertinya memberi perhatian kepada Mas Timbul yang harus menjamin onta berhenti atau berjalan dengan tetap menjaga kenyamanan penunggangnya.
Mas Timbul pastilah tidak menderita penyakin narsis yang hanya bisa hidup jika diperhatikan orang di sekitarnya. Entah terpaksa entah tidak, dia memainkan satu peran yang tak terlihat, tidak mendapat perhatian dan bahkan orang-orang sekitaranya tidak merasakan kehadirannya.
Ketika saya menunggang onta bersama Lita, saya sempatkan bertanya. Ketika saya bertanya sejak kapan bekerja di sana, Mas Timbul nampak agak terperangah karena rupanya tidak ada yang bertanya padanya saat bertugas seperti itu. Meski terkejut, nampak Mas Timbul senang. Kami bercakap-cakap di sepanjang putaran. Mas Timbul tinggal dekat kebun binatang, kuliahnya tidak selesai karena satu alasan. Saya tidak akan pura-pura menjadi orang baik dan tentu tidak bisa menyelsaikan persoalannya. Setidaknya obrolan itu membuatnya sedikit merasa ‘dilibatkan’ dalam kesenangan yang kami rasakan. Di luar itu, semestinya saya bisa menjadi seperti Mas Timbul: tenang dan sabar, meski harus memainkan peran tidak terlihat, yang kehadirannya bahkan tidak disadari orang lain. Dalam sebuah bangunan, toh kenyataannya tidak semua bagian akan terlihat berupa keindahan. Ada bagian yang terbenam, tenggelam tak terlihat, tetapi turut menjaga keutuhan. Di sekitar kita ada banyak Mas Timbul dan kita mungkin sering lupa kehadiran mereka.
alasan saya menjadi penggemar Pak Made Andi karena Bapak bisa membuat hal yang biasa menjadi sangat luar biasa,
keren sekali tulisannya pak, Mas Timbul pun bisa menjadi inspirasi untuk menulis,
sekali sekali kunjungi juga blog saya Pak di http://madesapta.blogspot.com/
terimakasih
Made Sapta,
Suksma atas pujiannya 🙂 Apapun bisa menjadi inspirasi. Penemuan bukanlah soal melihat hal baru tetapi memiliki ‘mata’ yang baru 🙂
Ok saya baca blognya.
salam,..Saya seorang pns. banyak tokoh inpirasi yang saya kenal , meraka berhasil menginpirasi kaum muda, hingga termotivasi, berpikir krestif dan berusaha, dan bapak adalah salah satu nya. sehingga saya terinpirasi untuk terus berusaha, dan mencoba, trims……
I am glad. Terima kasih ya Andi.
syalom pak andi Arsana,,.aqu ini anak PAPUA bisa ka Bapa beasiswakan saya,soalnya saya pengen sekali kuliah di australi jd,,pak TRMKASH
Assalamu’alaikum pak Andi arsana
Dengan hormat, bersama ini saya mahasiswa Universitas kanjuruhan malang
Nama : A.Amos kobak
NIM :120402010035
Fakultas : Bahasa dan sastara inggris
Semester : 6
dan Saya ini pengen sekali kuliah S2 di Australia,,,tetapi gimana apakah bapa bisa beasiswakan saya…soalnya SAYA Anak PAling TIMUR YAITU PAPUA…JADI GIMANA BAPA SOALNYA SUDARA/I SAYA SANGAT BANYAK YANG BELUM TAHU JD,MELALUI SAYA MEREKA BISA TAHU JADI,BAPA,,,,TRMKSH
Semua info ada di blog ini.