Timbul Hari

photoNamanya Timbul Hari, setidaknya begitu saya dengar dalam percakapan singkat yang dilakukan sambil lalu. Saya bertemu Mas Timbul saat berkunjung ke Kebun Binatang Gembira Loka di Jogja bersama Lita. Mas Timbul adalah pawang onta yang ditunggangi pengunjung dalam suatu atraksi. Saya dan Lita tidak ketinggalan menunggang seekor onta dalam satu putaran yang tidak lebih dari 5 menit.

Sejak sebelum naik onta, saya sudah memperhatikan Mas Timbul dari kejauhan. Berbaju kaos lengan panjang dan celana pendek serta sepatu boot, dia dengan sabar menuntun onta yang ditunggangi satu atau dua orang pengunjung. Tak satupun kata keluar dari mulutnya dan memang tak satu orangpun mengajaknya bicara. Dari gelagat mereka, sepertinya pengunjung dan penunggang onta itu bahkan tidak menyadari kehadiran Mas Timbul. Perannya memang seakan tidak penting, tidak berinteraksi langsung dengan pengunjung, berbeda dengan petugas lain yang menjual tiket atau membantu penunggang menaiki onta. Setidaknya petugas yang demikian sempat berdialog singkat atau sekedar tersenyum kepada pengunjung. Mas Timbul tidak demikian. Dia tidak ada, kehadirannya tidak diperhatikan. Dia terlupakan.

Continue reading “Timbul Hari”

Advertisement
%d bloggers like this: