
Saya sedang berada di Kota Melbourne suatu sore untuk bertemu seorang kolega di sebuah gedung di Melbourne University. Sesaat setelah turun dari tram, saya mulai mereka-reka. Kebetulan tidak membawa peta dan iPhone tidak berfungsi dengan baik. Saya tidak bisa menemukan gedung yang dimaksud dengan cepat. Sementara itu saya melihat puluhan mahasiswa berlalu lalang di sekitar saya.
“Excuse me” saya mengentikan seorang mahasiswi yang nampak bergegas. Diapun berhenti dan saya bertanya. Rupanya mahasiswi ini tidak yakin dengan posisi gedung yang saya maksud, dia diam sejenak memandang langit tanda berpikir keras. Dia tidak beranjak lalu perlahan mengatakan “I think, the building is…” Dia berusaha mengingat dan menebak. Lama-lama lebih yakin suaranya dan dia mulai menunjuk sebuah gedung yang tidak jauh dari sana. Dalam hati saya sebenarnya tidak yakin. Mengapa dia tidak mengatakan “Sorry, I don’t know” saja ketika saya tanya tadi, pikir saya.
Gadis itu bergegas pergi ke arah berlawanan dan sayapun beranjak menuju gedung yang ditunjukkannya. Meski tidak yakin, petunjuk itu adalah satu-satunya modal saya. Kalaupun salah, toh bisa cari lagi setelah itu. Saya menghargai kebaikannya. Begitu saya bergegas agak cepat, terdengar langkah memburu dari belakang saya. Rupanya ada orang yang sedang terburu. Tanpa menoleh, saya menyingkir memberinya jalan. Tepat di samping saya langkah itu berhenti dan terdengar nafas sedikit tersengal.
Ketika saya lihat, ternyata dia adalah gadis yang menolong saya tadi. Belum sempat saya bertanya dia sudah nyerocos “I am really sorry, what I told you was wrong. Silly me, I should have known this. The building is …” Ternyata dia kembali untuk meralat petunjuknya. Dia baru tersadar bahwa dia hafal benar dengan gedung yang saya maksud. Masalahnya, dia mengenal dengan nama yang agak berbeda. Saya tidak sempat berbicara banyak kecuali berterima kasih, dia sudah melesat pergi karena mengejar tram yang sebentar lagi tiba di halte. Saya melihatnya menghilang di balik kerumunan para penumpang sore itu.
Kita memang tidak tahu semua hal tapi kita punya pilihan ketika ada orang yang bertanya dan minta bantuan. Kita bisa bilang “saya tidak tahu” atau “saya akan cari tahu”. Yang saya paham, memang ada orang seperti gadis itu. Hidupnya tidak tenang jika tidak berhasil membantu orang lain.
Wah ini keren banget. Inspiratif! 🙂
Ya.. benar Pak. Ada orang yang benar2 berusaha membantu kita dengan tulus. Saya percaya itu. 🙂
Betul mas, saya nggak nyangka si cewek balik lagi… kalo kita mungkin… hmmm.. bye -bye…. jelas sekali, itulah karakternya….
saya pernah beberapa kali terbantukan dengan orang seperti ini, yang akhirnya membuat saya pun mencoba untuk bisa menirunya. Terkesan kecil tapi ternyata bisa membahagiakan saat melihat senyum yang kita bantu, sama halnya senyum terimakasih saat dibantu orang seperti ini 🙂
inspiratif banget pak tulisannya. Tulisan bapak yang lain juga begitu, beberapa sarat informasi. penasaran pengen ketemu bapak, heu
sumpah!blognya keren banget..jujur saya sangat terinspirasi dengan pengalaman pak andi. terserah mau percaya atau tidak selama 2 minggu ini saya baca semua apa yg sdh ditulis pak andi. bahkan saya ingin mengajukan beasiswa S3 saya. trnyata semua info tentang beasiswa tersebut sdh deadline! alias sdh lewat batas waktu..hiks… sedih bngt. tp saya ttp optimis msh ada kesempatan utk itu. moga pak andi membaca koment saya ini dan memberikan info tntang tawaran beasiswa S3 lain baik di ausie, malay n singapur. kalo ada tolong beri info segera ya pak andi… trims.saya ingin thn 2013 sdh mulai kuliah S3 diluarnegeri saya jg ingin gelar Ph.D seperti pak andi juga.salam sukses slalu utk kita semua. amin…
Terima kasih Mas Ade 🙂
Ada satu hal kecil yag saya pelajari selama perjuangan meraih PhD yaitu kesabaran. Bahwa sesuatu itu akan indah pada masanya. Jika sabar dan bersinergi dengan irama alam, Mas Ade akan raih beasiswa suatu saat nanti. Stay tuned, kesempatan akan segera datang.