
Tahun 1969 adalah legenda karena kala itulah untuk pertama kalinya makhluk bumi bernama manusia menjejakkan kakinya di Bulan. Sesaat setelah menyentuh Bulan, Neil Armstrong, astronot Amerika itu mengumandangkan sebuah kalimat “[t]hat’s one small step for man, one giant leap for mankind”. Bahwa jejaknya di permukaan bulan mungkin penanda sebuah langkah kecil manusia biasa tetapi itu sesungguhnya adalah lompatan raksana bagi sebuah peradaban. Hari ini, Neil Armstrong berpulang pada usia 82. Dunia berduka dan kehilangan.
Orang seperti Neil Armstrong tidak akan pernah kehilangan tempat dalam catatan sejarah peradaban manusia karena dia menjadi yang pertama. Ada banyak rekor yang bisa diciptakan manusia: menjadi yang terbaik, tertinggi, tercepat, terlama dan seterusnya tapi ada satu rekor yang tidak mungkin dipecahkan oleh siapapun: menjadi yang pertama. Neil Armstrong bersama Edwin Aldrin telah membukukan sebuah rekor yang tidak mungkin dipecahkan siapapun. Seperti yang ditegaskan astronome Inggris, Sir Patrick Moore, “As the first man on the moon, he broke all records. He was a man who had all the courage in the world.” Saya masih ingat para bijak mengatakan “kita tidak pernah ditanya dan bertanya, siapakah orang nomor dua yang menginjakkan kaki di Bulan?” Bukan karena menjadi nomor dua itu tidak baik tetapi karena menjadi yang pertama itu akan selalau menjadi fenomena. Ini semestinya menginspirasi kita untuk tidak ragu menjadi seorang pemula dan pendobrak.
Neil Armstrong kecil naik pesawat pertama kali saat usia enam tahun tanggal 20 Juli 1936 dan tepat 33 tahun kemudian menginjakkan kakinya di Bulan. Si Neil kecil mungkin tidak membayangkan apa yang terjadi tiga dekade kemudian karena bergemuruh dadanya saat mengendari burung besi pertama kali. Berbahagialah mereka yang sempat mencatat titik-titik kecil dalam hidupnya karena bukan tidak mungkin ada garis yang ketika ditarik dari masa depan akan membentuk pola yang mengagumkan. Meminjam istilah Steve Jobs: “connecting the dots”. Bahwa hanya ketika kita merekam hal-hal kecil dalam hidup dan melakukannya dengan baik, kita akan mampu menarik satu garis pelajaran dari masa depan.
Neil Armstrong tidak menjadi astronot secara tiba-tiba. Dia adalah seorang pengabdi negara sejati. Dia menjadi prajurit Angkatan Laut Amerika yang dipercaya menjadi pilot. Dia juga menjalankan tugasnya sebagai pilot latih sebelum akhirnya dipercaya menjadi astronot. Seorang yang ada di puncak dengan merangkak pelan namun pasti dari bawah sesungguhnya adalah inspirasi sejati. Saya mengagumi mereka yang jenius tetapi tidak bisa menjadikan mereka teladan karena apa yang dicapai tidak bisa digandakan, tidak bisa ditiru. Orang-orang yang menaiki tangga kesuksesan dengan kerja keras seperti Neil Armstrong yang selayaknya jadi panutan.
Sekembalinya dari Bulan, Neil bekerja biasa dengan menjadi Deputy Associate Administrator for Aeronautics, NASA dan mengabdi untuk negara dan umat manusia. Selain itu, dia juga berbagi ilmu dengan menjadi Professor of Aerospace Engineering di University of Cincinnati (1971-1979). Demikianlah semestinya mereka yang berilmu, mengikat ilmunya dengan tidak kenal lelah membagikannya. Sampai akhir hayatnya Neil Armstrong menginspirasi para muda dengan mendukung pengajaran matematika dan ilmu pengetahuan alam yang berorientasi pada penjelajahan antariksa. Maka untuk orang-orang seperti dia, lembaran sejarah tidak akan pernah penuh dan selalu punya ruang karena sejatinya dunia tidak pernah terlalu tua untuk melahirkan pahlawan baru.
PS. Tulisan ini bukan catatan sejarah. Ditulis berdasarkan ingatan dan artikel yang ditemukan di dunia maya. Kesalahan yang terjadi adalah murni tanggung jawab saya dan semoga tidak mengurangi inspirasi yang dipancarkan seorang Neil Armstrong. Saya juga tahu ada rumor yang mempertanyakan kebenaran pendaratan di Bulan oleh Neil Armstrong, kita tidak akan membahas itu di sini.
One thought on “Inspirasi dari Neil Armstrong”