
Paduka Pangeran,
Ijinkan hamba menyampaikan secarik kertas ini yang bertuliskan kata-kata sederhana. Kalimat-kalimat ini bukanlah sloka para pujangga yang akan membuai hati paduka yang sedang lara. Dia juga bukanlah mantra-mantra sakti mandraguna yang serta merta mencipta semburat senyum di wajah paduka yang telah lama dirundung nestapa. Untaian kalimat itu bukan obat yang diperolah baginda raja dari hasil bertapa di bawah pohon jakaranda. Dia tidak mengobati seketika.
Kalimat ini hanyalah kalimat sederhana, tetapi tulus, paduka. Kalimat ini datang dari seorang abdi yang tak lagi perlu menjilat berkah karena abdi ini kini telah merdeka. Untaian kata ini juga bukan upeti untuk mereka di menara kuasa agar lembut berbaik hati. Kata-kata ini adalah keniscayaan yang tak pernah hamba ragukan kesungguhannya.
Pangeran,
Rupanya manusia mudah sekali lupa dan hilang akalnya. Manusia adalah tempat segala kealfaan yang cepat lalai akan siapa dirinya. Ijinkan hamba menuduh paduka telah lupa akan sang aku yang bersemayam di dalam sana, di dalam dada paduka yang kini nampak ringkih. Namun percayalah, sang aku itu tak pernah kurang perbawa dan gairahnya. Paduka adalah putra baginda raja, sang waktu penguasa jagat semesta. Paduka lahir dari seorang ibu yang hidupnya beralaskan kerasnya zaman, angkernya bantal dan selimut kelam yang menggigil. Tetapi sang ibu bertahan karena beliau bukan umat sembarangan.
Paduka dibersarkan oleh tangan dingin seorang peri yang luhur jiwanya. Kekuatannya bahkan lebih besar dari ledakan gunung yang murka, karena tangannya pernah menyapu darah yang berserak di altar pemujaan dan membuatnya sirna sebelum menjadi aib yang mengenaskan. Paduka diampu seorang lelaki perkasa yang hidupnya paripurna oleh nista nestapa, kewibawaan, cinta dan kemasyuran. Lelaki ini telah menjalani, tidak saja hal yg memesona, tetapi juga aib yang menjadikan hidupnya sempurna. Dari tangan lelaki penuh ajaran hidup inilah paduka menimba ilmu dan mewarisi kedigdayaan yang tiada tandingnya. Jangan lupakan itu paduka.
Paduka adalah kerabat darah dua orang pejuang yang sikap hidupnya bahkan diteladani umat di lintas masa. Kalau paduka pernah mendengar tentang kemurnian perjuangan, kanda putri adalah teladan. Dalam tubuh paduka, mengalir darah yang sama dengan kanda putri yang tidak saja murni tetapi kukuh namun tetap lentur bagai air yang meliuk diantara bebatuan sungai. Air ini tidak mengindari apapun, sekaligus tidak merusak apapun. Dia mengalir.
Kalau paduka lupa tentang keteguhan dan kebesaran hati serta cita-cita yang maha tinggi, ingatlah kanda putra. Beliau terlalu sering jatuh dalam hidupnya, tapi tak sekalipun dibiarkannya jiwanya runtuh. Dia bangun tiga kali saat jatuh dua kali. Di dalam tubuh paduka berhembus nafas yang sama dengan kanda putra, nafas yang tidak saja hangat bersabat tetapi juga mematikan lawan tanpa pernah sadar ditundukkan.
Dari mulut paduka bisa mengalir sejuta puisi pujangga yang akan meluluhkan hati perempuan cantik nan rupawan hatinya. Kata-kata paduka adalah bisa memikat yang menundukkan tidak saja lawan tetapi juga kawan. Jangan pernah berkhilah karena kuasa ini adalah warisan kelahiran.
Hamba tahu paduka sedang murung. Teruskanlah sampai tak tersisa lagi ruang untuk meratap karena saatnya nanti untuk terjaga. Akan ada saatnya membuka mata bathin untuk melihat ruang-ruang yang tak pernah paduka singgahi. Jelajahilah dunia seperti para kerabat yang telah menjelajahi ruang-ruang gelap dan terang di tempat yang jauh. Paduka adalah keturunan para empu yang tidak saja bijaksana tetapi juga cakap. Jadilah sang perkasa, putra baginda raja sang waktu.
Luar biasa sungguh suatu penghargaan yang tak ternilai harganya yang mustinya saya persembahkan untuk Baginda Raja Made, dengan sentuhan-sentuhan kata-kata yang walaupun sederhana bisa menghantarkan seseorang yang membaca terhanyut untuk bisa mengetahui sampai jauh arti sebuah kata-kata yang dikirim buat Sang Pangeran.. hehehehe
Ternyata Baginda Raja Made tidak cuma seorang yang jiwa dan hatinya geodet sejati tapi juga seorang Pujangga hahahaha..salam Pak Andi..
Kata orang bijak, mengalair saja bagai air Mas 🙂
Makasih sudah mampir ya.
Keep on writing pak….:)
Tulisan yg bagus..
makasih mas Rakmad…
Tulisan ini menggugah..