Sebelum memasuki dunia universitas yang sebenarnya, hampir semua universitas di Australia mensyaratkan mahasiswanya mengikuti dan menyelesaikan pelajaran Bahasa Inggris pada level tertentu. Entah bagaimana ceritanya, aku harus terdampar lagi di kelas yang sesungguhnya sudah bosan aku ikuti. Kelas serupa pernah diikuti di Jakarta tahun 2003 dan di Sydney tahun 2004. Isinya juga tidak banyak berubah: critical thinking, article review, writing structure, presentation, powerpoint lesson dan sejenisnya. Meskipun tidak ahli-ahli amat, rasanya semua itu sudah aku tahu dengan cukup baik. Meski demikian, belajar dan belajar lagi memang tidak pernah ada salahnya. Kalau membuka diri terhadap segala sesuatu, banyak hal baru yang sesungguhnya bias diperoleh dari pelajaran yang diulang-ulang sekalipun. Kali ini aku lebih tertarik membahas teman-temanku yang berasal dari berbagai negara di Asia Pasifik.
Kelas pelajaran Bahasa Inggris hari pertama baru saja dimulai. Barbara, guru kami yang berkebangsaan Scotland memulai dengan perkenalan. Dalam ruang kelas dengan sususan bangku berbentuk U, kami berinteraksi dengan sangat leluasa. Itulah kali pertama aku mulai mengenal 19 orang temanku yang istimewa.
Roy dari Filipina, seorang pemuda 28 tahun yang terlihat cerdas. Selain itu, dia juga komunikatif dan memiliki segudang bahan lelucon yang siap ditumpahkannya di setiap kesempatan. Roy memandang hidup ini sangat praktikal, semua bisa dibuat simple katanya suatu hari ketika kami bercakap-cakap serius. Roy juga selalu memiliki pendapat dalam diskusi di kelas. Singkat kata, Roy adalah sosok murid yang ideal.
Monalisa berasal dari Samoa, sebuah Negara di Pasifik. Menariknya, Monalisa sedang hamil dan diperkirakan akan melahirkan September 2008. Monalisa berbahasa Inggris sangat fasih karena dia juga pernah menyelesaikan pendidikan di Selandia Baru. Dia tidak memiliki masalah dengan gaya pendidikan Australia yang mandiri dan menuntut keaktivan mahasiswa. Yang menarik darinya adalah cara bicaranya yang seperti bergumam, membuka mulutnya dengan setengah hati. Namun demikian, aku bisa merasakan bahwa Monalisa adalah seorang yang cerdas dengan naluri kepemimpinan yang menonjol. Selain itu, dia juga seorang polisi di negaranya.
Moses adalah dari tetangga terdekat, Papua Nugini. Polisi berusia sekitar 45 tahun ini selalu bersemangat dalam menanggapi sesuatu. Bahasa Inggrisnya yang bagus untuk ukuran Asia Tenggara membuatnya selalu bisa berkomentar. Pengalamannya yang tidak diragukan di bidang kejahatan transnasional membuatnya memiliki banyak pengetahuan dalam menanggapi isu terkait yang menjadi bahan diskusi di kelas. Aku kerap bercakap-cakap dengannya perihal batas maritim Indonesia dan Papua Nugini. Dalam berpendapat, Moses juga selalu sistematis dan jelas, membuat teman sekelas mudah memahami gagasannya.
Le juga seorang polisi dari Vietnam. Berbeda dengan polisi lainnya yang lebih menonjol tegasnya, Le lebih sering menjadi bahan tertawaan karena perilakunya yang agak selenge’an dan cenderung polos. Dalam berkomentar dan menjawab pertanyaan, Le seringkali mengundang tawa. Dia adalah salah satu penggembira di kelas yang selalu dinantikan komentarnya. Kadang Le kedapatan sedang berbicara dengan teman di sebelahnya dan tidak sadar kalau suaranya cukup keras dan menjadi pusat perhatian guru dan teman-temannya sampai akhirnya kelas meledak dengan tawa. Le pun meringis dan memasang wajah tak berdosanya. Tapi jangan salah, Le adalah seorang polisi cerdas, dia menangani kerjasama internasional di negaranya. Meskipun terlihat polos aku bisa merasakan kecakapannya.
William adalah satu-satunya peserta dari Tonga. Dia menegaskan ketika perkenalan bahwa dia bangga jika dipanggil Tonga, nama negaranya. Dari sekian orang, William termasuk yang pendiam. Badannya yang besar dan tampangnya yang dingin membuatku pribadi tidak banyak berbasa-basi dengannya. Kami bertegur sapa seperlunya dan berdiskusi hanya jika ada materi kuliah yang perlu didiskusikan. Meski demikian, William adalah juga polisi yang kenyang akan asam garam pengalaman bertugas menangani kejahatan internasional. William jua orang baik yang respek kepada teman-temannya. Sekali waktu, dia juga ternyata bisa melucu, terutama saat presentasi.
Bitukula bagiku sangat berkesan. Polisi berkebangsaan Fiji ini berbadan tinggi besar dan kulit cenderung hitam seperti keturunan orang Cameroon kawin dengan Indonesia. Yang menarik darinya adalah logat Bahasa Inggrisnya yang cenderung sepreti Black American di New York. Aku membayangkan Bitukula berlogat seperti Will Smith yang cengkoknya khas dan cenderung seprti Rap. Aku pernah berkelakar suatu hari dan Bitu mennaggapi dengan kelakar. “Hm, I can start to sing a song, then” katanya sambil tertawa.
Onon adalah seorang polisi dari Mongolia. Kulitnya yang putih dan mata sipit seperti layaknya orang China membuatnya mudah dikenali di kelas. Onon seorang polisi yang sangat sopan. Hari pertama ketika berkenalan, Onon berdiri layaknya seorang perwira memberi laporan. Lebih lucu lagi bahwa setelah dia duduk, guru memberi pertanyaan dan Onon harus berdiri lagi setiap kali menjawab. Cukup menggelikan, tetapi itulah budaya dan nilai yang dianutnya. Gurupun tidak merasa keberatan dengan itu. Kemarin Onon mendatangiku secara khusus minta penjelasan prosedur membawa keluarga ke Australia. Dia rupanya telah merindukan anak istrinya yang masih tertinggal di Mongolia sana.
Kelas ini memang dipenuhi dengan aparat penegak hukum. University of Wollongong memiliki beberaoa pusat studi yang bagus, salah satunya Centre for Transnational Crime Prevention (CTCP). Di sinilah para penegak hukum dari kawasan Asia Pasific belajar Master in Transnational Crime Prevention. Selain polisi, hadir juga sebagai mahasiswa, jaksa, pengacara, akuntan dan profesi lainnya.
Sarwar adalah satu dari sedikit calon mahasiswa S3 yang akan menekuni lingkungan. Dia berasal dari Bangladesh dan merupakan aktivis NGO yang sudah kenyang pengalaman. Dari cara komunikasi dan presentasinya, nampak jelas Sarwar sudah terbiasa dengan isu-isu lingkungan berserta dampak politik dan ekonominya. Sarwar, selain pintar juga lucu. Logatnya yang masih terkontaminasi Bangladesh membuat Bahasa Inggrisnya sedikit lucu dan kadang tidak jelas. Seringkali guru dan teman memintanya mengulang kalimatnya yang panjang dan itu membuatnya menarik nafas panjang. Teman-temanpun tertawa. Kalau berbicara, Sarwar selalu cenderung belepotan. Maklum orang pintar, pikirannya sangat cepat, lebih cepat dari kemampuan mulutnya mengikuti.
Fang adalah satu dari tigo orang China yang ada di kelas. Meskipun Bahasa Inggrisnya sedikit terbata ketika diskusi atau menjawab pertanyaan guru, Fang adalah seorang guru polisi yang pintar. Semangat belajarnya tinggi dan selalu berusaha mencari tahu dari berbagai sumber. Fang tidak segan bertanya dan menyimak penjelasan dari teman sekelasnya. Pernah satu ketika aku satu kelompok dengannya ketika membuat artikel, Fang tanpa malu-malu bertanya dan menimba ilmu. Selain atusias, Fang juga orang baik dan murah senyum. Oleh karena itu pula, Liz, salah sorang guru kulit putih berkebangsaan Afrika Selatan, senang memberikannya tugas administratif.
Kim sedikit berbeda dengan cewek-cewek lainnya. Selain cantik, Kim juga lucu. Dia aktif di kelas dan selalu punya bahan pembicaraan dalam diskusi. Kim juga termasuk vokal menanggapi segala sesuatu dan nampak sekali bahwa dia adalah seorang leader. Kim adalah seorang kapten polisi dari Filipina yang bertugas menangai sindikat peredaran narkoba di negerinya. Ketika aku tanya ”what did you actually do in your duty,” Kim menjawab sambir tertawa, “killing people!” Wajahnya yang segar dan senyum yang selalu mengembang membuat jawaban itu terdengar seperti kelakar biasa sampai akhirnya dia benar-benar menceritakan bahwa tugasnya memang melibatkan tindakan ekstrem termasuk melakukan penembakan yang artinya pembunuhan. Tentu saja hal ini tidak dilakukan sembarangan, hanya ketika terpaksa. Seorang gadis cantik berwajah cerah menghunus senapan dan menundukkan korban penjahatnya, sepertinya tidak berbeda dengan film-film Hollywood. Sering juga aku berkelakar mengenalakan Kim pada teman baru dengan menyebutkan ”Kim, she is doing master in Transnational Crime Promotion.”
Alf adalah polisi kedua yang berasal dari Samoa. Mirip dengan William, Alf termasuk pendiam. Meski demikian, nampak bahwa Alf juga seorang polisi tulen. Wajahnya tenang dan berbicara seperlunya namun jitu. Alf juga berselera humor baik seperti halnya sebagian teman sekelas lainnya. Tidak banyak yang bisa dibicarakan tentang Alf karena sepertinya dia memang mengambil peran aman, tidak menonjol di kelas. Tapi bukan berarti dia tidak pintar, dia selalu menjawab dengan baik setiap pertanyaan guru. Dalam melakukan parafrase terhadap pernyataan Bahasa Inggris, dia juga sangat baik.
Jerry, seperti pengakuannya sendiri adalah anggota kelas paling senior. Usianya yang tepat 50 tahun membuat dia terlihat dan bersikap sangat matang. Sebagai seorang polisi dari Fiji, Jerry sangat halus tutur katanya. Saking halusnya, guru seringkali meminta dia mengulangi pernyataan atau pertanyaannya yang akhirnya membuat kelas tergelak. Jerry juga kaya pengalaman dan pengetahuan. Dia selalu bisa memberikan pandangan dari sisi berbeda tentang suatu persoalan. Dia juga adalah seorang presenter yang baik, sekaligus kritis tentang berbagai issue dan kaya dengan contoh. Pertemuanku dengannya pertama kali justru terjadi di Salvos, toko barang second hand di Wollongong ketika dia membeli tempat tidur dan beberpa keperluan lain. Sama dengan mahasiswa Indonesia, mahasiswa Fiji juga gemar berhemat dengan membeli barang bekas layak pakai.
Charlie adalah orang kedua berkebangsaan China di kelasku. Pemuda 25an tahun ini berkemampuan Bahasa Inggris setara dengan Fang, teman senegaranya. Seperti layaknya mahasiswa China lainnya, Charlie sedikit terbata ketika bicara. Dia juga tidak banyak bicara dan tidak banyak urun pendapat ketika diskusi. Walaupun hanya berbicara seperlunya saja, Charlie terlihat menguasai bidang ilmunya yaitu teknologi informasi. Selain pintar, Charlie juga baik. Dia sopan menyapa dan berbasa-basi denganku di manapun kami bertemu.
Daniel juga berasal dari Filipina. Dia filipono ketiga di kelasku dan merupakan seorang lawyer. Seperti yang lain, Daniel juga bekerja di pemerintahan. Dia tipe seorang bapak yang baik dan nampaknya sayang anak istri. Entah dari mana kesimpulan ditu datang, pokoknya sepertinya begitu dari ceritanya perihal komunikasinya per telepon dengan anak istrinya. Seperti layaknya filopino, Daniel berbahasa Inggris fasih logat Amerika terkontaminasi Prancis. Dia yang berusia 40an termasuk aktif di kelas walaupun tidak seaktif Roy, misalnya, teman senegaranya. Daniel akan menjawab dengan baik pertanyaan guru, tetapi jarang berkomentar tanpa diminta. Karena kebaikannya, dalam waktu dekat aku akrab dengannya dan sering bercerita berbagai hal tentang pemerintahan maupun hal lain.
Khaleda, seperti halnya Sarwar juga dari Bangladesh. Di awal masa kuliah, mereka selalu berdua ke mana-mana. Pernah sekali waktu aku bertemu mereka di Burelli Street dekat Woolworths di Wollongong yang sedang berburu kebutuhan rumah tangga. Khaleda juga kandidat Doktor tetapi di Fakultas Hukum. Topik yang digelutinya cukup menarik, terkait dengan aspek legal pemeriksaan genetika seperti DNA test dan lain-lian. Khaleda pernah bercerita panjang kepadaku tentang rencana risetnya yang terdengar sangat futuristik. Dia mengaitkan kemungkinan adanya diskriminasi jika informasi genetik seseorang diketahui oleh pihak tertentu. Singkat kata, Khaleda memiliki minat riset yang luar biasa. Namun begitu, dia termasuk orang yang tidak banyak biaca. Di kelas, dia melontarkan pendapat hanya jika ditanyai.
Shane bagiku termasuk yang paling mudah terlewatkan. Pemuda 20an tahun ini sangat kalem dan tidak berkomentar kalau tidak diminta. Nampaknya kemampuan Bahasa Inggris yang terbatas membuatnya melakukan ini. Shane memang seperti tiga orang China lainnya di kelas, relatif diam dan Bahasa Inggris yang masih perlu banyak peningkatan. Meski demikian, Shane selalu antusias mengikuti setiap pelajaran dan semangat belajarnya juga tinggi. Dia juga sepertinya cukup menguasai bidang ilmunya, teknologi informasi.
Priti, seperti namanya memang pretty. Gadis 25 tahun asal Nepal ini sangat cerdas. Di Wollongong dia akan mengambil Master in Environment dan merupakan gelar masternya yang kedua karena dia sudah menyelesaikan master di Nepal. Keaktivannya di berbaga NGO internasional membuatnya kaya pengalaman menangani isu-isu sosial dan lingkungan. Semua itu nampak dalam setiap pendapat dan presentasinya di kelas yang sistematis dan kaya informasi. Priti nampak selalu menguasai apa yang dibicarakannya. Bahasa inggrinya, walaupun sedikit terdengar seperti logat India, sangat bagus. Just ferfect!
Naomi, perempuan berbadan tambuh ini dari Kiribati. Sangat mungkin anda salah membaca nama negara ini karena sesungguhnya dibaca Kiribas. Naomi, dibaca Nomi, memang berasal dari salah satu negara kecil di Pasifik yang konon dalam proses tenggelam oleh naiknya permukaan air laut akibat pemanasan global. Naomi akan meneruskan studinya di jenjang S3 bidang lingkungan. Pengalamannya bekerja untuk SOPAC membuatnya memiliki pengetahuan mumpuni di bidang lingkungan maritim. Cocok bercakap-cakap denganku. Naomi juga seorang yang keibuan karena memang sudah memiliki tiga orang anak. Dia terampil mengorganisasi aktivitas makan-makan misalnya yang selalu menyenangkan untuk seluruh anggota kelas. Selain itu, Naomi seorang yang tenang, tertata ketika bicara dan selalu memiliki angel yang beragam ketika menyampaikan pendapat.
Aero adalah salah satu Chinese lain di kelas. Dia tidak jauh berbeda dengan tiga temannya, Bahasa Inggrisnya masih belum advance. Aero sering sekali terlihat mengalami kesulitan dalam mengekspresikan dirinya dalam Bahasa Inggris. Meski demikian, aku yakin dia pintar dan punya pendirian. Meskipun sulit, Aero selalu berusaha untuk berpendapat dan cukup kukuh dengan keyakinannya. Dalam sebuah diskusi tentang artikel denganku, dia pernah bersikukuh tentang sesuatu dengan Bahasa Inggris yang cukup mengenaskan. Agak lelah juga rasanya berdebat dengan orang yang tidak leluasa mengekspresikan pikirannya secara verbal. Di luar semua itu, Aero orang yang baik dan bersar hati. ”I cannot pick up any mistake in your article so I will accept it as our group’s article” katanya suatu hari mengomentari pekerjaanku.
Berada di antara orang-orang hebat sangatlah menyenangkan. Selain bisa menyaksikan dan mengukur kualitas bangsa-bangsa, aku juga banyak belajar. Dari yang lucu sampai serius, dari yang konyol hingga yang wibawa, semua ada di sini. Satu hal yang pasti, entah dia dosen di rumahnya, entah dia polisi, entah dia pengacara ternama, kalau sudah menjadi murid, selalu saja ada hal konyol yang ditunjukkannya.
Pak, kok temennya polisi semua??…….
*pak Andi, paling kecil nih berarti…..haha
*
iya nich pak.. polisi semua.. kaya di kantor pengadilan.. ada polisi ama pengacara ^ ^
itu yang usianya 20an pada mau s3 juga ya pak?
ckckckc,salut 🙂
Farid, syukurlah nggak paling kecil..paling muda juda [sayangnya] nggak 🙂 Kalau paling ganteng.. hm.. ini yang masih perlu dipolling 😀
Krisna, ya makanya di sini harus disiplin, gak berani telat [apalagi bolos].. banyak polisi 😀
Vito, kalau kandidat S3, yang termuda 29 🙂 hebat ya…
polisi dr indonesia gak ada pak?
Gak ada yang seangkatanku Nas… tentara ada sih tapi angkatan lain 🙂
pak andi,
nama saya danny, saya kebetulan rencana mau mengambil MTCP di wollongong. kira2 persyaratannya apa saja yang harus dipenuhi ? trima kasih dan ditunggu balasannya.
kalau berkenan bisa membalas ke email saya di arya2002@hotmail.com
thanks.
Danny,
Saya akan email Anda.
it’s a nice site. keep on updating, i love to read much…
bikebali
Bli Andi, saya mau tanya, apakah jurusan master of forensic accounting di wollongong hanya untuk lulusan S1 akuntansi saja? apakah bisa dari jurusan lain? karena saya tertarik untuk belajar forensic accounting.
terima kasih atas infonya..
salam sukses untuk Bli Andi.
Adit
Tidak harus, tapi harus ada pengalaman kerja:
“Other academic qualifications of at least three years’ full-time duration plus at least 3 years’ relevant full-time professional experience may also be considered. See Section 5 – Employment Details in the Postgraduate Coursework Application Form.”
wah asyik mas…belajarnya kalo gitu
Betul sekali Bang 🙂