Kalau kamu tampil di depan publik cukup sering dengan tema yang sama, inovasi sangatlah penting. Jika tidak, kamu pasti terjebak dalam rutinitas dan akhirnya membawakan materi dengan isi dan cara yang sama. Tidak sehat.
Beberapa waktu lalu aku diminta oleh Mini Akademi untuk bicara soal beasiswa di IONs dalam acara Scholarship Campaign. Apa istmewanya? Aku sudah bicara soal beasiswa puluhan kali. Kali ini pembicaranya ada 8 selain aku dan aku jadi pembicara kunci. Aku diminta bicara di awal dan akhir saja. Selebihnya adalah talk show bersama 8 orang pembicara lain. Ini hal baru.
Mini Akademi memang selalu punya tantangan baru. Yang namanya Zaki bahkan sangat berani dan tega mengobrak abrik presentasiku sebelum tampil. Dia bisa dengan santai bilang “ini ngga perlu, itu dihapus saja, tambahin ini Mas”. Padahal jelas-jelas dia tahu aku ini pembicara TEDxUGM hehe. Ngga perlu kujelaskan aku pemenang @Falling_Walls Indonesia kan? *kalem
Tantangan kali ini beda lagi. Gimana kalau aku tampil layaknya standup comedian? Yang paling semangat kayanya Pandu Henri (Mini Akademi) kalau urusan begini. Dari dulu dia memang sangat pengen aku bisa membawakan materi layaknya standup comedy. Tadinya sempat ragu, apa bisa ya?! Aku kan bukan pelawak. Setelah mikir agak lama, akhirnya aku pikir, why not!? Nggak lucu ngga apa-apa juga, kan bukan professional.
Aku biasanya siapkan paling ngga tiga hari untuk delivery baru. Sayangnya waktu itu harus nungguin Meme’ Bapak di rumah sakit jadi persiapan terganggu. Akhirnya persiapan hanya semalam dan dikebut dengan energi ekstra. Tentu saja begadang. Outline sudah disiapkan oleh Zaki lalu aku buat tabel rincian kata kunci dan jokes. Setelah itu aku tulis naskahnya lebih detil.
Langkah berikutnya adalah latihan. Bicara 15 menit tanpa slide sama sekali dan dengan konten yang padat ternyata tidak mudah. Yang bikin lebih tidak mudah adalah harus ada jokes yang pecah. Latihan kali itu tanpa audiens karena waktunya mepet. Asti dan Lita tidak sempat diajak kolaborasi. Akibatnya, materinya jadi tidak teruji. Ada rasa khawatir sebenarnya.
Di hari H, sambil nyetir aku latihan di mobil. Lumayan bisa dua kali sampai lokasi. Kali ini fokusnya pada konten penting dan jokes. Standup comedy adalah soal akurasi diksi dan timing. Tanpa itu akan bubar. Maka aku perhatikan sekali soal itu. Aku belajar dr Pandji Pragiwaksono dan Ernest Prakasa kalau soal ini. Sampai di lokasi rasanya sudah agak tenang karena ada cukup banyak hal yang aku yakin akan pecah.
Maka ketika saat itu tiba, aku berlari ke atas panggung dan menerima mic dari MC. Aku berdiri di depan dan memberi ‘hantaman’ pertama tanpa basa-basi. Energi muncul ketika tawa pertama terdengar. Maka selanjutnya adalah aliran diksi yang ditempatkan pada sudut-sudut waktu yang tepat. Waktu melesat cepat dan sisanya adalah torehan tinta sejarah. Soal baik buruk hasilnya adalah kuasa penengar dan aku tak perlu resah.