Saya di di Korea Selatan minggu lalu dalam kapasitas sebagai Steering Committee member untuk program ASEAN International Mobility for Students. Acara itu dihadiri oleh delegasi dari Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, Jepang dan tentu saja Korea. Di ruang rapat itu, saya adalah satu-satunya orang baru, menggantikan seorang anggota steering committee yang purna tugas. Sebagai orang baru, saya berusaha bermain cantik untuk berperan aktif tanpa ‘mengganggu’ suasana. Tidak mudah.
Di sebuah acara jamuan makan, saya duduk bersama beberapa orang Korea. Saya percaya, jamuan makan adalah ruang diplomasi yang sesungguhnya. Di situlah tempat terbaik untuk mengenalkan dimensi diri yang khas dan mungkin tidak selalu bisa muncul di ruang diplomasi resmi. Ada kelakar dan ketertarikan personal yang perlu ditunjukkan untuk membangung hubungan pribadi yang melampaui interaksi formal. Kehangatan itu perlu dalam diplomasi, sayangnya tidak cukup dibangun di ruang-ruang rapat.
“By the way, KPop is a big thing in Indonesia” kata saya ketika yakin waktunya sudah tepat. Ada tiga orang perempuan muda yang menampilkan tampang ‘shocked’ mendengar ucapan saya. Salah satunya bahkan berhenti mengunyah makanan. Tentu saja mereka tidak terkejut dengan fakta itu tetapi karena ucapan itu keluar dari mulut saya, berbeda dengan yang saya bicarakan berjam-jam sebelumnya.
Saya kemudian seperti dirasuki rohnya Lita dan bercerita dengan lancar soal BTS dan ARMY-nya. Soal Exo dan Exo-L. Soal Red Velvet yang menjadi lem diplomasi Pemerintah Korea Selatan ke Presiden Kim Jong Un di Korea Utara. Tentang strategi marketing Black Pink yang mumpuni, tentang tarian Twice yang seksi, tentang Jongyeun yang mengakhiri hidupnya dengan mengenaskan. Dan tentu saja tentang seorang remaja Indonesia yang rela bekerja keras menulis sebuah novel berbahasa Inggirs demi menonton konser KPop idolanya. Gaya norak seorang bapak.
Di jamuan makan itu, kehangatan tercipta dengan cepat. Respek tumbuh dengan subur dan pengakuan muncul dengan seketika. Tidak hanya itu, bantuan untuk ini dan itu ditawarkan degan suka rela dan apresiasi deras mengalir bagai air bah. Sebagian mengantarkan saya menuju toko resmi Nature Republic, sebagian lain dengan serius menemukan toko terbaik untuk membeli album Undivided dari Wanna One. Yang lainnya memastikan waktu dan alat transportasi yang tepat agar saya bisa tiba di bandara tepat waktu esok harinya. Seorang dari mereka juga menjelaskan skema hibah dari Korea International Cooperation Agency (KOICA) untuk kerja sama internasional. Saya mengonfirmasi satu pelajaran penting: hal-hal besar bisa datang karena perhatian kita pada hal-hal kecil. Diplomasi KPop baru saja bekerja dengan sempurna di Korea Selatan.
Foto: Novel dari Putu Ambalita yang terbit minggu depan!
PS. Mohon maaf pemesanan buku Lita kami tutup sementara. Mudah-mudahan ada lagi nanti.
Reblogged this on Story Road.