Adi Sumardiman, Sang Pemeta Wawasan Nusantara


Lelaki itu telentang dan nampak ringkih. Tubuhnya sulit bergerak dan ada sabuk berwarna putih kusam yang melingkari pinggang hingga perutnya. Geraknya memang terbatas, tetapi sorot matanya tidak demikian. Ada sinar tajam yang keluar dari kedua bola matanya yang berbinar. Suaranya menggelegar, keras dan semangat menjelaskan banyak hal yang bagi saya masih miseteri dan rahasia. Rahasia tentang laut Indonesia.

Namanya Adi Sumardiman, semangatnya menghangatkan seluruh ruangan ketika kami mengunjunginya di perumahan tentara di Jakarta beberapa tahun silam. Lelaki ini mungkin tidak dikenal banyak orang tetapi karyanya turut mengubah wajah hukum laut internasional yang dianut masyarakat dunia saat ini.

Kisahnya berawal dari keberanian Perdana Menteri Djuanda untuk mendeklarasikan bahwa laut di antara pulau-pulau Indonesia adalah bagian dari kedaulatan Indonesia. Laut yang tadinya merupakan laut bebas dan bisa dimanfaatkan oleh siapa saja, kini ditegaskan menjadi milik Indonesia. Deklarasi Djuanda adalah tindakan berani Bangsa Indonesia yang belum pernah dilakukan oleh siapapun. Dengan dukungan Mochtar Kusumaatmadja dan Chaerul Saleh, Indonesia memperkenalkan sebuah konsep negara kepulauan. Itulah cikal bakal Wawasan Nusantara.

Bisa diduga, usulan Indonesia itu tidak langsung disetujui dunia. Djuanda juga tidak hidup lama untuk menyaksikan gagasannya menyentuh keberhasilan. Perjuanganya dilanjutkan dengan semangat yang sama oleh delegasi Indonesia di meja perundingan. Di antara para ilmuwan hukum dan sosial politik itu, ada seorang surveyor geodesi bernama Adi Sumardiman. Ketika itu, Adi Sumardiman adalah perwira Angkatan Laut yang dipercaya untuk menjadi anggota delegasi bersama Mochtar Kusumaatmadja, Hasjim Djalal, Nugroho Wisnumurti, Budiman, Toga Napitupulu, Zuhdi Pane, Nelly Luhulima, Hardjuni, dan Wicaksono Sugarda. Dari sini kita meneladani kolaborasi antardisiplin. Bahwa tidak ada satu gagasanpun yang berhasil baik tanpa kolaborasi banyak pemikiran. Kini, keteladanan ini niscaya karena kita hidup di era kolaborasi, bukan kompetisi.

Adi Sumardiman bekerja dalam diam, suaranya mungkin tidak selantang Hasjim Djalal yang bertempur dalam diplomasi verbal di sidang PBB untuk meyakinkan dunia. Kosakata yang diucapkannya mungkin tidak sememikat diplomat ulung sekelas Mochtar Kusumaatmaja yang menurut seorang professor di Virginia University membuat forum bergetar. Adi Sumardiman seorang surveyor. Dia mengemukakan gagasannya dalam bentuk titik, garis dan ruang di atas peta. Adi Sumardiman memvisualisasi gagasan dan diskusi yang berkembang hangat di forum dunia itu lalu mengkuantifikasinya menjadi angka-angka jarak dan luasan.

Selama sembilan tahun, sejak 1973 sampai 1982, Adi Sumardiman memainkan peran penting dengan menjadikan peta sebagai alat diplomasi. Dengan rajin dan cermat ditariknya garis-garis yang mencerminkan dinamika gagasan dari rekan-rekan sesama anggota delegasi Indonesia. Kadang ditebalkan, kerap juga harus dihapus. Kadang garisnya lurus kadang berbelok. Kadang garis utuh, kadang putus-putus. Hampir satu dekade berlalu, akhirnya perjuangan Indonesia membuahkan hasil. Di Montego Bay pada tanggal 10 Desember 1982, dunia menyepakati Konvensi PBB tentang Hukum Laut. Di dalam konvensi itu, mengalir deras gagasan putra-putra terbaik Indonesia dan seorang surveyor bernama Adi Sumardiman ada di dalamnya.

Kita menghormati Djuanda Kartawidjaja sebagai tokoh penabur benih Wawasan Nusantara yang dijaga dan disirami diplomat ulung sekelas Mochtar Kusumaatmadja dan Hasjim Djalal. Di antara mereka, bekerja dalam sepi seorang surveyor pelukis peta. Adi Sumardiman adalah Surveyor yang turut memetakan Wawasan Nusantara. Lelaki itu kini telah menghadap Yang Maha Kuasa, mungkin dalam keadaan bersabuk putih yang kusam warnanya. Namun goresan tangannya di atas peta sketsa perundingan tetap dicatat sejarah. Dan gelegar suaranya akan hidup, terngiang di telinga dan memberi semangat pada orang-orang yang sudi mendengar.

Ps. Ditulis dalam rangka memperingati 60 tahun Deklarasi Djuanda

Advertisement

Author: Andi Arsana

I am a lecturer and a full-time student of the universe

6 thoughts on “Adi Sumardiman, Sang Pemeta Wawasan Nusantara”

  1. Sangat menyentuh sekali, mengingatkan semua tentang beliau, merupakan sosok yang kami banggakan di keluarga besar kami, saya perwakilan dari keluarga (cucu) mengucapkan terimakasih atas atensi dan tulisan diatas. jasa dan jerih payah beliau akan kami kenang selamanya.

    1. Dear pak Andi Arsana,
      Meneruskan ucapannya Vega Wibisono anak kedua saya, saya juga ikut menghaturkan banyak banyak terima kasih atas tulisannya pak Andi terkait dengan almarhum ayah saya tercinta, memang sepanjang yang saya ketahui banyak sekali kontribusi yg beliau hasilkan untuk negara kita tercinta khususnya terkait dengan Law of The Sea yg salah satu implementasinya adalah perbatasan kepemilikan pulau Sipadan dan Ligitan yg akhirnya seluruh masyarakat Indonesia mengetahui hasilnya ……beliau cukup kecewa melihat hasilnya …..ada hal yg cukup mengganjal di hatinya sampai dengan akhir hayat beliau ….mengapa untuk proses litigasi nya beliau tidak diminta referensinya yang mana dari A sampai Z mengenai kasus Sipadan Ligitan beliau sangat sangat menguasai ……sedih memang negara kita kehilangan salah satu gugus kepulauannya …😁
      Akhir kata sekali lagi saya mengucapkan banyak terima kasih kepada pak Andi Arsana, ternyata masih ada orang yang memperhatikan dedikasi dari seorang yang mengabdikan diri sepenuhnya kepada negara kita melalui Wawasan Nusantara.

      *Note pak Andi : kami banyak mendapatkan buku buku peninggalan beliau terkait dengan “Law of The Sea” dan Wawasan Nusantara, kami merencanakan untuk menghibahkan kepada yang membutuhkan terutama khususnya untuk perkembangan pendidikan Indonesia, jika pak Andi berminat bisa menghubungi saya.
      Best Regards
      Donny Prodjokusumo, SH

      1. Pak Donny ysh,
        Saya begitu tersanjung dan merasa terhormat mendapat pesan dari Bapak. Semoga tulisan saya cukup akurat menggambarkan perjuangan ayahanda. Itu pengamatan subyektif saya tentunya.

        Soal buku, tentu saja saya tertarik untuk memilikinya. Jika memang diperkenankan, saya bersedia menerimanya. Bagaimana saya bisa menghubungi Bapak. Atau Bapak bisa mengirim email ke saya: madeandi@ugm.ac.id dan nanti kita lanjutkan dari sana. Salam hormat.

  2. Saya juga sangat2 mengenal bliau (alm) dan sangat bangga, serta berterima ksh yg sebesar besarnya, telah berjasa di bidang geodesi laut khususnya dan ilmu kelautan pada umumnya. Ilmu yg diberikan beliau sangat membantu dlm pekerjaan kami. Saya Rianta Pratiwi peneliti bidang biologi laut LIPI, (mewakili kel besar Oemariyoto (alm), yg juga merupakan
    besan dari bapak Adi Sumardiman (alm)

Bagaimana menurut Anda? What do you think?

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: