Ucapan Selamat untuk Mas Anies


Mas Anies Baswedan yang baik,

Salam hangat dari Jogja kita yang Mas Anies sebut sebagai kota yang tepat untuk jatuh cinta. Salam bangga dari kampus UGM.

Saya menunggu cukup lama untuk menuliskan surat ini. Keinginan untuk segera mewujudkannya muncul sudah lama tetapi saya tahan, semata-mata untuk memastikan bahwa kata-kata yang saya tulis ini dilandasi obyektivitas yang cukup. Yang terpenting, saya ingin menulis dengan emosi yang tidak berlebihan.

Di hari pelantikan ini, saya ucapkan selamat kepada Mas Anies dan Bang Sandi sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI periode 2017-2022. Saya yakin, ini adalah sebuah pencapaian yang sangat layak untuk dihormati. Meski demikian, di sisi lain, pencapaian ini adalah amanah besar. Saya tentu tidak perlu menjelaskan, apalagi menggurui Mas Anies akan terjalnya perjalanan sebagai Gubernur DKI di masa yang akan datang.

Mas Anies,
Saya mengikuti kiprah dan pemikiran Mas Anies begitu lekat, setidaknya dalam waktu sepuluh tahun terakhir. Saya tidak perlu jelaskan panjang lebar betapa saya terinspirasi luar biasa oleh Mas Anies. Entah berapa tulisan, cuitan dan status media sosial yang telah saya hasilkan karena inspirasi itu. Sebagian sudah Mas Anies baca, saya tidak akan mengulanginya. Singkatnya, saya adalah orang yang merasa terpapar dan terpengaruh oleh pikir, kata dan laku Mas Anies.

Keputusan Mas Anies untuk menjadi calon Gubernur DKI dengan dukungan dari Gerindra (Pak Prabowo) dan PKS adalah hal yang paling mengejutkan saya. Mungkin tidak penting hal itu dibahas sekarang tetapi saya mungkin termasuk golongan konvensional dengan alasan yang klise dan mudah ditebak. Keputusan Mas Anies tersebut membawa saya pada satu pertanyaan mendasar tentang ideologi, tentang sifat dan sikap hidup, tentang politik bersih yang saya pernah harap-harapkan dari seorang Anies Baswedan. Pertanyaan itu membuat saya galau dan bahkan sampai pada titik nyaris ‘tersesat’ karena gagal membuat keputusan soal pembelaan.

Saya tidak pernah menutupi, meskipun tidak mengekspresikannya secara berlebihan, bahwa saya sedari awal mendukung Pak Basuki untuk menjadi Gubernur DKI. Yang tidak pernah saya duga dan sangka adalah Pak Basuki akan berhadapan dengan idola saya: Mas Anies Baswedan. Tiba-tiba saja, sikap politik menjadi sangat sulit untuk saya ambil. Mas Anies tentu sangat paham, keberpihakan politik yang saya maksud adalah secara moral karena saya bahkan tidak punya KTP Jakarta. Lalu mengapa peduli? Ceritanya terlalu panjang dan terlalu kentara tentunya mengapa seorang saya harus peduli pada Jakarta, terutama kenapa harus peduli pada keputusan seorang Anies Baswedan dan Basuki Tjahaja Purnama. Pemahaman saya tidak berubah tentang pentingnya makna Jakarta bagi Indonesia dan tentang Mas Anies serta Pak Basuki.

Ketercengangan saya mencapai puncaknya ketika Mas Anies bergandengan tangan dengan FPI. Ada sejuta penjelasan tentang itu semua. Dari pihak Mas Anies yang disampaikan dengan sangat baik oleh Pandji tentu dapat menjelaskan duduk perkaranya dengan baik. Pendapat dari berbagai pihak yang setuju maupun tidak juga berserakan. Saya baca, saya nikmati namun tidak semua saya nikmati. Soal setuju atau tidak, tentu urusan yang jauh di belakang. Yang pasti, dengan segala keterbatasan pribadi saya, kepercayaan saya terhadap Mas Anies mengalami gangguan serius. Perlahan namun Pasti, sosok Mas Anies dalam imajinasi saya tergelincir mendekati titik nadir yang membuat khawatir. Pun, di tengah gejolak itu, saya menyadari betapa pandangan saya pasti bias. Semua orang bias. Mengikuti nasihat dari Raghava KK, sedapat mungkin kita bias karena sebanyak mungkin sudut pandang.

Proses pilkada DKI Jakarta berjalan dramatis di tengah berbagai kejutan. Keputusan Mas Anies untuk bersekutu dengan Pak Prabowo yang pernah Mas Anies ‘lawan’ di Pilpress 2014 dan keakraban Mas Anies dengan pihak-pihak yang selama ini menjadi ‘simbol’ intoleransi adalah dua hal yang secara sempurna mengganggu pendirian dan sikap saya. Untunglah, karena lagi-lagi saya menyadari kemungkinan saya salah paham situasi, saya memilih untuk diam, tidak mengekspresikan dukungan atau penolakan kepada siapapun secara eksplisit berlebihan. Pertarungan Anies vs Ahok terlalu rumit untuk menghasilkan keberpihakan bagi seorang saya. Lebih jauh lagi, pasti ada juga orang di luar sana yang dengan kesadaran obyektif yang penuh bahwa Ahok sama sekali tidak layak menjadi Gubernur DKI.

Mas Anies menang di Pilkada. Di saat itu, saya hampir sampai pada titik yang rata antara senang atau sedih. Meski demikian, diam saya adalah diam dengan sejuta pertanyaan. Sebagian tentu sangat konvensional, seperti halnya pertanyaan orang kebanyakan yang mengklaim diri menjadi ‘pengikut’ Mas Anies secara intelektual tetapi kemudian ‘kecewa’ pada keputusan politik memantik kontoversi. Sebagian lain adalah pertanyaan yang saya klaim lebih filosofis dan lebih dalam dari sekedar perhelatan politik. Saya memiliki pertanyaan soal sikap hidup yang hingga kini belum mendapatkan jawabannya.

Meski ada begitu banyak pertanyaan tentang motivasi, alasan dan rasionalisasi atas keputusan dan langkah yang Mas Anies ambil, nampaknya kini tak relevan lagi untuk dibahas. Hari ini adalah momen penting untuk ‘move on’ bagi semua orang. Seperti yang Mas Anies tegaskan saat menyampaikan pidato, saatnya bekerja bersama untuk cita-cita yang melampaui perbedaan pandangan politik. Apa yang terjadi mungkin akan tetap menjadi catatan saya dan semua orang tetapi penghormatan terhadap kekuatan dan kebijaksanaan hukum adalah kewajiban.

Saya ingin berpikir positif. Saya ingin membangkitkan kembali energi positif dalam diri saya seperti yang saya miliki di masa lalu ketika berhadapan dengan Mas Anies. Hal tersulit yang harus dilakukan oleh seorang pendukung sebuah perhelatan politik adalah menerima kekalahan dengan pikiran positif dan terbuka. Bahwa cita-cita kita sebenarnya sama yaitu pemimpin yang berhasil membawa kota dan rakyatnya bergerak maju. Saya berdoa semoga semua rakyat Jakarta merasa senang jika Mas Anies berhasil karena saya yakin, mereka sebenarnya menderita jika Gubernurnya tidak berhasil. Selamat mengemban amanah Mas Anies, selamat menjalani ujian karakter yang sesungguhnya.

Matur nuwun. Salam hormat.
Made Andi

Advertisement

Author: Andi Arsana

I am a lecturer and a full-time student of the universe

One thought on “Ucapan Selamat untuk Mas Anies”

Bagaimana menurut Anda? What do you think?

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: