Tujuh Rahasia Presentasi yang Lebih dari Sekedar Power Point dan Animasi


Setelah menyelesaiakan presentasi, cukup sering ada pertanyaan tentang tips presentasi dari audiens. Ketika bertanya hal ini, umumnya penanya itu fokus pada tayangan presentasi yang baik, warna-warni dan animatif. Presentasi saya memang menggunakan banyak grafik, gambar dan animasi yang mungkin menjadi daya tarik bagi sebagian audiens.

Pertanyaan ini sederhana tapi jawabannya tidak. Presentasi yang baik sebenarnya adalah akumulasi dari kerja keras dan persiapan yang baik dan mungkin panjang. Satu menit presentasi yang baik adalah akumulasi dari kerja yang bisa berjam-jam lamanya. Presentasi, menurut saya, lebih dari sekedar slide yang berkilauan dan animasi yang energik. Presentasi yang baik dalam waktu semenit bisa jadi layaknya bagian dari gunung es yang muncul tapi yang tidak kelihatan sebenarnya jauh lebih besar. Semenit itu adalah puncak dari kerja keras yang sangat lama sebelumnya. Coba perhatikan video satu menit ini. Ini adalah hasil kerja keras berjam-jam. Semua yang terjadi di video ini direncanakan dengan baik. Yang terlihat seperti kecelakaan atau kebetulan tentu dipikirkan dan direncanakan dengan serius.

Berikut ini tujuh hal penting bagi presentasi yang baik:

  1. Membayangkan Presentasi. Sebelum membuat presentasi, saya selalu membayangkan proses presentasinya. Dari mana saya masuk ruangan presentasi, bentuk panggungnya, jumlah dan kondisi (pendidikan, latar belakang pengetahuan, dll) audiensnya. Semakin lengkap informasi yang saya miliki, semakin banyak dukungan yang saya punya ketika menyiapkan presentasi.
  2. Mengutamakan Visualisasi. Menyiapkan tayangan presentasi yang mengutamakan visualisasi, bukan kumpulan teks. Ini terkait dengan kebiasaan saya sendiri yang lebih mudah memahami gambar dibandingkan teks. Masalahnya, seorang presenter memang harus sangat amat paham bahan presentasinya sehingga penayangan gambar saja cukup untuk membuat dia bisa berbicara panjang lebar.
  3. Menyampaikan cerita utuh. Inti dari presentasi adalah cerita yang utuh. Slide atau tayangan adalah alat bantu untuk membuat cerita itu lebih mudah dipahami, lebih dramatis atau menjadi lebih tegas. Tayangan juga bisa menjadi alat untuk membuat bagian-bagian tertentu dari cerita kita menjadi lebih jelas/tajam. Sebagai contoh, isi slide bisa saja berupa satu kalimat kutipan dari seorang tokoh yang sedang kita ceritakan, bisa juga ‘punch line’ yang akan membuat presentasi kita menyentak atau lucu. Presentasi harus tetap bisa dibawakan tanpa slide. Ini menunjukkan bahwa presentasi sudah berbentuk cerita utuh. Jika kamu batal presentasi atau memberi kuliah hanya gara-gara listrik mati dan tidak bisa menayangkan power point, artinya kamu belum menguasai cerita utuh dari presentasi itu.
  4. Dimulai dengan cerita diikuti tayangan. Presentasi yang baik dimulai dengan merancang cerita lalu dilanjutkan dengan membuat tayangan/ visualisasinya, bukan sebaliknya. Sering sekali kita membuka power point dan menghadapi slide kosong lalu berpikir mau membuat apa. Menurut saya ini langkah yang kurang tepat. Kita harus merancang ceritanya dulu baru membuka power point untuk membuat tayangan yang mendukung cerita yang sudah kita buat sebelumnya. Lebih baik lagi jika rancangan cerita itu sudah berupa naskah yang lengkap dari awal sampai akhir. Berdasarkan cerita utuh itu kita bisa membaginya menjadi beberapa slides dan mengisi slide tersebut dengan visualisasi yang tepat.
  5. Menjadi orang awam. Mencoba menjadi orang awam adalah langkah penting dalam merancang dan membawakan presentasi. Jika kita berhasil menjadi orang awam maka kita bisa menyampaikan perkara dengan sistematika yang sederhana dan mudah dipahami. Hal ini terkait dengan urutan penyampaian informasi, penekanan pada poin tertentu, pemilihan kosakata, dan sebagainya.
  6. Berlatih. Kita perlu berlatih untuk menyingkronkan antara cerita verbal dengan visualisasi. Idealnya, presentasinya muncul dalam bentuk cerita yang mengalir dan tayangan slide berjalan dinamis mengikuti alur cerita. Oleh karena itu seorang presenter sebaiknya tahu betul apa yang mau dikatakannya lalu tahu betul kapan saatnya memindahkan slide atau memunculkan suatu obyek tertentu dalam bentuk animasi atau sekedar kemunculan sebuah penjelasan. Sering kali kita melihat presenter memindahkan slide-nya dulu lalu diam beberapa saat sambil melihat slide itu, bahkan ada yang seperti terkejut seakan-anak slide itu sesuatu yang asing. Jika itu terjadi, artinya dia belum menguasai presentasinya. Jika saya belum sempat memahami presentasi saya atau membawakan presentasi yang dibuatkan oleh orang lain, kadang ini juga saya alami. Oleh kerena itu, berlatih itu penting sekali.
  7. Presentasi adalah acting. Seperti acting, yang bagus adalah yang alami. Meskipun kita telah menghafalkan dan berlatih sekuat tenaga, pada akhirnya kita harus tampil alami. Maka dari itu, salah satu tujuan dari latihan yang keras dan sering adalah agar kita bisa tampil alami. Sangat tidak elok kalau kita terlihat menghafalkan kalimat tertentu, apalagi mengucapkanya seperti membaca. Jika demikian, kamu akan terdengar seperti melakukan dialog Sinetron India yang di-dubbing orang Indonesia.

Saya selalu menganggap presentasi itu penting. Sangat penting. Presentasi yang berdurasi lima menit, jika dipersiapkan dan dibawakan dengan baik, akan menghadirkan kesempatan lain yang lebih besar. Rejeki, kesempatan dan bahkan jodoh, bisa jadi hadir karena sebuah presentasi. Jangan abaikan!

Advertisement

Author: Andi Arsana

I am a lecturer and a full-time student of the universe

5 thoughts on “Tujuh Rahasia Presentasi yang Lebih dari Sekedar Power Point dan Animasi”

  1. Sebelumnya terima kasih pak made. Saya juga pecinta presentasi di depan umum, Alhamfulillah sudah meyakinkan. Dan dari pengalaman, saya secara intuitif sudah bergerak dg sendirinya mengikuti alur mulai pembuatan materi hingga show off di depan umum. Tetapi baru kali ini lihat tips sedetail dan sekomplit ini. Dan aku mengiyakan semua. Good job, the key is trying.

  2. Saya tertarik dengan poin 5, menjadi orang awam. Saya rasa hal itu tidak hanya berlaku saat membawakan presentasi, tapi juga saat mengajar di kelas. Maksud saya, dengan menjadi orang awam setidaknya kita bisa memahami pemikiran audiens sehingga bisa memberikan penjelasan yang lebih bisa dimengerti dengan maksimal.

Bagaimana menurut Anda? What do you think?

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: