Minggu lalu saya ada di New Delhi, India dalam rangka pertemuan Indonesia-India Eminent Persons Group (II-EPG) yang kedua. Dari sekian banyak hal yang terjadi, saya secara khusus memetik pelajaran dari Pak Dino Patti Djalal tentang teknik diplomasi. Saya sudah mengagumi Pak Dino sejak lama dan belajar banyak hal dari caranya berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Sebagai orang Teknik Geodesi yang tidak belajar diplomasi secara formal, pertemuan dengan orang-orang seperti Pak Dino menjadi ajang belajar yang sangat baik.
Pak Dino selalu berhasil memasukkan kelucuan dalam komunikasinya, meskipun itu dalam forum yang formal dan serius. Saya menyebutnya diplomasi jenaka. Tentu saja Pak Dino sempat mengeluarkan lelucon untuk ‘merendahkan’ dirinya sendiri seperti yang sering diucapkannya di banyak forum. Dalam cerita itu, konon Pak Dino punya sopir yang keren dan gagah ketika menjadi Dubes RI untuk Amerika Serikat. Saking gagahnya sopirnya itu, Pak Dino sering mendapat masalah. “Jika ada tamu kehormatan datang”, kataya, “tamu itu akan menyalami sopir saya dan menyerahkan kunci mobil mereka ke saya” dan meledaklah tawa semua orang yang mendengar.
Ketika memberi laporan kepada salah seorang pejabat tinggi Kementerian Luar Negeri India, Pak Dino juga menyelipkan kelakar. “Di awal, kami begitu serius dan saling jaga image”, katanya, “tapi di hari kedua semua orang santai dan bahkan kami segera melepas dan melempar dasi masing-masing, saking rileks dan dekatnya.” Pak Dino ingin menyampaikan bahwa negoasiasi dan diplomasi ini adalah antara dua sahabat dekat yang kadang mengabaikan sekat-sekat formal demi tercapainya tujuan yang lebih bensar. Ibu pejabat tinggi yang mendengar kelakar itu spontan tertawa dan suasana menjadi cair. Diplomasi jenaka yang menawan.
Saat jamuan makan siang, kelakar serupa juga disajikan. Saat Pak Dino ingin menambah makanan, dia memanggil pelayan dan berkata “tolong bawakan beberapa potong ayam, Duta Besar Biren Nanda sepertinya masih perlu tambahan” sambil mengedipkan matanya ke Duta Besar Bieren Nanda, Ketua EPG India. Aksi jenaka ini tentu saja mengundang tawa semua orang karena Pak Dino mengucapkannya dengan volume suara yang sengaja dikeraskan. Pak Dino dengan percaya diri menjadikan mitra diplomasinya sebagai ‘bulan-bulanan’ kelakar. Dia menuduh orang lain yang ingin tambahan ayam padahal dia sendiri yang berminat. Kelakar yang sederhana itu tentu mudah dipahami semua orang dan tidak ada satupun yang tersinggung. Saat jamuan sudah selesai dan semua orang bersiap-siap beranjak, Pak Dino tiba-tiba berkata “I think I need my third plate, can we stay longer so I can have another round?” yang segera disambut gelak tawa anggota delegasi kedua negara. Diplomasi jenaka memang mencairkan suasana.
Pada saat bertemu salah seorang menteri India, pak menteri memulai sambutannya dengan mengatakan “harusnya saya menyalami satu-satu tetapi mejanya terlalu besar sehingga saya tidak bisa meraih tangan Anda” sambil memasang wajah jenaka namun cerdas dan professional. Merespon itu, Pak Dino tidak kalah jenaka ketika memberi sambutan balasan “since we cannot shake hands, Let me give you an air hug” katanya sambil memeragakan tangan memeluk dari jauh. “My son always gives me air hugs” katanya melanjutkan dan itu membuat suasana yang terancam kaku itu menjadi cair. Diplomasi jenaka memang melunakkan kekakuan.
Saya belajar, kunci dari diplomasi jenaka adalah keberanian mengolok-olok diri sendiri sebelum melibatkan orang lain. Lelucon tentang kekonyolan sendiri selalu aman dijadikan pembuka. Pak Dino memahami betul hal ini. Kedua, lelucon sebaiknya selfie alias melibatkan diri sendiri, baik itu pengalaman sendiri atau sesuatu yang disaksikan sendiri, bukan lelucon generik yang hanya dibaca di buku atau ditonton di TV. Ketiga, keseriusan memuji dan menghargai harus ditunjukkan di depan sehingga lelucon atau kelakar di kesempatan berikutnya hanya menjadi bunga. Kelakar yang berisi ‘godaan’ atau bahkan ‘hinaan’ di kesempatan berikutnya tidak akan berakibat fatal karena sikap penghormatan dan penghargaan sudah ditegaskan di awal. Diplomas jenaka, jika disajikan dengan tepat, bisa menjadi diplomasi yang efektif.
Background story.
Saya diberi amanah oleh Pemerintah RI untuk menjadi anggota Indonesia-India Eminent Persons Group (IIEPG) bersama Pak Dino P. Djalal, Meidyatama Suryodiningrat (Dirut Antara), Prof. Wiendu Nuryanti (mantan Wamendikbud, dan Ibu Shinta Kamdani (Kadin Pusat). Di sisi India juga ada lima anggota IIEPG yang kemudian menjadi counterparts kami. Anggpta IIEPG bertugas memberi rekomendasi strategis kepada pemerintah kedua negara perihal peningkatan hubungan bilateral.
Jadi ingat lelucon “nama saya ‘saya terbuat’–I Made…” dengan animasi yang kocak itu hahaha. Selalu seru baca kisah Bli Andi…
Hehe.. siap Mas. Wah senang dikunjungi. Apa kabar Mas?