Kuliahmu tidak popular dan tidak nyambung dengan orang lain?


Jumat 15 Januari 2016, UGM kedatangan tamu dari sebuah perusahaan terkemuka dari Singapura. Karena bertepatan dengan saat Jumatan, saya satu-satunya orang yang bisa menyambut dan melayani tamu itu. Delegasi yang terdiri dari 8 orang itu berasal dari sebuah perusahaan investasi dan keuangan terkemuka. Pendiri sekaligus CEO-nya menjelaskan dengan sangat meyakinkan.

Paul adalah salah satu anggota delegasi yang terlihat paling muda. Dari gaya bicaranya, saya teryakinkan dia cerdas dan sangat professional. Usianya jelas belum menyentuh 30 tahun namun terlihat dia menguasai apa yang dilakukannya. Dia juga menaruh perhatian kepada pihak lain dengan baik.

Dalam suatu kesempatan, Paul menceritakan tentang pendidikannya. Dari situ juga saya tahu bahwa Paul adalah putra dari CEO perusahaan yang sedang berkunjung itu. Dengan kata lain, ada ayah dan anak di ruangan itu. Menariknya, Paul tidak terlihat canggung ketika bercerita, tidak juga terlihat ada di bawah baying-bayang ayahnya yang begitu hebat di ruangan itu. Paul bercerita dengan ringan, semangat dan tanpa beban.

“Ayah saya seorang yang menekuni keuangan. Saya kira akan diarahkan untuk belajar keuangan. Ternyata tidak demikian, saya justru diminta mempelajari hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan keuangan.” Menjawab tantangan itu, Paul lalu memilih jurusan Kriminologi. Sesuatu yang sama sekali tidak terkait dengan keuangan. Setidaknya demikian yang dia pahami ketika memulai kuliahnya di sebuah universitas di Australia.

Mempelajari sesuatu yang benar-benar berbeda dengan orang tuanya membuat Paul bebas berekspresi dan terutama tidak berada di bawah bayang-bayang orang tuanya. Dia tidak perlu memaksa dirinya untuk lebih baik soal keuangan dibandingkan ayahnya toh dia tidak belajar bidang ilmu itu. Di sisi lain, dia justru bisa ‘pamer’ dan ‘gaya’ soal kriminologi di depan ayahnya karena dia jelas lebih pintar soal itu. Tentu saja, karena ayahnya seorang ahli keuangan.

Dalam percakapan santai dengan ayahnya, Paul merasa terjadi interaksi saling mengisi, lagi-lagi karena keduanya memiliki keahlian berbeda. Tentu bisa dibayangkan, Paul akan dengan mudah didikte ayahnya jika saja dia belajar keuangan karena ayahnya selalu akan lebih pitar dan lebih berpengalaman darinya. Percakapan egaliter dan saling mengisi itulah yang kemudian membuat seorang Paul bisa berekspresi bebas tanpa beban dan menjadi seorang ‘ahli’ di depan ayahnya soal bidang ilmu yang dipelajarinya. Cara komunikasi seperti ini membuat Paul bisa mengeluarkan kemampuan maksimalnya dan rupanya itu menarik perhatian ayahnya. Singkat cerita, interaksi dua orang dengan dua keahlian yang benar-benar berbeda itulah yang akhirnya melahirkan sebuah pendekatan baru dalam ilmu keuangan yang kini menjadi andalan perusahaan mereka. Itu adalah perpaduan ilmu dan pengalaman keuangan ayah Paul dan ilmu kriminologi yang Paul pelajari selama ini. Penemuan itu merupakan penerapan prinsip-prinsip tertentu dalam kriminologi untuk aplikasi keuangan dan telah mendapat pengakuan dari pihak terpercaya.
Mengakhiri ceritanya, Paul mengatakan “never underestimate one discipline, it does not matter how different it is compared to your discipline”. Dia melanjutkan, kalau saja dulu saya belajar keuangan juga, mungkin kami tidak akan menemukan sebuah pendekatan yang bagus seperi sekarang ini. Bagi Paul, bidang yang kita pelajari bisa saja tidak popular, tidak umum dan terkesan tidak nyambung dengan bidang orang lain tetapi jika kita membuka diri dalam pergaulan, bidang itu bisa jadi menjadi komponen penting sebuah kolaborasi yang menghasilkan sebuah kejutan besar.

Ketika saya menyalaminya untuk inspirasi yang diceritakan, Paul mengatakan “Andi, I am glad that you told us about GIS and geospatial science when you explain your expertise. I know it is really powerful; I was using GIS too when I joined the military service in my country. I am still using the principles of geospatial approach in my works nowadays.” Saya tertegun. Di tangan Paul yang positif dan terbuka, semua ilmu menjadi indah dan berdayaguna.

Author: Andi Arsana

I am a lecturer and a full-time student of the universe

11 thoughts on “Kuliahmu tidak popular dan tidak nyambung dengan orang lain?”

  1. setuju ! tidak ada ilmu yang tidak memberi manfaat. semua ilmu saling melengkapi. tapi kalau di Indonesia yang laris ya jurusan-jurusan mainstream yang sekiranya gampang dapet kerja. sedih ya.

  2. sangat bagus dan menginspirasi, apa boleh ijin re-blog Mas / Pak Andi?
    salam kenal sebelumnya, saya djiwandou, mahasiswa dan praktisi di bidang systems engineering management ^_^

Leave a reply to dee Cancel reply