Time flies when we are having fun, kata pepatah. Ternyata tidak saja ketika kita bersenang senang, waktu memang cepat sekali berlalu dan meninggalkan mereka yang mudah terlena. Kapan saja, saat melakukan apa saja. Tidak peduli! Ini juga yang saya rasakan dalam beberapa tahun terakhir ini. Waktu cepat sekali berlalu dan banyak perubahan drastis terjadi.
Suatu kali saya memimpin sebuah rapat penting, menghadirkan peneliti terkemuka dari belahan dunia lain yang berkunjung ke UGM. Yang juga hadir sebagai peserta rapat adalah seorang lelaki yang bagi saya begitu istimewa. Lelaki itulah, sekitar 19 tahun yang lalu ‘memungut’ saya sebagai ‘anak angkat’ ketika saya datang pertama kali ke Jogja sebagai calon mahasiswa UGM. Saya tidak akan pernah lupa beliau menjemput saya di terminal Umbul Harjo subuh-subuh dan mendapati seorang anak muda kampung yang tergagap-gagap datang ke Kota Pelajar Yogyakarta. Keramahan dan kepedulian yang tinggi membuat saya merasakan kenyamanan dan bahkan kemewahan meskipun mobilnya sederhana.
Sore itu, 19 tahun kemudian, ketika saya memimpin rapat dan menjelaskan sesuatu, beliau adalah orang yang sama. Antusias, penuh penghargaan dan sarat perhatian. Dari cara menganggukkan kepala dan raut wajahnya yang ditampilkannya, nampak jelas beliau menaruh respek yang tinggi. Saya tidak jauh berbeda dengan 19 tahun lalu, tetap saja seorang anak kampung yang menaruh kagum dan hormat pada lelaki itu. Kagum saya kini berlipat-lipat karena lelaki itu memperlakukan saya dengan penghargaan yang sama, baik ketika saya dijemputnya di Umbul Harjo di suatu pagi buta maupun ketika saya memimpin rapat penting.
Waktu memang berjalan begitu cepat. Seorang mungkin sangat lemah dan memerlukan belas kasihan di suatu ketika namun dalam ‘sekejap’ dia bisa saja memiliki kekuatan untuk menentukan sebagian dari jalan hidup kita. Lelaki ini bisa memandang saya dengan anggukan kepala tanpa risih dan tidak canggung ketika saya memimpin sebuah rapat yang dihadirinya karena tidak sekalipun ditunjukkannya sikap meremehkan sejak 19 tahun silam. Maka saya ingin sekali belajar pada lelaki bijaksana ini, yang menaruh hormat dan penghargaan tinggi tanpa syarat kepada orang-orang yang dijumpainya. Lintas waktu, lintas generasi. Lelaki demikian, yang telah menebar hormat di sepanjang jalan akan menuai kagum di sepanjang waktu.
Terima kasih atas tulisan sarat maknanya, Pak. Salam blogger!
Sama2 🙂
Aku membayangkan tadinya di akhir tulisan ada kalimat semacam ini, “oh ya, perkenalkan, lelaki sederhana itu….” *lantas menyebutkan nama salah satu tokoh nasional yang banyak dikenal orang* 🙂
Tulisan yang bagus pak dosen 🙂
🙂 beda dg yg dibayangkan ya … Style saya menulis memang berganti3 🙂