Berbagi rejeki


Kami sekeluarga menikmati suasana Gembira Loka, kebun binatang tenar di Jogja, sore tadi. Selespas menjelajahi hampir semua kawasan dan menikmati hampir semua jenis satwa yang ada, kami mampir di sebuah warung untuk berbelanja. Lita memilih makanan ringan dan saya memesan segelas es teh untuk diminum bersama Asti. Yang agak mengganggu pikiran saya, ada warung serupa yang menempel di sebelah warung tempat kami berbelanja. Saya perhatikan ibu penjaganya sudah agak tua dan matanya berharap-harap agar kami juga berbelanja di warungnya. Ada perasaan gundah gulana.

Selepas berbelanja, saya melangkah ragu hendak meninggalkan warung. “Ayah kasihan ya sama ibu itu?” begitu kira-kira Lita berkata spontan seperti menampar saya. Kami berhenti. “Ya, ayah kasihan sama ibu itu. Kita harus berbelanja di tempatnya juga.” Lita seperti sudah bisa menebak apa yang akan terjadi. Tanpa banyak diskusi dia segera melesat menuju warung yang ditunggui perempuan berpandangan harap-harap cemas itu. Saya membekalinya selembar sepuluh ribuan. “Beli teh aja ya” kata saya ketika Lita beranjak pergi. Kami menunggu sambil melihat dari kejauhan. Saya dan Asti melihat Lita melakukan transaksi.

Beberapa menit kemudian Lita sudah datang dengan segelas es teh yang wujudnya sama dengan yang saya pegang. “Yah, ibunya bilang gini ‘wah Nak, kamu baik sekali mau bagi-bagi rejeki sama ibu. Orang lain tidak ada yang mau belanja sama ibu. Makasih ya Nak. Kamu baik sekali’, kasihan ya. Untung kita belanja sama dia.” Mau nangis rasanya saya mendengar laporan Lita. Tuhan memang adil pada umatnya. Sistem ekonomi dan bernegara yang baik juga menjamin kesejahteraan. Namun, rejeki yang diterima oleh seorang warga negara seperti perempuan tua itu, bisa jadi adalah hasil dari sebuah keputusan kecil seorang warga negara biasa lainnya. Rejeki itu tidak selalu terkait dengan pemerintahan yang bersih, apalagi dengan debat calon presiden. Tidak sama sekali.

PS Kejadian ini mengingatkan saya cerita lalu di Borobudur.

Advertisement

Author: Andi Arsana

I am a lecturer and a full-time student of the universe

4 thoughts on “Berbagi rejeki”

  1. “rejeki yang diterima oleh seorang warga negara seperti perempuan tua itu, bisa jadi adalah hasil dari sebuah keputusan kecil seorang warga negara biasa lainnya. Rejeki itu tidak selalu terkait dengan pemerintahan yang bersih, apalagi dengan debat calon presiden. Tidak sama sekali.”

    Mengingatkan saya untuk tidak bergantung pada apapun, termasuk kepada presiden sekalipun. Lebih baik tetap bergantung kepada Tuhan kemudian kepada diri sendiri. Terima kasih, bli 🙂

Bagaimana menurut Anda? What do you think?

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: