
Sore tadi, saya menerima telepon dari seorang sahabat baik. Kami berbicara banyak hal yang penting dan tidak begitu penting. Selalu menyenangan berbicara dengan sahabat baik, apapun topiknya. Di ujung percakapan dia mengucapan “Selamat Natal” dengan sangat ringan tanpa beban. Sambil tertawa renyah sayapun membalas tidak kalah santainya “Selamat Natal juga”. Jika tidak dipikir serius, ucapan ini biasa saja. Dia jadi tidak biasa karena yang mengucapkan adalah seorag Muslim dan diucapan kepada seorang pemeluk Hindu. Tidak satupun dari kami merayakan Natal dalam konteks agama. Meski demikian kami tentu saja menikmati libur natal dan akhir tahun karena sama-sama berada di Australia.
Dalam percakapan ringan itu kami akhirnya berkelakar tentang ucapan itu karena sama-sama sadar tidak satupun dari kami merayakannya. Saya bahkan sempat bergurau, Natal memang bisa jadi titik aman bagi seorang Muslim dan Hindu untuk bertemu. Kawan saya pun tertawa dan kami akhirnya tergelak. Identitas agama, dalam titik tertentu melebur dalam sebuah nilai universal bernama cinta. Seperti kata kawan baik saya ini, all prophets are singers who sing the same song written by God. They just sing it differently. Maka ucapan Natal tidak pernah salah alamat karena damai natal boleh dinikmati seorang Hindu yang membuka dirinya. Selamat Natal kawan 🙂
Hehe,pernah salah juga ya dulu.. Halo andi, miss u all guys.. Kalo aku berarti menunggu ucapan darimu ya.. Hehe
Selamat Natal ya tante 🙂
Amazing,
Patut dijadikan contoh dan panutan,
Seperti kata almarhum mantan presiden RI Ki Haji Abdurahman Wahid , apapun agama kalian jika kalian bs baik dengan orang tak akan ada yg menanyakan apa agama kalian,
Sungguh luar biasa pak andi,
Terima kasih Pande 🙂
Saya rasa, seluruh umat pasti merayakan natal, Bli. 🙂 Sebagaimana seluruh umat dan agama di Bali, merayakan NYEPI. Indahnya kebersamaan.
Amen to that 🙂 Pandangan yg menarik.
Saya senang membaca masih ada yang saling mengucapkan selamat hari raya antar umat beragama. Yang saya prihatin beberapa tahun belakangan ini adalah munculnya ke-“engganan” untuk mengucapkan selamat hari raya ke teman yang berbeda agama karena hal itu dianggap “mengakui” kebenaran nabi/ajaran agama yang berbeda itu. Sungguh memprihatinkan.
Sama halnya seperti terjadi di negara barat juga, sekarang ini ucapan “Merry Christmas” harus diucapkan dengan hati-hati sebab akan menyinggung orang2 yang atheis, sebagai gantinya diucapkanlah “Happy Holidays”.
Untuk itu dengan ini saya ucapkan Selamat Natal, Selamat Idul Fitri, Selamat Nyepi, Selamat Waisak, dan Selamat hari raya semuanya tanpa kecuali, demi kerukunan dan kedamaian dunia.
Suksma 🙂
Hal yg sama, kali ini dengan pelaku yang berbeda, baru saja terjadi pagi ini, di rumah ini.. 😉
Subhan Zein
hawa hawa natal di australia gimana ya pak andi?
Cukup meriah, hanya saja tanpa salju karena sedang musim panas 🙂