Mahasiswa Aktivis


https://i0.wp.com/2.bp.blogspot.com/-dINNJW_kANc/T8QIAuOvpvI/AAAAAAAAAWU/tuctcHzsgKc/s1600/5f35a150705e472d62787025055ae472_1.jpg
dari: mjalaluddinjabbar.blogspot.com

Semua mata memandang takjub. Genjo tidak berkedip menyimak pemaparan Bondan yang cerdas berapi-api. Gerakan tangannya dan pemilihan kata yang nyaris sempurna membuatnya bisa memukau puluhan hadirin di ruangan itu. Genjo yang tidak mengerti politik hanya bisa diam tapi pikiran dangkalnya bisa memahami apa yang meluncur dari mulut Bondan. Bondan memang lihai memintal kata-kata menjadi kalimat yang kemudian mengalir menjadi kisah yang melenakan.

“Inti dari kegagalan bangsa kita adalah tidak adanya usaha sungguh-sungguh dari mereka yang memegang kekuasaan. Negeri kita dibangun dengan pendekatan tambal sulam tanpa perencanaan yang matang. Kita minim negarawan, yang ada hanya para oportunis yang mencari celah-celah untuk menguntungkan pribadinya. Mereka pada akhirnya tidak pernah ingat kepada rakyat yang membawa mereka pada tampuk kekuasaan” Hadirin terpesona dengan pemaparan Bondan yang begitu jelas, tegas dan tanpa tedeng aling-aling. Nampak jelas, dia juga mengetahui banyak apa yang terjadi di pemerintahan. Sementara itu Genjo kian terpesona. Usia Bondan tidak lebih tua darinya tetapi Genjo mengakui bahwa Bondan memang luar biasa.

“Kita memerlukan orang-orang yang mau bekerja keras untuk kepentingan rakyat, bukan bekerja untuk kepentingan partai dan golongannya. Kita memerlukan orang yang rela menghabiskan waktunya untuk memperjuangkan kesejahteraan rakyat dan serius menjalankan program yang sudah dijanjikannya saat kampanye. Kita memerlukan pemimpin kreatif yang tidak hanya menjalankan “business as usual” dan minim kreativitas. Kita memerlukan pemimpin yang tidak sekedar menyalin apa yang dilakukan pendahulunya tetapi berani menelorkan sesuatu yang baru meskipun itu kontroversial. Kita membutuhkan pemimpin yang berani menorehkan sejarah.”

Hadirin bertepuk tangan meyambut bagian akhir dari pemaparan Bondan. Sebagai salah satu mahasiswa Indonesia di luar negeri, dia adalah seorang model ideal: muda, idealis, peduli pada bangsa dan cerdas dalam berekspresi.

Genjo masih terkesima dan pikirannya melayang ketika seseorang mendekatinya. Bondan yang memukau itu sudah ada di depannya.

“Genjo, kamu sudah mengambil mata kulaih Leadership in Democracy kan?”

“Sudah” jawab Genjo singkat agak terbata.

“Boleh aku minta file tugas makalahmu tahun lalu nggak?” Masih bingung, Genjo bertanya gamang.

“Boleh aja, untuk apa Ndan?” tentu saja Genjo merasa teranjung, makalahnya diminta seorang Bondan.

“Aku harus kumpulkan tugasku minggu depan, aku akan pakai makalahmu. Tenang saja, nanti aku ubah dikit lah. Lagipula dosen nggak akan tahu dan kamu kan sudah lulus mata kuliah itu. Aku nggak ada waktu berpikir dan membuat paper baru. Aku yakin, papermu pasti sudah sangat bagus.”

Genjo terdiam sejenak. Tiba-tiba dia teringat lagi dengan istilah-istilah canggih seperti “pendekatan tambal sulam”, “negarawan”, “oportunis”, “bekerja keras”, “pemimpin kreatif”, “business as usual”, dan sabagainya. Pikiran dangkalnya kini tidak bekerja dengan baik dan gagal memahami semua itu.

Advertisement

Author: Andi Arsana

I am a lecturer and a full-time student of the universe

9 thoughts on “Mahasiswa Aktivis”

  1. What a timely post, with good moral, and good development of the characters too. Well done. 🙂

    I am reading ‘Prophet: The Life and Times of Kahlil Gibran’ by Robin Waterfield and am flabbergasted by the idea of Gibran being a false alarm, a modern prophet who cannot live to his own precepts. As much as Gibran’s evocative insights seem to be more daring yet do not necessarily validate his own spiritual life and teaching, Bondan’s presumptuous speech embodies both his youth immaturity and hypocrisy that are unfortunately inherent within the characters of many student activists and political leaders.

    A parallel line here is crystal clear. Practice what you preach because.. “Kaburo maqtan ‘indallahi an taqulu ma la taf’alun.” (Most hateful it is with God that you say that which you do not do, QS: 61:3).

    Thank you for the reminder. Many blessings and much love to you.

    Subhan Zein

  2. hahaha…,very funny! ini juga gambaran sebagian besar para mahasiswa aktivis kita di Indonesia.Retorika hebat dengan berbagai jargon yang “uptodate” tapi kadang tidak memahami maknanya.

  3. Hidup genjo….

    yang sebenarnya aktifis adalah Genjo, karena dia masih menggunakan otaknya untuk berfikir ttg isi pidato si Bondan.

    Kalo bondan, emang nggak ada pikiran, mahasiswa kebanyakan.. hahaha

  4. Salam,
    Bondan dan Bondan2 lain, semasa kuliah jadi aktivis ‘hebat’. menjelang sarjana bergabung dgn parpol, organisasi sayap parpol,atau organisasi kepemudaan yang berafiliasi dengan parpol. tamat sarjana jadi anggota dewan. ketika jadi anggota dewan, korupsi dsb. generasi aktivis mahasiswa di kampus2 muncul lagi, begitu seterusnya dan seterusnya. So, sebenarnya aktivis sejati yang membwa idealismenya hingga akhir hayat itu hanya dongeng. semasa mahasiswa idealis, begitu tamat, pragmatis juga!

Bagaimana menurut Anda? What do you think?

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: