Sahabat sekalian,
Kata ‘maaf’ ini paling mudah diasosiasikan, salah satunya, dengan Mpok Minah di Bajaj Bajuri. Sudah lama aku percaya bahwa minta maaf adalah salah satu dari beberapa hal yang tidak mudah dilakukan. Anggapan ini berubah setelah aku berkenalan dengan Mpok Minah. Mudah sekali untuk minta maaf ternyata. Jangankan setelah melakukan kesalahan, sebelum melakukan apa-apa pun ternyata kita bisa minta maaf. Maaf ya, bagi yang tidak paham, silakan nonton dulu. Bagi yang punya hobi ilmiah, jangan terkejut kalau maaf-nya Mpok Minah sudah jadi skripsi/tesis. 🙂
Maaf yang dimaksud di tulisan ini tentunya bukan maaf-nya Mpok Minah. Bukan juga maaf yang tertempel di pintu kelurahan yang diteruskan dengan kalimat “tidak menerima sumbangan dalam bentuk apapun” karena maaf yang demikian sesungguhnya diilhami oleh penolakan bukan pengampunan. Maaf ini juga tak seperti maaf-nya Ungu, walaupun tanpa kausadari, aku kadang menduakan cintamu 🙂 Maaf ini seperti maaf-nya Iwan Fals kepada ibunya. Maaf yang mendalam, yang disesali dan berharap tak mengulangi kesalahan, meski berharap akan berjumpa Ramadhan di tahun mendatang.
Semoga maaf ini tak seperti maaf-nya Si Malin Kundang yang tak sempat diucapkannya hingga terbujur kaku menjadi batu. Selamat Idul Fitri 1433 H untuk kawan-kawan yang merayakan. Mari saling memaafkan atas segala kesalahan.
Sesungguhnya memaafkan itu dimulai sejak niat Bli Andi, again nice post. Terima kasih ucapannya 🙂
Terima kasih Mas Riza 🙂 Kosong-kosong ya 🙂
Isi sebuah tulisan memang mencerminkan seluas apa pengetahuan penulisnya. Hope someday I will be able to write as well as you, Pak Andi.