Saya penah dihubungi seseorang dari Jakarta. Beliau memerlukan bantuan karena putranya akan bersekolah di Wollongong. Seperti biasa, sayapun membantu sebisanya dengan informasi yang saya punya. Yang cukup mengejutkan adalah ketika beliau tiba di Wollongong. Sepertinya hafal dengan semua jalan dan lingkungan, padahal baru pertama kali ke Wollongong. Ketika saya tanya, ternyata beliau sudah melakukan kunjungan virtual dengan Google Maps sebelum kunjungan sebenarnya. Saya menyebut orang-orang seperti ini sebagai “pengembara geospasial”, mereka yang melakukan perjalanan dengan persiapan geospasial yang matang. Peta adalah andalan mereka.
Dengan adanya Google Maps dan Google Earth saat ini, peta bukan lagi barang sulit. Peta kini jadi milik semua orang karena penggunaannya sangat mudah. Kalau saya memakai kata “mudah” dalam menggunakan peta, akan ada saja yang tersenyum getir. Memang ada sebagian dari mereka yang menerima begitu saja doktrin “women can’t read maps”, misalnya. Bahkan untuk mereka yang demikian, Google Maps sebenarnya masih tergolong mudah digunakan.
Jika Anda Akan berkunjung ke suatu tempat baru, saya sarankan kunjungilah Google Maps terlebih dahulu. Saya akan tunjukkan caranya jadi pengembara geospasial yang mau berkunjung ke tempat baru. Misalnya saya berencana ke Taiwan untuk pertama kalinya. Tujuannya untuk presentasi di National Taiwan Normal University – NTNU (I know what you think! Tidak ada universitas abnormal di sana). Langkah-langkahnya saya tulis setelah video ilustrasi ini.
- Saya kunjungi website NTNU. Tentu saja lewat bantuan Google. Ternyata ada versi Bahasa Indonesia juga.
- Saya cari peta kampus. Di abad 21 ini, kalau ada kampus yang belum punya peta, itu namanya TERLALU, kata Bang Roma.
- Saya kunjungi Google Maps dan cari NTNU di sana. Tidak sulit mencarinya. Jangan lupa aktifkan label Bahasa Inggris jika Anda tidak mengerti Bahasa Mandarin. Gunakan ikon di pojok kanan atas peta.
- Dengan Google Street View saya coba menjelajah kampus, termasuk mengelilingi lapangan olahraga yang ada di sana. Saya juga berkeliling di sekitar kampus dengan Google Street. Tentu saja dicocokkan dengan peta kampus yang disdiakan di websitenya. Dengan demikian, saya membuka beberapa jendela/window sekaligus.
- Setelah familiar dengan kampus, saya zoom out Google Maps, mencari tempat2 yang menarik di sekitar sana. Jika punya waktu, saya bisa berjalan-jalan keliling kota dengan Google Maps dan Google Street View. Sangat menyenangkan. Saya sempatkan mengenal tempat-tempat yang umum dijumpai.
- Selanjutnya saya cari lokasi Bandara di Taiwan (sesuaikan dengan tiket jika sudah beli) dan tentukan arahnya ke NTNU. Google Maps juga memberikan informasi kendaraan umum yang bisa dipakai, lengkap dengan petunjuk stasiun, jalur dan waktunya. Perhatikan stasiun tempat naik lalu tempat turun. Perhatikan juga apakah harus ganti kendaraan dan di stasiun apa ganti kendaraannya.
- Jika mau mengetahui pemandangan di sepanjang jalan, saya bisa ikuti jalur perjalanan itu dengan Google Street View atau setidaknya pilih beberapa titik untuk diamati dengan Google Street View.
- Saya perhatikan stasiun terakhir dekat NTNU dan menelusuri jalur yang akan ditempuh dengan jalan kaki dari stasiun.
- Jika punya banyak waktu, Anda bisa menghabiskan waktu seharian mengembara secara virtual dengan Google Maps sehinga benar-benar hafal.
- Saat berkunjung ke Taiwan nanti, tentu saja saya akan juga menggunakan alat bantu navigasi seperti GPS. Google Maps di iPhone yg GPS-enabled tentu saja cukup untuk memandu.
Dengan Google Maps, semua lebih mudah dibayangkan. Siapkah Anda jadi pengembara geospasial?
Sangat setuju Mas, melongok google maps saya lakukan sebelum perjalanan ke tempat yang belum pernah saya datangi sangat membantu untuk meningkatkan ke-PD-an bepergian sendiri dan bisa ngirit ongkos perjalanan hem…kalo diikuti mencari tips trik menuju lokasi…dan saya termasuk golongan yang tidak percaya “women can’t read maps”
Aha! Agree, ada banyak men yg cant read maps sih 🙂