
Orang bijak mengajarkan, tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Yang ada adalah serangkaian kejadian yang keterkaitannya seringkali tidak atau belum kita pahami. Saya pernah mengalami beberapa kejadian yang sulit untuk dikatakan bukan sebagai kebetulan.
Suatu hari di akhir tahun 2011 saya sedang liburan di Bali sama Asti dan Lita, istri dan anak saya. Suatu sore kami berkunjung ke rumah nenek, ibu dari ibu saya. Sudah menjadi tradisi, kami berkunjung ke rumah saudara di beberapa rumah. Saat asik berbincang-bincang ringan tiba-tiba terdengar telepon berdering dari kamar tamu. Sore itu kami duduk di teras rumah sambil ngobrol. Salah seorang bibi saya bergegas menjawab telepon tersebut. Saya tidak mengikuti pembicaraannya dengan seksama meskipun samar-samar terdengar. Yang saya tangkap adalah bibi saya ini berbicara dengan orang asing dengan nada yang sopan, meggunakan Bahasa Bali halus. Beberapa saat kemudian dia tergesa keluar dan menyerahkan telepon itu pada saya. “Ada yang mau bicara” katanya dengan nada agak ragu-ragu. Saya tentu saja terkejut. Dengan pandangan mata ragu dan gerakan tidak yakin saya menyambut telepon itu. Jika Anda tidak sadar mengapa saya ragu-ragu, saya sarankan membaca ulang paragraf ini, terutama konteks saya di Bali yang sedang liburan dan bahwa saya ada di rumah itu dalam rangka berkunjung.
Saat saya mengatakan halo dengan ragu-ragu, suara di seberang terdengar sangat familiar, menyapa saya dengan santai seperti tidak mengerti dengan kebingungan saya. Ternyata suara itu milik seorang kawan, teman SMA yang juga teman kuliah ketika di UGM. Pertanyaannya, mengapa dia menelpon saya ke nomor tersebut? Kami sudah tiga tahunan tidak bertemu. Bagaimana dia tahu saya sedang berkunjung ke rumah itu? Seribu pertanyaan datang. Usut punya usut, ternyata telepon itu adalah telepon yang dihibahkan oleh Ibu saya pada bibi dan telepon itu memang pernah saya pakai sekitar 2 atau 3 tahun lalu ketika berlibur ke Bali. Nomor yang digunakan masih sama. Rupanya saat itu saya pernah menggunakan telepon itu untuk menghubungi teman saya. Rupanya dia masih menyimpan nomor itu dan mencoba menghubungi saya karena tahu saya sedang di Bali. Dia menelpon saya sore itu untuk merancang sebuah reuni yang cukup penting setelah beberapa tahun tidak bertemu. Bagaimana saya harus menjelaskan kejadian tidak lazim itu?
Sekitar dua tahun lalu, saya baru saja menyelesaikan tugas di kampus di University of Wollongong. Saya berjalan menuju tempat parkir untuk mengambil mobil yang sudah diparkir seharian. Tadi pagi saat datang ke parkiran ini, suasana masih sepi. Kini saya pulang, keadaan sudah sepi lagi. Dari kejauhan saya melihat ada beberapa mobil saja yang berada agak jauh dari mobil saya. Samar-samar saya melihat sebuah benda hitam tergeletak di samping mobil saya dekat pintu sopir. Saya merasa benda itu tidak begitu lazim ada di sana. Setelah agak dekat, saya menyadari bahwa benda itu adalah sebuah iPhone. Saya berpikir siapa yang meninggalkan iPhone itu di sana? Pastilah pemiliknya tengah kebingungan karena merasa kehilangan, saya menduga. Setelah dekat sayapun memungut benda itu dan ada perasaan aneh. Beberapa saat saya tidak sadar apa makna perasaan aneh itu. Akhirnya saya menyadari iPhone itu tidak asing di mata saya. Tiba-tiba di pikiran saya berkecamuk satu hal. Belum lagi saya sadari perihal itu, tangan saya sudah membuka kulit penutup iPhone itu dan menyadari satu hal. Iphone itu adalah milik saya yang berarti sudah seharian nangkring di samping mobil saya. Di lapangan parkir yang rame itu, tidak mudah membayangkan bahwa benda aneh itu tidak terlihat oleh seorangpun sehingga bertahan di tempatnya lebih dari delapan jam. Tidak mudah memahami ini tetapi telah berhasil memotivasi saya mengembalikan sebuah HP Samsung Galaxy S II yang saya temukan tergeletak di kereta.
Di kesempatan lain saya mengalami suatu hal yang mengundang tanya. Saya tergesa berangkat ke kampus karena waktu sudah mepet. Mengingat sifat saya yang pelupa, saya membiasakan merangkai kunci pintu dalam kalung sehingga terbawa ke mana. Pagi itu sama halnya, saya mengalungkan kunci pintu saya di leher dengan kalung berwarna biru. Kalung itu saya dapat dari tanda pengenal sebuah konferensi yang saya ikuti beberapa waktu lalu. Saat keluar dari rumah, saya baru sadar ada yang tertinggal di sofa. Sayapun menyondongkan badan saya agar masuk ke dalam rumah dan bisa mengambil barang di sofa yang tidak jauh dari pintu. Hanya badan saya yang masuk, kaki saya tetap di luar. Karena tubuh saya condong maka kalung saya berjuntai dengan kunci rumah pada ujungnya. Setelah mengambil benda itu, sayapun menegakkan badan menariknya ke luar dan secara reflek menutup pintu. Apa yang terjadi? Pintu tertutup sempurna dan ternya kunci saya yang berjuntai tadi tidak cukup cepat mengikuti gerakan tubuh saya. Dia berayun sedemikian rupa tetapi masih di dalam ketika pintu tertutup. Saya terpaku. Pertama karena kalung saya sebagian terjepit di dalam, terutama kuncinya. Kedua karena rasa takjub atas kejadian yang sangat amat tidak lazim itu.
Masih untung saya bisa melepaskan kepala saya dari kalung itu untuk mulai berpikir bagaimana mengatasi persoalan itu. Masih untung kunci mobil tidak ikut terpenjara sehingga tanpa berpikir panjang sayapun melaju dengan mobil menuju agen properti tempat saya menyewa rumah itu. Masalah itu bisa diatasi dengan cepat karena mereka bersedia meminjami kunci duplikat. Pertanyaannya, bagaimana hal tidak lazim ini terjadi? Tentu saja semua kejadian tidak umum ini bukan kebetulan belaka, hanya tidak mudah mencari keterkaitan dan makna yang disajikannya. Kapan terakhir kali Anda mengalami kejadian tidak umum seperti ini?
Ceritanya menarik, meski kisah tentang iPhone-nya adalah hal yang jamak.
Ohya, Setiga Tidak Mungkin di atas membuat saya mengamatinya beberapa lama, dan membuat kepala saya pening.. 😀
Subhan Zein
Thanks Mas Subhan..
Kebetulan adalah keteraturan dalam ketidakteraturan….heheh. Mungkin seperti itu ya.
banyak makna dari cerita “kebetulan” (dari Iphone smpai Galaxi S2) Bli Andi…sy tidak tahu apa itu bagian ketentuan alam, meminjam istilah Prof.Yohanes Surya–mestakung (semesta mendukung).
salam hangat Bli…
Terima kasih atas informasi tambahannya Mas 🙂