Genjo megadakan reuni, temu kangen dengan teman-temannya sesama lulusan luar negeri. Belum lengkap satu bulan mereka di tanah air, kerinduan sudah memuncak dan mereka memutuskan untuk mengadakan reuni. Isinya sederhana saja, kangen-kangenan sambil mengenang segala kehebatan luar negeri.
“Eh tahu nggak, aku stress sebagai pemakai jalan di Indonesia” Akbar membuka percakapan.
“Kenapa?” Genjo bertanya polos.
“Pemakai jalan di Indonesia gila semua. Ngeri aku. Beda banget sama di Melbourne. Di sini ugal-ugalan semua, bikin kesel!”
“Oh” Genjo berkomentar singkat.
“Tapi ada juga yg aku suka di sini” Akbar menambahkan dengan semangat.
“Apa itu?”
“Di sini mudah menemukan tempat parkir dan murah. Kalau mau jalan setelah parkir juga gampang. Betapapun rame lalu lintas, tukang parkir pasti bisa menghentikan lalu lalang kendaraan. Akibatnya aku bisa berjalan dengan leluasa, tidak perlu menunggu lalu lintas sepi.”
“Oh gitu ya?!” Genjo yang tidak punya mobil mencoba menebak-nebak pengalaman Akbar itu.
“Eh sorry, aku telat tadi. Aku kesel banget tadi di jalan. Kebayang nggak sih, di jalan yang rame banget, tukang parkir seenaknya saja menghentikan lalu lintas karena memberi kesempatan bagi yang parkir di pinggir jalan untuk melaju duluan. Selama perjalanan tadi, mungkin lebih dari 13 kali aku dihentikan tukang parkir. Males banget jadinya!”
“Oh” Genjo kembali berkomentar singkat, tidak mampu menangkap kejanggalan kisah Akbar yang mencintai dan membeci hal yang sama.
hahaha, kalau Genjo adalah tukang parkirnya jadi tambah rame, mas.. 🙂
Itu lulusan luar negeri ya ? Hebat yaa…. hehehehe….