
Antingnya tidak saja di telinga, tetapi juga di hidung. Di panas terik, lelaki itu bertelanjang dada dengan celana yang melorot memperlihatkan sebagian celana dalamnya. Keringatnya mengucur melintasi gambar tato yang melingkar-lingkar di dada hingga punggungnya. Lengannya yang putih juga berhias tato semacam rantai atau kawat berduri yang melilit. Tangan kanannya memegang jepitan dan sibuk membolak-balik daging sapi yang dipanggang di atas kompor BBQ, sementara tangan kirinya memegang sebotol bir merek Tohey yang cukup terkenal di Australia. Mulutnya secara konstan melontarkan berbagai kalimat diselingi tegukan bir yang nampak begitu nikmatnya.
Kalau saja pemandangan ini terjadi di Desa Tegaljadi di Tabanan, kawanku ini sudah layak sekali masuk kategor penjahat, atau setidaknya berandalan. Tapi ini terlihat di sebuah pantai saat hangatnya musim panas di Wollongong, Australia. Semuanya terasa berbeda dan menjadi biasa. Entah bagaimana ceritanya, kami berbicara tentang generasi.
“I don’t know man, kids these days… they are just different!” kata kawan saya ini suatu ketika, mengomentari betapa anak-anak zaman sekarang begitu berbeda. Saya hanya menyimak ketika dia melanjutkan.
“They don’t know how to behave, man. They are just.. you know.. f**king ignorant!” Anak-anak sekarang, kata kawan saya ini, tidak tahu adat dan tidak peduli apa-apa. Tanpa beban, ditumpahkannya semua kekesalannya akan anak-anak zaman sekarang yang begitu buruk di matanya. Sementara itu, peluhnya terus mengalir membasahi badan telanjangnya yang penuh tato. Tangan kirinya secara teratur menghampiri mulutnya menuang teguk demi teguk bir kesukaannya. Tangan kanannya terampil membolak-balik potongan daging dan memastikannya matang sempurna.
Saya mencoba mengingat-ingat, seberapa sering telah mengawali ucapan dengan kalimat “anak zaman sekarang…”
Kadang di beberapa sudut di Bali juga tidak begitu berbeda, pergi matukan & maceki, atau sekadar nongkrong di kafe-kafe yang entah terang benderang atau remang-remang yang kini semakin betebaran.
Saya kadang bertanya-tanya, yang sebenarnya ignorant itu anak muda zaman sekarang, atau masyarakat yang sudah melihatnya demikian tapi membiarkannya saja.
OOT, btw, ejaannya “zaman” kan Bli, bukan “jaman”, sesuai KBBI?
Thanks Cahya atas koreksinya 🙂