
Ada satu kisah menarik yang disampaikan seorang kawan. Di sebuah kantor, katanya terdapat puluhan lelaki. Suatu saat, bos di kantor itu mengumpulkan semua lelaki di gedung itu dan berucap “siapa yang merasa takut dengan istrinya, segera pindah ke sebelah kiri!” Meskipun terdengar aneh, para karyawan mengikuti perintah bos yang terkenal galak itu. Satu per satu, para lelaki itu berpindah ke sebelah kiri. Awalnya ragu-ragu dan malu, akhirnya semakin banyak yang pindah dan lambat laun mereka bergerak mantap ke sebelah kiri. Puluhan lelaki itu berlarian dari sisi kanan ke sisi kiri. Bosnya tentu saja terpana dengan kenyataan itu, ternyata sebagian besar anak buahnya takut kepada istri masing-masing. Sebuah fakta yang baginya tidak terlalu menggembirakan. Di tengah kekecewaannya itu, dia melihat ada satu lelaki tersisa di sisi kanan, duduk dengan tenang. Rupanya ada satu orang yang tidak takut dengan istrinya.
Si bos mendekati lelaki itu dan bertanya. “Saya senang, setidaknya ada satu lelaki di kantor ini yang memenuhi harapan saya” katanya sambil tersenyum kepada karyawan tersebut. “Jadi kamu memang tidak takut pada istrimu?” ada nada kepuasan dalam pertanyaan itu. Dengan agak ragu-ragu, si karyawan menyerahkan telepon genggamnya kepada si bos dan memintanya membaca sebuah SMS. Si bos tertegun melihat sebuah kalimat di layar telepon genggam.
***
Saya punya kawan saat kuliah di Jogja, orang Surabaya yang termasuk dalam kategori ‘preman’ di lingkungan kami. Sebenarnya dia orang baik, hanya gayanya saja yang sedikit liar. Saat itu dia menggunakan motor tua merah yang dicat mengkilat serta di-chrome. Yang juga mantap, rambutnya panjang dan gaya layaknya seorang anak jalanan. Singkat kata, dia salah satu yang paling preman diantara preman kampus. Setidaknya begitu terlihat dari penampilannya. Suatu hari, setelah liburan panjang, teman-teman saya terkesima bukan buatan. Kawan yang preman ini kembali ke kampus setelah berlibur dari Surabaya dengan penampilan klimis, rambut pendek belah samping dan wajah bersih. Saat teman-teman bertanya penuh selidik dia menjawab dengan penghayatan “Ibuku gak seneng sama rambutke je…” Mengharukan sekali sikap kawan preman saya ini.
Tahun 2010, saya duga dunia sudah berubah, ternyata tidak juga. Saya punya kawan dari negeri seberang. Dia muda, pintar, baik hati dan juga ramah. Dia seorang lelaki muda yang jika di Indonesia pasti sudah jadi anggota Pramuka yang teladan. Kami akrab, demikian pula dia dengan kawan-kawan lain dari mancanegara yang satu kampus dengan saya. Suatu saat kami gembira melihat penampilannya yang gaul. Rambutnya diluruskan dan sekilas nampak seperti boy band Hongkong. Penampilan kini berbeda. Pintar, baik hati dan gaul adalah paduan unik, apalagi dia seorang mahasiswa doktor.
Suatu waktu, ketika kembali ke kampus dari berlibur di negerinya kawan ini berubah penampilan. Rambutnya kembali seperti semula layaknya anak baik-baik seperti digambarkan di buku-buku etika anak SD tahun 80an. Ketika ditanya “what happen?” dengan gamang dia menjawab “my mom didn’t like it”. Kami semua terkesima.
***
Di sebuah ruangan kantor mewah, seorang bos sedang menerima telepon:
Bos (B): “Ya Ma, sudah papa lakukan.”
Suara di telepon (S): “Gimana hasilnya? Bener kan seperti dugaan mama?” [nada tinggi]
B: “Ada satu yang bertahan di sebelah kanan.”
S: “Nggak mungkin! Jangan berani-benarinya Papa bohong ya!”
B: “Bener Ma, papa nggak bohong.”
S: “O.. mama tahu! Pasti lelaki itu diancam istrinya supaya tetap bertahan di kanan. Saat papa memberi perintah untuk semua karyawan, pasti lelaki itu langsung konsultasi dengan istrinya lewat HP lalu istrinya memberi perintah yang tidak bisa ditolaknya. Bener kan? Ayo ngaku!”
B: “Ya…” [menjawab lesu]
S: “Tuh kan! Mama bilang juga apa. Tidak ada lelaki yang berani sama istrinya. Makanya jangan sok membantah. Sekarang terbukti kan, semua orang di kantor papa takut istri. Makanya jangan melawan arus!”
B: ya Ma..
***
Banyak lelaki, entah dia jadi anak atau suami, ternyata tunduk pada kaum perempuan. Saya tidak sedang dalam posisi membenarkan atau menyalahkan, tetapi kelakar ini adalah fakta. Maka dari itu, tak heran ketika Maria Portokalos, di film My Big Fat Greek Wedding, berujar ”The man is the head, but the woman is the neck.” Kekuatan kaum perempuan memang niscaya, meski tak sedikit yang berusaha menafikannya. Eh, tahu nggak, istri saya yang menyuruh saya menulis seperti ini.
Wah, lucu sekali akhir tulisannya Pak! 😀
Tapi memang benar, dibalik lelaki yang hebat pasti ada perempuan yang lebih hebat 🙂 Nice story!
Ha ha…, rupanya begitu ya Bli… 🙂
Kira2 begilah Cahya he he he.. tapi jangan takut menikah, karena ada kenikmatan dan kebahagiaan di tengah ‘ketakutan’ itu 🙂
hehee… berhasil membuat saya tersenyum pagi ini… 🙂
thx ya bli… 🙂
gak nyangka wanita bisa punya kekuatan begitu dahsyat
:-p
Meskipun katanya wanita dijajah pria sejak dulu he he he.. tapi ada kala pria bertekuk di bawah kerling wanita 😀
wadawww….. no comment deh 😀
ha ha ha
Mri kita berandai-andai, seandainya kalau punya istri lebih dari satu, maka suami mesti takut pada yang mana? apaka
h equally takut, atau gimana Bli? mohon pencerahannya dari yang sudah berpengalaman xixixixixixixixi
Maaf istri saya cuma satu :))
Bangga juga ya jadi perempuan ):………………
Karena bisa menakut-nakuti suami? :))
haha, jadi ingat quote suami saya, kenapa laki-laki cenderung “membohongi” istrinya adalah untuk menghindari omelan istri – dan ketika “kebohongannya” terbongkar, yang bersangkutan hanya berkomentar “pusing menghadapi wanita. mau jujur salah, nggak jujur lebih salah lagi”, hehee…
Demikianlah perempuan, lebih rumit dari skripsi 🙂
Horee hidup mbaj Asti!! Hihihi…. Eh tp sy srg lho blg k Irfan, mb asti tu cocok bgt ya jadi istrinya mas andi. hihi… salam Utk mb asti ya
Hahaha makasih ya Vita 🙂
Maksudnya cocok ini gmn? Hehehe :))
“Si bos tertegun melihat sebuah kalimat di layar telepon genggam”
yang ini pasti untuk memantik diskusi dengan pembaca… bukan diminta mb asti untuk keep… 🙂 hehehe…