Di sela membuat layangan saya selalu menemani Men Suda, duduk di dekatnya yang tergeletak lemas. Saat tangannya bergerak ringkih, saya ulurkan tangan. Saya tarik selimutnya, atau pindahkan bantalnya atau rapikan sepreinya. Saya menikmati betul pekerjaan itu. Saya betah. Tak ada, di masa seusia itu, yang mengajarkan arti surga pada saya. Belum juga terbayang makna moksa, tak juga pamerih, tak pula ganasnya siksa api neraka. Saya bahkan belum mendengar sadisnya titi ugal-agil yang konon tak mungkin diseberangi oleh arwah penuh dosa. Semua itu tidak saya tahu, tidak juga pernah saya dengar ceramah para cendikia tentang kebaikan. Saya melakukannya benar-benar hanya karena nikmat. Nikmat memindahkan bantal dari satu pojok ke pojok lain, nikmat merapikan selimut agar menutupi kaki Men Suda. Nikmat yang tak terbayar oleh apapun, sekaligus tak dimotivasi oleh segelintirpun iming-iming dan janji-janji.
Saya merindukan lagi bocah itu. Bocah yang memindahkan selimut atau bantal tanpa upah, tanpa iming-iming surga. Saya merindukan lagi ketulusan yang kadang telah saya kubur di bawah tumpukan pamerih dan materi. Saya kangen pada masa yang tak sibuk dengan kalkulasi subakarma dan asubakarma untuk mengkapling-kapling surga. Saya merindukan bisa memberi cinta yang tanpa disadari. Seperti seorang bocah kecil belum genap 10 tahun yang tersenyum puas karena telah memindahkan bantal dan selimut Men Suda, atau sekedar menciptakan senyum pada wajahnya yang tertuang dalam segelas air putih. Selamat Valentine.
Pertama saya tertarik pada judul yang Bli Andi buat, “Cinta Sederhana”. Saya terkadang melihat kembali, dan bertanya “perlukah cinta dinyatakan sebagai sesuatu yang sederhana?” atau “adakah cinta yang kini begitu kompleks?”
Tapi kebanyakan dari kita terkadang terjebak dalam kompleksitas, kita bukan lagi bocah kecil yang berlari kencang di persawahan, tidak peduli lumpur, sungai, parit, kandang sapi dan lain sebagainya untuk mengejar sebuah layangan putus.
Dulu berlarian seperti itu ada rasa bebas yang luar biasa, melihat di sekitar kita juga ada langkah-langkah kecil yang berlari tak kalah kencangnya. Dan senyuman serta tawa pun ikut tergelak bersama langkah-langkah yang semakin dipacu.
Judul tulisan ini juga menunjukkan bahwa saya sudah sedemikian kompleksnya.. kompleks yang mungkin tidak perlu… tidak sederhana lagi…
Makasi pak Andi, sdh mengingatkan makna kasih sayang yang sesungguhnya. Happy valentine’s day..