Tukang Parkir Pasar Sukawati


https://madeandi.wordpress.com/2009/12/17/tukang-parkir-pasar-sukawati/

Pengalaman menyetir di Bali, bagi mereka yang terbiasa mengendarai mobil di negara maju, bisa jadi luar biasa. Orang yang tadinya sudah cukup terampil berkendara di Wollongong, misalnya, bisa jadi terlihat seperti orang yang baru belajar nyetir kalau harus berhadapan dengan medan jalanan di Denpasar dan sekitarnya. Inilah yang terjadi dengan Asti beberapa hari lalu. Kelihaiannya di Wollongong terlihat tidak berarti ketika harus mengendarai mobil dari Tabanan ke Gianyar melalui Denpasar. Setiap saat sport jantung karena selalu saja terjadi hal-hal yang tidak diduga: orang yang nyalip dari kiri, sepeda motor yang memotong jalan seenaknya, kendaraan yang melanggar lampu merah, klakson yang berbunyi tiada henti, jarak antar mobil yang hanya beberapa senti, dan sebagainya. Semua itu membuatnya tegang luar biasa. Tidak hanya Asti, saya yang duduk di sampingnya tidak henti-hentinya turut menginjak rem dalam angan-angan. Singkat kata, siang menjelang sore itu sangat menegangkan, melelahkan. Keringat bercucuran.

Sampai di Pasar Sukawati, saya harus mengambil alih. Lahan parkir sangat padat, rasanya tidak mungkin Asti bisa mendapatkan tempat parkir yang layak. Sementara itu kami tidak punya banyak waktu. Sayapun mengambil alih dengan perasaan sedikit tegang, masih terbawa dengan suasana sebelumnya. Begitu beranjak masuk ke parkiran di depan pasar yang terlihat sangat padat, di depan saya telah berdiri sesosok tubuh. Wajahnya tersenyum sangat santai dan tulus. Tentu saja ini berbeda dengan suasana sekitar yang sibuk, tegang, penuh keringat dan semrawut. Tiba-tiba tangannya mulai bergerak memutar sambil tetap tersenyum. Saya baru sadari, lelaki itu adalah seorang tukang parkir. Dia menggerakkan tubuhnya sedemikian rupa, serasi antara pinggul, badan, tangan dan kepala. Sepintas gerakannya seperti seorang yang memperagakan pantomim: Halus, tegas dan sangat efektif. Gerakan mata dan tangannya sangat padu, sambil tetap mengulum senyum yang penuh percaya diri. Cara dia menyuruh berbelok, maju, mundur atau berhenti sangat khas. Dia menggunakan bahasa tubuh yang sangat efektif. Yang paling penting, wajahnya terlihat sangat bahagia dan senyum yang tak pernah lepas.

Tanpa sadar, kami semua yang ada di mobil terbawa dan sangat terhibur dengan tingkah polah si Bapak Tukang Parkir. Asti yang dari tadi tegang langsung tertawa, saya pun demikian. Ibu saya yang duduk di belakang juga sama. Kami bersepakat bahwa ini adalah Tukang Parkir yang Istimewa. Kami semua sangat terhibur olehnya.

Jika tadi Asti merasa perlu saya gantikan saat berhadapan dengan situasi parkir yang sedemikian padat, kini tidak lagi. Setelah berbelanja, Asti langsung beraksi. Kini tidak tidak perlu khawatir karena di depannya terlihat seorang lelaki yang bergerak setengah menari memastikan mobil yang jauh dari celaka. Gerakan tangannya, goyangan pinggulnya dan lirikan matanya yang dipadu senyum seakan meyakinkan “don’t worry, you are in the right hand!

Melihat si Bapak Tukang Parkir di Pasar Sukawati, saya seperti telah membaca banyak buku dan mendengar beragam ceramah motivasi. Dipadukannya dengan sempurna banyak ajaran kebaikan. Berbeda dengan para penceramah yang menjual kata-kata hingga berbusa-busa, si Bapak Tukang Parkir melakukannya tanpa sepatah katapun.

Advertisement

Author: Andi Arsana

I am a lecturer and a full-time student of the universe

One thought on “Tukang Parkir Pasar Sukawati”

Bagaimana menurut Anda? What do you think?

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: