Di penghujung tahun 2008, saya berkesempatan bertemu dengan Prof. Hasjim Djalal di Canberra. Beliau datang mempresentasikan sebuah makalah terkait dengan isu kelautan Indonesia di acara Indonesia Update. Veteran Hukum Laut Indonesia ini masih terlihat segar di usianya yang tidak lagi muda.
“Saya ditelpon oleh Pak Alatas beberapa waktu lalu”, demikian beliau berucap saat kami ngobrol santai di sela-sela seminar. “Katanya, masak you tidak punya kader Sjim! Rupanya Pak Alatas membaca tulisan Anda di Jakarta Post bulan ini.” Demikian Pak Hasjim mengakhiri kalimatnya sambil tertawa kecil. Saya sendiri tersenyum-senyum saja menunggu kelanjutan ceritanya. Pak Hasjim pun antusias membahas opini saya.
Awal september 2008, sebuah tulisan dimuat di Jakarta Post tentang kegelisahan saya akan kurangnya kaderisasi pakar ocean affairs and the law of the sea di Indonesia. Pak Hasjim, menurut saya adalah salah satu veteran yang disegani dunia, namun sayang tidak memiliki pengikut yang setara kepiawaiannya. Saya terkejut karena tulisan itu bahkan dibaca oleh Bapak Ali Alatas, diplomat kawakan Indonesia yang kiprahnya sudah tidak diragukan lagi di kancah internasional. Sayang sekali, negeri ini telah kehilangan beliau akhir tahun lalu. Seorang diplomat ulung baru saja berpulang.
Dari dulu saya mempercayai kekuatan sebuah tulisah. The power of writing, demikian saya menyebutnya. Namun mendengar bahwa tulisan saya bahkan menarik perhatian seorang Ali Alatas, rasanya keyakinan saya ini menjadi semakin tebal. The power of writing memang luar biasa. Dampaknya bahkan mungkin tidak pernah terbayangkan sebelumnya.
Saya masih terus menulis dan menulis, tentang apa saja dan tidak selalu tentang sesuatu yang penting. Seringkali bahkan saya menulis sesuatu yang serem dengan gaya yang santai dan gaul untuk mengurangi tingkat keseremannya. Saya menuliskan tentang Homo floresiensis dalam blog indowollongong selepas diskusi bersama Pak Gert. Sebelumnya saya juga pernah menulis laporan pandangan mata silaturahmi Konjen Sydney dengan masyarakat Indonesia di Wollongong yang akhirnya terbit di Indomedia.ย Semuanya dengan gaya apa adanya, gaya saya.
Untuk hal-hal serius terkait penelitian, saya tetap menulis untuk Jakarta Post. Bulan Februari lalu, satu tulisan tentang pengalaman mengarungi Samudra Hindia dan satu lagi tentang batas maritim antara Indonsia dan Singapura terbit di Jakarta Post. Bulan ini, tulisan tentang Miangas menghiasi halaman opini Jakarta Post. Dari ketiga tulisan itu, tulisan kedua termasuk yang paling banyak ‘sensor’ oleh editor, entahlah apa sebabnya. Yang jelas ada beberapa hal yang justru ingin sekali saya komunikasikan dipotong oleh editor. Sebagai kompensasi, tulisan versi asli saya terbitkan di blog khusus terkait penelitian saya, GeoPolitical Boundaries.
Tentu saja saya tidak hanya menulis untuk blog dan koran. Selama menjalani aktivitas riset kurang lebih enam bulan, ada dua konferensi, yang sudah dihadiri danย satuย jurnal serta satu bab dalam buku yang siap terbit. Selain itu saya juga membantu membuat ilustrasi untuk penerbitan makalah jurnal. Seperti biasa, saya mendapat tugas membuat peta.
Kadang ada yang bertanya bagaimana menjadi sangat produktif menulis. Entahlah, saya sendiri tidak memiliki jawaban pasti. Kadang saya meyakini bahwa untuk produktif menulis, kurangi membaca ๐ [ini bisa diperdebatkan] dan bangkitkan semangat untuk nggaya dan ‘suka pamer’. Jika semua sifat negatif ini dikelola dengan baik, produktivitas menulis akan meningkat ๐
Apa dampak dari menulis? Sangat banyak. Mungkin Anda tidak harus membayangkan yang hebat-hebat. Bayangkanlah jika Anda sedang duduk sendiri di ruang kerja, tiba-tiba datang seorang mahasiswi cantik sambil tersenyum menyodorkan sebuah buku dan berkata “Pak minta tanda tangan dong!” That’s what I also call the power of writing!
hohoho………
the power of writing ya pak???
beli nya di mana itu pak???
Hi Mas Tony, it is a great honour to receive such a positive comment from you.
I believe that I am by no means better than you in writing. I also have problems with vocabularies, just like you. One told me that to enhance your writing, you need to read more. However, it is not always the case. A friend of mind is a maniac reader. He reads anything but he cannot really write.
My suggestion, write while reading. If you find a good sentence in what you are reading, write the sentence and try to apply it in your own stories. Doing a little bit of ‘plagiarism’ is Ok, in this case.
If you do not like reading (just like me), watch movies. From movies you can pick up good sentences and try to apply them in your own writing.
If you want to write something in IT, please do and I will be more than happy to read and give suggestions. However, you should not expect too much from me ๐ and do not hold your breath.
There is not better suggestion than “try and keep trying”
Thank you for your compliment.
You have a big dream, which is good. Go for it man.
re: speech
It was not a spontaneous speech. Of course I prepared for the text and did my rehearsal before the delivery. I could never give a speech or presentation without preparation and practice.
To find good sentences, I watch movies like “The American President”, “A few good man”, “Independence day”, “A beautiful mind”, etc. Once I found a good sentence, i try to memorise and than use it in my own speech. As that simple.
No, you are not my fan ๐